View Full Version
Kamis, 13 Aug 2015

Dampak Melemahnya Rupiah Pasar-Pasar Sepi Seperti Kuburan

JAKARTA (voa-islam.com) -  Pasar-pasar dan mall nyaris seperti kuburan. Orang datang hanya mondar-mandir tidak membeli barang. Mereka yang pergi ke mall hanya numpang mendinginkan badan. Bukan membeli barang. Sekadar jalan-jalan sambil mendinginkan badan.

Paling kasihan para penjaga toko. Seharian hanya berdiri tegak. Siang hanya makan gorengan yang harganya Rp 1.000. Tak lebih. Setinggi-tingginya mereka hanya mampu membeli mie ayam. Itupun sudah sangat luar biasa. Majikan mana yang mau ngasi gaji dan makan, kalau dagangannya tidak yang beli? Daya beli rakyat sudah tidak ada.

Siapa yang punya duit? Punya duit dengan inflasi yang membubung, nilai rupiah tak lagi berharga. Sampai-sampai ada mall yang masang tulisan “Maaf harga dinaikan, karena dollar naik”. Ini menggambarkan pasar dan mall sudah tidak tahan lagi menghadapi pergerakan dollar, dan melemahnya rupiah.

Rakyat kelas bawah di pasar hanya bisa saling-pandang diantara para pembeli. Mereka hanya menanya harga-harga kebutuhan mereka, tapi tak berani menawar dan membeli. Karena sudah tidak dapat lagi menjangkau.

Bagaimana mereka bisa membeli? Harga cabe Rp 80.000, daging Rp 160.000, sekarang ayam sepotong hampir Rp 50.000. Belum lagi kebutuhan lainnya, sayur-mayur. Sudah tidak terbayangkan lagi. Daging ayam menghilang dari pasar? Apalagi, buah impor yang  dibeli dengan  dollar, sudah tak  lagi dapat dibeli, karena harganya melangit.

Ada pedagang daging di sebuah pasar di Depok milih pensiun dari dagang daging. “Sudah tidak sanggup lagi pak, tak ada lagi yang membeli”, keluhnya. Boro-boro beli daging. "Membeli oncom saya sudah tidak mampu", tambah pedagang daging itu.

Jangan tanya kalau mall-mall. Mereka menaikan setiap item barangnya berlipat-lipat. Mereka harus menyewa tempat, membayar karyawan, pajak, dan lainnya benar-benar sudah tidak sanggup. Inilah dampak sistemik dari krisis sekarang.

Para pedagang juga serba dilematis. Dijual mahal tidak laku, dijual murah dagangannya rugi. Benar-benar sedih.

Belum lagi jumlah penganggur yang bakal tumbuh seiring dengan krisis. Pertumbuhan ekonomi yang hanya 4,6 persen, tak bakal mampu menyerap tenaga kerja.Pasti barisan penganggur semakin berjibun.

 Mau dikemanakan angkatan kerja yang setiap tahun membludak? Lulusan perguruan tinggi, SMU, SMP, yang tidak mampu berwira  swasta, sudah  pasti menggantungkan hidup dari pemerintah.

Mengapa Jokowi tidak keliling pasar lagi? Dulu sebelum menjadi presiden, Jokowi begitu rajin keliling pasar, tak henti-henti. Melakukan jimat 'blusukan'.

Sekarang mana ''blusukan' nya Jokowi? Sekarang giliran pedagang pasar pada bangkrut, Jokowi tak kelihatan lagi. Kemana Jokowi? Rakyat hanya bisa merenungi nasibnya sendirian. Sungguh begitu nasib rakyat.

Dampak krisis ekonomi dan melemahnya rupiah bersifat sistemik. Para pengusaha proferti (perumahan) akan gulung tikar. Karena berdasarkan laporan yang ada, para pengusaha proferti kehilangan 60 persen pangsa pasar.

Nanti giliran akan merembet sektor perbankan, para pengusaha rata-rata menggunakan modal dari jasa bank pemerintah. Bank bangkrut. karena para kreditor kakap  tak dapat mengembalikan dana pinjamannya. Nasabah uangnya akan anyut. Persis seperti tahun l998. Sungguh … (dita/voa-islam.com)

 


latestnews

View Full Version