View Full Version
Rabu, 31 Jul 2013

Dari Masjid Negeri Shah Alam: Menyusuri Patani, Chumpon Hingga Bangkok

Catatan Perjalanan R4Peace (Bagian II)

Usai Convention yang menghasilkan beberapa deklarasi, Sabtu (13 Juli 2013) pagi, dari Gombak -- nama wilayah kami menginap -- segera bergerak  menuju Masjid Sultan Salahudddin Abdul Aziz Shah atau yang dikenal dengan sebutan Masjid Negeri Selangor, Shah Alam. Di masjid inilah, awal kami dilepaskan oleh wakil dari anggota parlemen Selangor dan diliput beberapa media lokal (Malaysia) seperti Bernama, New Sunday Times, Star, Berita Harian, dan  Hikmah TV.

Sebanyak 4 mobil mengikuti konvoi R4P (Road For Peace). Seperti yang telah direncanakan semula, kami akan menelusuri jalan darat, mulai dari Selangor, Pulau Penang (Malaysia), memasuki perbatasan Malaysia – Thailand di Bukit Kayu Hitam, kemudian masuk imigrasi Thailand di Sadao. Orang Malaysia biasa menyebut perbatasan dengan istilah border atau sempadan. Dari perhitungan kami, perjalanan dari Malaysia, Thailand Selatan hingga perbatasan Myanmar menempuh jarak sekitar1959 km.

Sebelum memasuki imigrasi Thailand di Sadao, tim R4P singgah di Masjid Jamek Sembilang, Pulau Pinang, Malaysia untuk bertemu dengan NGO Malaysia  -- Persatuan Muafakat Kesejahteraan Rakyat Pulau Pinang (PERMUAFAKAT) dan Internasional Muslim Aid Malaysia (IMAM) -- yang sudah berniat memberi bantuan 1.000 pakaian baru.

Bantuan uang sebesar 5.500 juga diberikan oleh Kerajaan Negeri Pulau Penang, yang diwakili oleh Yang Berhormat (parlemen dari Partai Keadilan Rakyat) Tuan Haji Abdul Rosyid bin Hasman. Bantuan itu diamanahkan kepada Tim R4P untuk disampaikan kepada saudara muslim Patani di Thailand Selatan dan muslim Rohingya di Measot, perbatasan Myanmar.

Di masjid yang sama, tanpa diduga sebelumnya, kami berjumpa dengan mantan Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia, Datuk Sri Anwar Ibrahim yang dilanjutkan dengan berbuka puasa bersama.  

Pada malam harinya, Tim R4P melanjutkan perjalanan menuju Sungai Petani, masih di Malaysia, untuk menerima bantuan kemanusiaan dari Puncak Selera SDN BHD, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang food (makanan kemasan kaleng “Kedah Best”. Malam kian larut, kami bermalam di Wisma Putri Dewan Yayasan Aman, Malaysia. Pagi harinya, kami sudah harus bergegas kembali melanjutkan perjalanan menuju perbatasan Malaysia – Thailand (border) di Bukit Kayu Hitam (Malaysia), kemudian masuk imigrasi Thailand di Sadao.

Di Sadao, kami harus mengganti kartu (sim card) handphone dengan kartu lokal Thailand. Jika tidak, jangan pernah berharap untuk bisa online. Untuk membeli sim card dan top up (pulsa untuk istilah orang Malaysia) tentu saja harus menggunakan mata uang Baht (mata uang Thailand). Untungnya, kami sudah menukar mata uang Ringgit ke Baht (mata uang Thailand) di Malaysia. Di perbatasan, ada sebagian counter yang masih menerima mata uang ringgit.

Sore harinya, kami singgah di Masjid di Propinsi Songkla, Thailand bagian Selatan untuk menjamak takhir shalat kami dan menemui imam masjid setempat – meski sekedar taaruf tentang misi ini. Jelang Maghrib, kami tiba di Masjid Raya Patani, tepatnya di Majelis Ugama Patani. Alhamdulillah, kami disambut baik dan melakukan buka bersama dengan Jamaah Masjid Patani. Kami pun bermalam di sebuah hotel di Patani untuk melepas lelah barang sejenak.

Pada malam harinya, usai shalat Tarawih, kami menemui sejumlah NGO asal Patani untuk taaruf dan membahas permasalahan yang terjadi di Patani dan sekitarnya. Rupanya malam itu adalah hari yang melelahkan bagi tim R4P, karena seharian menempuh jarak yang sangat jauh, meski kami bergantian menyupir kendaraaan.  

Wajah-wajah lelah itu nampak dari tim R4P. Ada sebagian tim yang terlelap saat audiensi dengan NGO Patani tersebut. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 00.30 waktu setempat. Usai audiens, kami tidak langsung ke hotel, tapi langsung mencari sebuah kedai yang menjajakan tomyam, teh tarik, dan makanan khas Patani lainnya untuk makan sahur. Tanpa terasa pula, waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi. Kami pun kembali ke Hotel. Subuhnya sudah harus bangun kembali untuk bergegas melanjutkan perjalanan menuju Chumpon hingga ke Bangkok.

Sekedar tahu, jalan di Thailand tak banyak kelokan, bahkan lurus saja, perjalanan yang sangat membosankan. Kami berseloroh, ini jalan seperti “shirotol mustaqim”. Sesekali kami melihat pemandangan bukit dan sawah yang membentang. Hari ini terasa terik, dimana kami tetap berpuasa.

15 Juli 2013, selama dua jam Tim R4P terlebih dulu ke bengkel mobil di Patani untuk mengganti angin. Usai itu kami melanjutkan perjalanan, dan singgah di Masjid Kreesek- Patani, sebuah mesjid yang dahulunya pernah diserang oleh tentara Thai dan menimbulkan banyak korban di pihak muslim. Kami sempat mengabadikan masjid bersejarah tersebut sambil mencari tahu histori dari NGO Malaysia yang menghantar kami sampai Surat Thani, Thailand.

Jelang azan maghrib kami berhenti di pom bensin untuk mencari makanan halal. Alhamdulillah, di Surat Thani kami menemukan rumah makan halal yang ditandai dengan bacaan bahasa Arab (bismillah, Allah dan Muhammad) dan simbol bulan  bintang. Begitu juga beberapa wanita pengelola rumah makan yang mengenakan jilbab. Betapa gembiranya kami setiap kali kami menemukan rumah makan halal dan berjumpa dengan saudara kami sesama muslim. Alhamdulillah…

Usai berbuka dan menjamak shalat, kami lanjutkan perjalanan menuju Chumphon-Thailand, dan kami pun bermalan di sebuah hotel untuk melepas lelah. Ternyata Chumphon mirip kawasan Mangga Besar di Jakarta. Terlihat kupu-kupu malam di cafe-cafe sekitar hotel.

Tanggal 16 Juli 2013, Selasa pagi bergerak menuju Bangkok. Kami tiba di Bangkok pukul 15.00 waktu Thailand. Kami kembali mencari penginapan untuk bermalam. Lama diperjalanan dan kurangnya istirahat, membuat beberapa tim R4P mulai batuk-batuk dan flu berat. Termasuk penulis sendiri mulai terserang flu. (desastian)


latestnews

View Full Version