View Full Version
Ahad, 12 Jul 2015

Muslim Bosnia-Srebrenica Melempari Batu Perdana Menteri Serbia Vucic

SEBRENICA (voa-islam.com) - Kemarahan warga Muslim tak dapat ditahan. Mereka sangat marah atas kejahatan Serbia di Srebrenica yang melakukan pembantaian  secara keji terhadap warga Muslim, yang mengakibatkan ribuan warga Muslim tewas di bantai.

Kemarahan Murslim itu, kemudian mereka melempari botol dan batu ke arah perdana menteri Serbia. sehingga dia terpaksa meninggalkan upacara peringatan 20 tahun pembantaian Muslim Bosnia di Srebrenica. 

Pengawal membawa Aleksandar Vucic melalui warga Bosnia yang marah dan meneriakinya, sementara sekelompok warga menaiki bukit mengejar delegasi yang berlari ke arah mobil mereka. 

Sumber di pemerintahan Bosnia mengatakan delegasi perdana menteri Serbia ini telah meninggalkan lokasi peringatan pembantaian. 

Insiden itu mewarnai upacara peringatan hari Srebrenica, yang ditetapkan sebagai daerah aman dan dijaga oleh pasukan penjaga perdamaian Belanda, jatuh ke tangan pasukan Serbia Bosnia beberapa bulan sebelum perang 1992-1995 berakhir. 

Perdana Menteri Aledandar Vucic, yang baru mendapatkan bantuan dari Rusia untuk memveto resolusi PBB yang akan mengecam bantahan bahwa Srebrenica adalah genosida, hadir sebagai wakil Serbia yang mendukung pasukan Serbia Bosnia dengan tentara dan dana. 

Vucic, yang mantan pengikut ideologi “Serbia yang Luas” yang memicu perpecahan Yugoslavia, berhasil mengubah citranya menjadi politikus pro-Barat dan mendukung amisi Serbia bergabung dengan Uni Eropa yang sebagian tergantung pada rekonsiliasi di wilayah.

Aleksandar Vucic baru saja mendapat bantuan dari Rusia untuk memveto resolusi PBB yang mengecam penyangkalan insiden di Srebrenica adalah genosida. (Reuters/Stoyan Nenov)

Puluhan ribu warga berkumpul di satu kuburan dekat Srebrenica di Bosnia untuk memperingati 20 tahun pembantaian terburk di Eropa sejak Perang Dunia II yang masih diwarnai dengan penyangkalan dan pencarian warga yang tewas. 

Delapan ribu pria dan anak lelaki tewas di tangan pasukan Serbia Bosnia dalam waktu lima hari di akhir perang yang berlangsung dari 1992-1995, setelah ditinggalkan oleh pasukan PBB yang bertugas melindungi mereka. 

Jenazah korban dimasukkan ke lubang yang beberapa bulan digali kembali untuk dimasukkan ke dalam kuburan-kuburan yang lebih kecil dalam upaya menutupi kejahatah itu. 

Lebih dari 1.000 korban masih belum ditemukan hingga kini. 

Tulang belulang dari 136 korban yang baru diidentifikasi akan dikuburkan di bawah nisan batu marmer di kuburan Potocari, Bosnia Timur, dalam acara tahunan untuk memperingati penemuan kuburan masal tersebut. 

Pengadilan PBB memutuskan bahwa pembantaian itu genosida.

Namun, banyak warga Serbia mempertanyakan istilah itu, jumlah korban dan kesaksian peristiwa itu. Hal ini menggambarkan bahwa Perang Yugoslavia masih menjadi sumber perpecahan politik dan penghambat kemajuan upaya berintegrasi dengan Eropa Barat. 

Milorad Dodik, Presiden wilayah otonomi Bosnia yang menjadi bagian dari Republik Serbia, bulan lalu menyebut pembantaian itu sebagai “penipuan terbesar abad 20”. 

Tempat Aman

Sebelum insiden itu Vucic disambut oleh Munira Subasic, ketua Asosiasi Ibu Srebrenica yang kehilangan suami dan puteranya dalam pembantaian itu. 

Dia menyematkan bunga berwarna putih dan hijau di jas Vucis, yang kemudian menandatangani buku turut berduka cita. 

Hamida Dzanovic, yang hanya bisa menguburkan dua tulang suaminya, mengatakan: “Lihat dia, dan lihat ribuan nisan itu. Apakah dia tidak malu mengatakan ini bukan genosida? Apa dia tidak malu datang ke sini?”

Sejak pembantaian itu, Barat menghadapi pertanyaan mengapa membiarkan Srebrenica jatuh karena kota itu dicanangkan sebagai “tempat aman” bagi Muslim Bosnia yang harus mengungsi karena perang. 

Berbulan-bulan kemudian, serangan udara NATO memaksa Serbia melakukan perundingan. Dan satu traktat perdamaian yang ditengahi oleh AS mengakhiri pertempuran dan menerapkan sistem pembagian kekuasaan berdasarkan suku yang rumit yang hingga kini berjalan di Bosnia. 

Bill Clinton, yang saat itu merupakan Presiden AS, mengatakan pada warga yang hadir dalam peringatan itu: “Saya sedih karena kami bertindak terlalu lambat.” “Saya tidak mau melihat satu tempat pembunuhan seperti ini lagi,” katanya. 

Tersangka otak pembantaian itu adalah ketua politik jaman perang Serbia Bosnia bernama Radovan Karadzic, dan komandan militer Ratko Mladic, masih diadili oleh pengadilan PBB di Den Haag dan menyatakan diri tidak bersalah. 

Di ibukota Serbia Beograd, polisi menjaga gedung parlemen setelah pemerintah Vucic melarang peringatan korban pembantian Srebrenica. Kristen itu, tak lain, agama para penjahat yang haus darah.

Mereka berteriak agama Kristen agama kasih itu, hanyalah kebohongan besar. Sejatinya agama Kristen agama para pembunuh. (dita/aby/voa-islam.com)

 

latestnews

View Full Version