View Full Version
Kamis, 25 Oct 2018

Kalimat Dzikir Paling Utama ''Laa Ilaaha Illallaah''

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Kalimat paling mulia di muka bumi adalah kalimat tauhid, “لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ”. Untuk kalimat inilah manusia diciptakan, rasul-rasul diutus, kitab-kitab suci diturunkan, dan syariat ditetapkan. Kalimat yang menjadi pondasi dien ini dan pokok keimanan.  

Laa Ilaaha Illallah disebut dalam Al-Qur’an dengan kalimat taqwa yang akan menghalangi seseorang dari murka Allah dan siksa-Nya. Karena kalimat ini menuntut ikhlas ibadah untuk Allah dan ittiba’ (mengikuti) syariat-Nya yang disampaikan utusan-Nya. Orang yang bertauhid akan menjauhi kesyirikan dan maksiat-maksiat yang mengundang murka Allah.  

Laa Ilaaha Illallah adalah tali yang kokoh. Siapa berpegang dengannya akan selamat. Siapa meninggal di atasnya akan bahagia dan tidak akan sengsara selama-lamanya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang ucapan terakhirnya Laa Ilaaha Illallah pasti masuk surga.” (HR. Abu Dawud)

Seorang muslim diperintahkan untuk banyak membacanya. Menjadikannya bagian dari dzikir hariannya. Dan ‘’Laa Ilaaha Illallaah’’ adalah kalimat dzikir paling utama.

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أَفْضَلُ الذِّكْرِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الحَمْدُ لِلَّهِ

Dzikir paling utama Laa Ilaaha Illallaah (bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah) dan kalimat doa paling utama adalah Al-hamdulillah.” (HR. Al-Tirmidzi, Al-Nasai, dan Ibnu Hibban)

Syaikh al-Mubarakfuri rahimahullah berkata:

لأنها كلمة التوحيد ، والتوحيد لا يماثله شيء ، وهي الفارقة بين الكفر والإيمان ، ولأنها أجمع للقلب مع الله ، وأنفى للغير ، وأشد تزكية للنفس ، وتصفية للباطن ، وتنقية للخاطر من خبث النفس ، وأطرد للشيطان

“Karena Laa Ilaaha Illallaah adalah kalimat tauhid. Dan tidak ada sesuatu yang menyamai tauhid. Kalimat tauhid ini yang membedakan antara kufur dan iman. Kalimat yang mengumpulkan hati bersama Allah dan meniadakan untuk selain-Nya. Kalimat yang sangat kuat membersihkan jiwa, menyucikan batin, memurnikan hati dari kotoran jiwa, dan mengusir syetan.”  (Tuhfatul Ahwadzi: 9/325)

Penghuni bumi yang beruntung adalah orang yang memperbanyak membaca kalimat ini di setiap waktu dan tempat. Lisannya tidak pernah putus membacanya. Hatinya tidak pernah lalai merenungkan dan mengingat maknanya. Hari-harinya untuk mengamalkan kandungannya.

[Baca: Benci Kalimat Tauhid Batalkan Iman]

Dzikir kalimat yang juga disebut kalimat tahlil ini tidak ditentukan tempat dan waktu khususnya. Artinya, perintah berdzikir Laa Ilaaha Illallaah berlaku mutlak; di mana dan kapan saja. Dzikir ini dibaca di rumah, di masjid,  dan tempat kerja. Juga dibaca saat sendirian atau bersama orang banyak. Saat sibuk atau longgar. Menjelang tidur saat ia bangun. Saat berdiri, duduk, atau berbaring. Dan dibaca pula dalam shalatnya, saat berpuasa, berhaji dan umrah.

Ibnu al-Hajar rahimahullah berkata tentangnya,

أفضل الأذكار التي لم يخصها الشارع بحال أو زمن القرآن ، وبعده التهليل لخبر : أفضل الذكر لا إله إلا الله

Dzikir paling utama yang tidak ditentukan oleh pembuat syariat pelaksanaannya dengan satu kondisi atau satu waktu adalah Al-Qur’an. Setelahnya adalah tahlil. Ini berdasarkan hadits, “Seutama-utamanya dzikir adalah Laa Ilaaha Illallaah”.” (Al-Fatawa al-Haditsiyah: 109)

Namun demikian, kita temukan sejumlah hadits yang memerintahkan membaca dzikir tahlil ini pada waktu dan kondisi tertentu. Di antaranya:

Pertama, dibaca setelah selesai berwudhu’.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ : أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، إِلا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ

"Tiada seorang pun di antara kamu yang berwudlu dengan sempurna kemudian berdo'a: --- Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Esa tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hambaNya dan utusanNya -- kecuali dibukakan baginya delapan pintu syurga, dia masuk dari pintu mana yang dikehendakinya.” (HR. Muslim)

Kedua, dibaca saat bangun tidur di tengah malam.

Dari Ubadah bin Shamit, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:

مَنْ تَعَارَّ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي أَوْ دَعَا اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ

Siapa terbangun di waktu malam lalu membaca (Laa Ilaaha Illallaahu Wahdahu Laa Syariikalahu, Lahul Mulku, Walahul Hamdu, Wahuwa ‘Alaa Kulli Syai-in Qadiir. Alhamdulillaah Wasubhanallaahu Walaa Ilaaha Illallaahu Wallahu Akbar, Walaa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaahi) kemudian ia berdoa “Ya Allah, Ampuni Aku” atau berdoa pasti dikabulkan doanya. Jika ia berwudhu dan shalat, pasti diterima shalatnya.” (HR. Al-Bukhari)

[Baca: Dzikir Saat Terbangun di Waktu Malam]

Ketiga, dibaca di pagi hari.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ ، وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ

“Siapa membaca (Laa Ilaaha Illallaahu Wahdahu Laa Syariikalahu, Lahul Mulku, Walahul Hamdu, Wahuwa ‘Alaa Kulli Syai-in Qadiir) sebanyak seratus kali. Ia mendapatkan pahala seperti membebaskan 10 orang budak, dicatat untuknya seratus kebaikan, dihapuskan darinya seratus keburukan. Ia terjaga dari gangguan syetan pada hari itu hingga sore hari. Tidak ada seorang pun yang datang membawa sesuatu yang lebih mulia darinya, kecuali orang yang mengerjakan lebih banyak dari apa yang ia kerjakan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Keempat, dibaca setelah selesai dari shalat fardhu.

Dari Al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam membaca di belakang setiap shalat apabila selesai salam,

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

"Artinya: Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang bisa mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah. Tidak bermanfaat disisi-Mu kekayaan orang yang kaya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kelima, dibaca saat mengalami bencana dan kesulitan.

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو عِنْدَ الْكَرْبِ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

“Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam biasa berdo’a ketika dalam kesulitan, beliau mengucapkan:

Laa Ilaaha Illallaahu al-‘Adziimul Haliim Laa Ilaaha Illallaahu Rabbus Samaawaati wal ‘Ardhi wa Rabbul ‘Arsyil ‘Adzim (Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Penyantun. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan langit dan bumi serta Tuhan arsy yang agung). (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Keenam, dibaca di hari ‘Arafah:

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا والنَّبِيُّونَ عَشِيَّةَ يَوْمِ عَرَفَةَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

“Bacaan paling afdhal yang saya dan para nabi baca pada sore hari ‘Arafah adalah, (Laa Ilaaha Illallaahu Wahdahu Laa Syariikalahu, Lahul Mulku, Walahul Hamdu, Wahuwa ‘Alaa Kulli Syai-in Qadiir) ‘Tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah semata, tiada serikat bagi-¬Nya, untuk-Nyalah segala kekuasaan dan pujian, serta Dia Maha Mampu atas segala sesuatu’.” (HR. Al-Thabrani dalam Bab Du’a dari hadits Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu)

Tentunya dianjurkannya membaca dzikir tauhid bukan hanya enam moment ini. Kita masih diperintahkan memperbanyak lagi dzikir tauhid di siang dan malam hari kita. Harapannya, kalimat inilah yang menjadi penutup hayat kita sehingga kita meninggal dalam kondisi husnul khatimah. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version