View Full Version
Ahad, 07 Jul 2013

Jadi Pembela FPI, Fahira Idris Puji Perjuangan FPI Cabut Keppres

JAKARTA (voa-islam.com) – Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Miras, Fahira Idris berterima kasih pada FPI yang sudah berjuang mengajukan Judicial Review ke Mahkamah Agung terhadap Keppres Nomor 3/1997 tentang Pengendalian Minuman Beralkohol.

Seperti diketahui, penghapusan Keppres Nomor 3/1997 tidak terlepas dari perjuangan panjang yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI). “Ini merupakan prestasi bagi FPI dan saya salut atas perjuangan ikhtiar mereka. Semoga langkah tersebut menjadi contoh bagi gerakan-gerakan Islam lain untuk lebih mengedepankan perjuangan formal dan jauh dari tindakan anarkis,” kata Fahira.

Fahira yang juga Ketua Yayasan Selamatkan Anak Bangsa ini, mengatakan, Habib Rizieq Syihab selalu Ketua Umum FPI patut diberi apresiasi dan sugesti positif. Mengingat FPI kerap mendapat stigma oleh berbagai pihak sebagai ormas yang mengedepankan anarkis. “Saya Ucapkan terima kasih pada Habib. Harus diakui, tidak banyak ormas Islam lain yang berani melakukan itu. Saya bersimpati pada FPI yang telah melakukan langkah konstitusional. FPI luar biasa.”

Fahira membantah tuduhan jika dirinya antipasti terhadap FPI. Seperti diketahui, Fahira pernah didampingi jurnalis TV Uni Lubis ke markaz FPI di Petamburan III untuk bertemu dengan Habib Rizieq untuk menanyakan perihal berita tentang keterlibatan FPI terkait kasus penusukan seorang pendeta di Ciketing - Bekasi.

“Ketika itu (tahun 2010) saya bertabayun atas laporan dari masyarakat mengenai penusukan seorang pendeta di Ciketing. Setelah tabayun, Habib bilang itu bukan anggota FPI yang melakukan penusukan. Jadi salah kalau saya dibilang tidak suka dengan FPI. Saya kini justru menjadi pembela FPI.  Bahkan hingga saat ini, saya sering membangun komunikasi dengan habib, baik via SMS maupun tweeters. Sampai-sampai orang lain menyebut saya FPI,” ujar Fahira tersenyum.

Dikatakan Fahira, banyak orang menyalahartikan ketika ia melakukan tabayun dengan Habib Rizieq sebagai Ketua Umum FPI. Yang pasti, sepulang dari markaz FPI, ia menyampaikan pada masyarakat, bahwa yang melakukan penusukan bukan dari FPI. Sejak itulah Fahira dicap sebagai “Orang FPI”.

Fahira teringat pesan Habib, untuk menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, terutama dalam menghadapi program kaum liberal, diperlukan kesabaran dan ketegaran. “Sekali lagi saya support FPI untuk melakukan langkah nyata dalam menyelamatkan anak bangsa dari bahaya miras. Seharusnya ini dilakukan oleh Presiden. Tapi disayangkan, Presiden SBY  tidak punya konsep untuk menyelamatkan anak bangsa,” tandas Fahira.  

Sepertinya, kata Fahira, banyak orang liberal kecolongan dengan dihapuskannya Keppres Nomor 3/1997. “Kalau seandainya bocor pasti dihadang oleh mereka.”

Ketika ditanya, apakah keberadaan FPI diperlukan masyarakat? Dijawab Fahira, keberadaan FPI memang diperlukan. “Ketika saya berkomunikasi dengan aparat, ternyata mereka juga berterima kasih pada FPI. Ketika aparat tidak bisa melakukan,  FPI membantu meringankan tugas aparat. Saya juga dukung FPI Mojokerto yang merazia miras. Sedangkan saya baru mempressure dengan suara saja.”

Fahira berharap, untuk memerangi miras seyogianya harus dengan pendekatan hukum, melakukan pressure melalui social media, bukan dengan tindakan anarkis. Teruskan upaya untuk melakukan penyadaran kepada masyarakat akan bahaya miras. 

Putri Fahmi Idris ini mengaku salut dengan ibu-ibu korban KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga) di Papua yang melakukan aksi penolakan miras. Memang sebaiknya, gerakan anti miras bukan hanya dilakukan oleh FPI dan komunitas gerakan anti miras, tapi juga seluruh masyarakat. “Nanti akan saya kumpulkan ibu-ibu korban KDRT disebabkan miras, untuk kemudian bersinergis dengan FPI untuk mengkampanyekan anti miras.”

Dengan dihapuskannya Keppres Nomor 3/1997, Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Miras ini mendesak setiap Kepala daerah harus segera membuat Perda Anti Miras. [desastian]


latestnews

View Full Version