Jum'at, 26 Sya'ban 1434 H / 5 Juli 2013 07:49
JAKARTA (Arrahmah.com) - Krisis politik di Mesir berakhir dengan kudeta yang dilancarkan oleh militer pada Rabu (3/7/2013). Militer mengepung istana Presiden Muhammad Mursi, sementara massa sekuler membanjiri bundaran umum dan jalan utama di negeri tersebut.
Dari dalam negeri reaksi bermunculan atas hal tersebut. Demokrasi adalah biang kerok dari semua ini, serta sekulerisme berlindung padanya.
Ketua lajnah tanfidziyah Majelis Mujahidin ustadz Irfan S. Awwas berpendapat bahwa kelompok sekuler Mesir tidak rela terhadap kepemimpinan Mursi yang Islamis. Dia menyebut, “Sekuleris tidak rela ada pemerintahan Islami walau kemenangan diraih melalui hasil pemilu yang sah. Militer yang harusnya bersama pemerintah ternyata berkhianat dan berbelok arah. Umat mencatat fakta ini. Jangan percaya dengan kaum sekuler dan omong kosong demokrasi.”
Lebih jauh ustadz Irfan berkomentar dalam pesan elektroniknya “Karena itu sekulerisme harus diposisikan sebagai musuh utama Islam. Propaganda sekularisme berkedok demokrasi sesatkan aqidah, dan memusuhi pemerintahan Islami.” Sebagaimana firman Allah:
“Orang-orang kafir berkata kepada orang-orang mukmin: “Wahai orang-orang mukmin, ikutilah cara hidup kami. Kami akan menanggung segala dosa kalian selama kalian mengikuti kami.” Padahal sebenarnya orang-orang kafir itu tidak sedikitpun sanggup menanggung dosa-dosa mereka sendiri. Sungguh orang-orang kafir itu berdusta.” [Al-Ankabuut, 29: 12]
“Pengikut sekularisme membaur di kalangan ummat, dan sebagian ummat Islam tertipu dan menjadi juru bicara sekularisme di bawah bendera demokrasi,” pungkas ustadz Irfan. (azmuttaqin/arrahmah.com)