View Full Version
Selasa, 21 Jan 2014

JK:Tiap Tahun Gubernur Jokowi Jangan Cuma Urus Perahu & Nasi Bungkus

JAKARTA (voa-islam.com) Ketua Umum PMI Jusuf Kalla menyebut harus ada solusi jangka panjang terkait banjir Jakarta. Sangat ganjil jika tiap tahun Jakarta hanya terus berkutat pada perahu karet, nasi bungkus sembako.

"Masak tiap tahun mau seperti ini terus kasih bantuan perahu karet dan sembako," ujar Jusuf Kalla di kantor PMI Pusat, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Minggu (19/1/2014).

JK menyarankan kepada pemerintah DKI Jakarta agar semua selokan dan tepian sungai harus dibersihkan. Termasuk pembangun rumah susun.

"Tadi lihat saja saat ikut pantauan dengan helikopter. Terlihat semuanya atap rumah tidak ada daerah resapan," ucapnya.

Mantan wapres 2004-2009 ini menberikan tips kepada pimpinan Jakarta. Caranya dengan memulai proyek pembangunan di musim penghujan.

"Dulu pembangunan BKT saya mulai musim hujan. Tidak ada yang tidak setuju. Jadi harus mulai sekarang," terangnya.

"Seperti bandara dulu macet saat hujan. Sekarang kita buat jalan layang di tepinya mana ada macet kayak dulu. Macet biasa itu wajar tapi tidak kayak dulu sampai berhenti," imbuhnya.

Sekali lagi meminta pemerintah DKI Jakarta harus memulai proyek pembersihan sungai, pembangunan rusun mulai dari sekarang.

"Makin lambat makin menderita masyarakat," ujarnya.

Terkait rumah susun, JK menilai Jakarta perlu membangun 100 rumah susun. Dirinya memperkirakan pembangunan itu akan memakan biaya sekitar Rp 7 Triliun. "Dan kita butuh 1.000 taman," tegas JK.

Lalu Apa Solusi untuk banjir Jakarta?

Apakah informasi tentang aliran sungai tidak tersedia di kelurahan? Biasanya di kelurahan terpampang peta wilayah kelurahan dimana peta aliran selokan pun dapat terbaca. Tapi harus di akui, tidak semua kelurahan memiliki data yang komplet, bukan? Untuk itu  para jurnalis warga di Kompasiana mengusulkan beberapa hal ini:

Pertama: Melihat bagaimana negri Belanda mengatasi banjir di negrinya. Negri Belanda yang disebut juga “Niederland” memang negri yang letaknya rendah bahkan rata-rata ada di bawah permukaan laut, namun dengan teknologi, mereka mampu mengatasi banjir.Kalau perlu nama kota Jakarta diubah menjadi Jakartadam atau Betawidam saja!, demikian kata kompasianer kondang Thamrin Dahlan.

Kedua: Mencoba berdamai dengan alam!, Kita harus menggalakan kembali proses reboisasi dan memperbanyak daerah resapan air.Kawasan di pegunungan yang harus terus djaga kelestariannya dan tidak boleh dirubah fungsinya menjadi perumahan atau villa.

Ketiga: Kita harus menghentikan pembangunan perumahan dimanapun.Tanah yang kosong harus tetap kosong. Setiap pembangunan harus dikompensasikan dengan perubahan daerah pemukiman menjadi ruang terbuka hijau. Daerah pemukiman yang rendah dan menjadi langganan banjir mungkin dulunya adalah rawa atau pesawahan. Sedapat mungkin daerah ini dkembalikan fungsinya menjadi danau atau rawa. Perumahan rakyat yang horizontal harus diubah menjadi vertikal sehingga prosentasi ruang terbuka dan resapan air akan menjadi lebih tinggi.

Keempat: Memperbanyak tempat jalan dan penampungan air, yang pada giliran musim kemarau dapat digunakan untuk pengairan dan juga kebutuhan air bersih.Tempat jalan air berupa kanal dan yang mengalirkan air tersebut ke penampungan berupa danau, situ dan waduk.Untuk kawasan Jakarta dan sekitarnya, perlu dibangun puluhan kanal dan juga puluhan waduk untuk menampung limpahan air tadi. [antara/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version