Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Secara umum, sujud kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala merupakan kemuliaan teragung bagi seorang muslim. Salah satu bukti keimanan dan Tauhid dirinya kepada Rabbnya; Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sujud juga bukti yang paling nyata akan tadzallul (merendahkan diri) dan khudzu’ (tunduk) nya seorang hamba kepada Allah, Raja Diraja. Sekaligus bukti pengakuan akan kekuasaan dan keagungan-Nya.
Terkhusus di dalam Shalat, sujud menempati rukun shalat yang sangat agung dan penting. Saking agungnya, shalat dinamakan dengan sujud.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا
“Dan pada sebagian dari malam, maka bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.” (QS. Al-Insan: 26)
Sejumlah Mufassirin memaknai sujud di sini dengan shalat, seperti Imam al-Qurthubi, Ibnu Katsir, al-Sa’di –rahimahumullahu- dan selainnya.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan tentang makna “Dan pada sebagian dari malam, maka bersujudlah kepada-Nya”, maksudnya: perbanyak sujud. Itu tidak bisa kecuali dengan memperbanyak shalat.”
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslamy yang meminta agar bisa dekat dengan beliau di surga,
فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ اَلسُّجُودِ
“Bantu aku mewujudkan keinginanmu itu dengan engkau memperbanyak sujud.” (HR. Muslim)
Memperhatikan kaifiyah sujud menjadi perkara sangat penting bagi seorang musholli (orang yang shalat). Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam diperintahkan langsung untuk bersujud di atas tujuh anggota tubuh.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ : عَلَى اَلْجَبْهَةِ - وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى أَنْفِهِ - وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ اَلْقَدَمَيْنِ
"Aku diperintahkan untuk bersujud di atas tujuh tulang pada dahi -beliau menunjuk dengan tangannya pada hidungnya-, kedua tangan (telapaknya), kedua lutut, dan ujung-ujung jari kedua kaki." (Muttafaq Alaihi)
Perintah yang tertuju kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam merupakan perintah yang berlaku umum untuk diri beliau dan umatnya, kecuali adanya dalil khusus yang mengeluarkan dari keumumannya. Karena beliau menjadi tauladan yang harus diikuti oleh umatnya dalam ibadah. Sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)
Hadits di atas menunjukkan wajibnya sujud dalam shalat di atas 7 anggota tubuh. Yaitu jidad –bersama dengan hidung-, 2 telapak tangan, 2 lutut, dan 2 telapak kaki –ujung telapak kaki bagian depan-.
Jidad dan hidung terhitung sebagai satu anggota tubuh, karena ia bagian dari kesatuan wajah. Jumhur ulama berpendapat wajibnya menggabungkan antara jidad dan hidung. Artinya hidung harus juga menempel ke lantai. Jika tidak, menyebabkan tidak terpenuhinya rukun sujud.
Sedangkan yang dimaksud dengan tangan adalah dua telapak tangan dengan jari-jemari dihadapkan ke arah kiblat.
Adapun bersujud dengan meletakkan siku ke lantai terlarang. Disifati sebagai cara menderumnya anjing. Tidak boleh bersujud menyerupai cara menderumnya anjing.
Ketujuh anggota tubuh ini mewakili seluruh anggota tubuh untuk bersujud. Ini menunjukkan puncak ketundukan dan kekhusyuan lahir.
Sebagaimana yang telah maklum bahwa sujud menggambarkan ketundukan dan merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang paling sempurna, maka ia posisi paling mulia seorang hamba di hadapan Rabb-nya. Saat inilah dirinya sangat dekat kepada Tuhan-nya sehingga ia mendapat keistimewaan besar dari-Nya. Di antaranya: dicatat kebaikan untuknya dan dihapuskan kesalahan darinya, ditinggikan derajatnya, dan dikabulkan doa-doanya. Karenanya, bersungguh-sungguhlah dalam bersujud; dengan hati, lisan, dan anggota badan. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]