Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Peran hati bagi seluruh anggota tubuh ibarat raja bagi para prajuritnya. Semua bekerja atas perintah hati. Semua tunduk kepadanya. Karena perintah hatilah, adanya istiqomah dan penyimpangan. Begitu pula semangat untuk beribadah dan bekerja.
Dari Al-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Tubuh adalah pelaksana titah hati. Perbuatan dzahir akan dinilai baik jika berasal dari hati yang baik. Sementara perbuatan dzahir yang tidak didasari niat baik hati akan tertolak. Yaitu amal yang tidak berasal dari hati yang ikhlas, hati yang mencari pujian manusia, atau hati yang tidak mengharap ridha & balasan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala semata.
Kekuatan seseorang dalam beribadah kepada Allah terletak pada kekuatan hati. Darinya muncul ketakwaan dan ketaatan.
Abu Muslim al-Khaulani saat berusia 70 tahun mengeluhkan tulangnya yang melemah. Beliau berkata, “kalau aku qiyamullail hanya bisa membaca surat Al-Baqarah, Ali Imran, dan Al-Nisa’.” Keterangan ini disampaikan Ustadz Syariful Mahya Lubis di salah satu video ceramahnya yang viral “Kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam”.
Beliau berkata juga, “jika ada seseorang mengatakan bahwa malam ini adalah kematian bagiku, maka aku sudah tidak mampu lagi memperbaiki ibadahku”. Maksudnya, beliau tidak bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya, karena beliau sudah maksimal dalam ibadah.
“Kekuatan terletak dalam hati, bukan dalam tubuh,” tutur Ustadz yang menjadi Narasumber madaniTV ini.
Karenanya banyak sekali orang yang sudah renta sehingga fisiknya lemah. Namun ia mampu menjaga shalat berjamaah di masjid, mampu menjaga shalat malam dengan bacaan yang panjang, dan mampu memperbanyak puasa sunnah.
Sementara itu, banyak anak-anak remaja (ABG) yang fisiknya kuat dan lincah tidak kuasa melaksanakan shalat berjamaah. Banyak anak-anak muda yang atletis namun tak mampu bangun di sepertiga malam untuk qiyamullain. Dan berapa banyak anak muda yang besar badannya tapi tak mampu untuk berpuasa.
Oleh sebab itu, ibadah terletak pada kekuatan hati, bukan kekuatan fisik. Karenanya, terus jaga kesehatan hati, penuhi nutrisinya, dan latih hati untuk selalu menuju kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]