View Full Version
Senin, 07 Sep 2015

Janji Jokowi Disangsikan, Dolar Terus Meroket Rp 14.225/USD, Terendah sejak Krisis 1998

JAKARTA (voa-islam.com) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melorot pada awal pekan ini, menyentuh level Rp 14.200 per US$ 1. Berdasarkan data Bloomberg, pukul 08.45 WIB mata uang garuda melorot ke posisi pukul Rp 14.230 per dollar AS, dibandingkan penutupan akhir pekan lalu pada 14.172,3. Ini merupakan level terendah sejak krisis tahun 1998 silam.

Diinformasikan Bloomberg Dollar Index, Senin (7/9), rupiah pada perdagangan non-delivery forward (NDF) melemah Rp 70 atau 0,5% ke Rp 14.242 per US$ 1. Angka tersebut dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di Rp14.172 per US$ 1.

Pada pembukaan, nilai rupiah berada di level Rp 14.225 per US$ 1. Rupiah bergerak di kisaran Rp 14.220 sampai Rp14.247 per US$ 1. 

Padahal sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2015 akan berada di level 4,67 persen. Dia yakin angka itu akan melambung jauh pada semester kedua mulai bulan September.

"Mulai agak meroket September, Oktober. Nah, pas November itu bisa begini (tangan menunjuk ke atas)," kata Jokowi di Istana Bogor, Rabu (5/8/2015).

Dia menganggap lambatnya pertumbuhan ekonomi hingga kuartal kedua ini karena serapan anggaran baik di tingkat pusat maupun daerah yang belum tersalurkan. Selain itu, ada juga faktor eksternal yang membuat negara-negara lain termasuk Indonesia mengalami perlambatan.

Namun, memasuki semester kedua, Jokowi yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik. Saat ditanyakan apakah pemerintah optimistis hingga akhir tahun ini pertumbuhan bisa mencapai lebih dari 5 persen, Jokowi belum bisa memastikan. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi dipengaruhi banyak faktor.

"Banyak hal yang pengaruhi. Bukan hanya masalah serapan anggaran saja, tapi juga spending dari BUMN, belanja dari swasta. Itu pengaruh sekali. Jadi kalau bertanya seperti itu, jawabannya pada akhir Desember," kata Jokowi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan-II 2015 mencapai 4,67 persen secara tahunan. Angka itu lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan-I 2015, yakni 4,72 persen, dan triwulan II-2014, yakni 5,03 persen.

BPS menyebutkan, pertumbuhan pada triwulan II melambat karena dipicu masih rendahnya harga berbagai komoditas, baik migas maupun nonmigas. Misalnya, harga gandum, harga beras, kedelai, kopi, ikan, dan gula cenderung menurun pada triwulan kedua. Harga batu bara, gas, biji besi, uranium, dan timah juga mengalami penurunan secara global.

Pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang Indonesia cenderung stagnan, bahkan melemah, seperti Amerika Serikat yang melemah dari 2,9 persen pada triwulan-I 2015 menjadi 2,3 persen pada triwulan-II 2015, serta Tiongkok yang stagnan pada posisi pertumbuhan 7 persen.

Selain itu, ketidakpastian kondisi pasar keuangan terkait dengan ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate juga menjadi penyebab lemahnya kondisi ekonomi sebagaimana dilansir kompas. [adm/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version