View Full Version
Kamis, 24 Dec 2009

Allah Tak Pernah Tidur: Uang 6,7 Trilyun Itu Ilegal

Lamongan (voa-islam.com) - Umat Islam susah untuk berukhuwah, bersatu dengan saudaranya sendiri. Sedangkan benih perpecahan selalu tumbuh dari kalangan Islam sendiri. Sehingga Islam yang berpenduduk banyak tidak mampu berkembang dan selalu kalah dengan para musuh-musuhnya.

''Ketidakmampuan umat Islam untuk berukhuwah inilah salah satu alasan kenapa begitu sulit mengalahkan Israel yang hanya berpenduduk 6 juta jiwa,'' kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nasir, saat menjadi pembicara dalam Peringatan Milad Muhammadiyah 1 Abad yang diadakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Lamongan di GOR setempat Rabu (23/12), kemarin.

Diungkapkan Haedar, ketidakmampuan untuk berukhuwah tersebut juga terjadi di Indonesia. Nusantara yang dulunya animisme dan dinamisme kini 90 persen penduduknya beragama Islam itu berkat jasa da’i dan ulama terdahulu.

Kemudian sekarang realitas Islam sudah memiliki begitu banyak ormas mulai dari NU, Muhammadiyah hingga Persis maupun Al Irsyad. Kemudian ormas yang sudah banyak ini semakin banyak sejak medio 1998-an.

''Bibit perpecahan umat Islam di Indonesia akibat pola lama yang selalu terjadi. Yakni selalu berebut ikan di kolam yang sama. Kalau ini bisa untuk tidak dilakukan dengan memancing ikan di kolam yang lain, bibit perpecahan itu tidak akan tumbuh.

Demikian pula kalau ingin memberi kejayaan pada Islam, kita harus bersatu, berukuwah dan menghindari bibit-bibit perpecahan,'' tegas Haedar.

".....jangan sampai kasus ini menghipnotis rakyat untuk percaya bahwa pengucuran dana Rp 6,7 triliun itu legal, Allah tidak pernah tidur. Allah juga tidak pernah salah menghisab siapa saja yang bersalah'' kata Haedar

Dalam kesempatan itu Haedar juga menyinggung kasus bail out Rp 6,7 triliun Bank Century. Menurut Haedar, ada dana Rp Rp 6,7 triliun yang raib dengan dilegalisisasi secara luar biasa. Dia juga berharap Pansus Bank Century yang saat ini mulai bekerja agar tidak main-main dengan kasus tersebut.

''Saya tidak akan berbicara yang berurusan dengan politik. Tetapi jangan sampai kasus ini menghipnotis rakyat untuk percaya bahwa pengucuran dana Rp 6,7 triliun itu legal, Allah tidak pernah tidur. Allah juga tidak pernah salah menghisab siapa saja yang bersalah'' kata Haedar dalam kegiatan yang dihadiri sejumlah pejabat pemkab Lamongan.

Indonesia adalah negeri yang sangat makmur. Bahkan diakui sebagai Negara yang berhasil selamat dari krisi global yang membuat banyak Negara maju limbung.

Namun diungkapkannya juga ada fakta bahwa negara ini mulai tertinggal oleh Negara yang dulunya bahkan harus belajar dari Indonesia. Di dunia pendidikan Indonesia kini bahkan mulai tertinggal dari Vietnam.

''Kita perlu menengok ke diri sendiri. Jangan-jangan kita sendirilah yang menyebabkan negeri yang makmur ini selalu dirundung masalah. Padahal Allah telah menjanjikan akan memakmurkan negeri yang umatnya beriman dan bertaqwa.

Dan janji Allah itu pasti benar. Setiap elit di negeri ini juga hendaknya tidak main-main dengan amanat yang kini diembannya. Karena elit selama ini telah diurus dengan biaya negara yang tidak sedikit,''ujarnya

Dicontohkan Haedar, take home pay yang diterima anggota DPR RI yang mencapai Rp 75 juta setiap bulannya. Tetapi jika sampai melakukan hal yang menyimpang maka para wakil rakyat maupun pejabat elit lainya dinilainya sudah tidak mempunyai nurani.

''Para elit harus belajar dari masa lalu. Sebab kemewahan tidak selalu mampu membuat ketengangan dalam kehidupan. Apalagi dari hasil mengeruk uang negara,'' pungkasnya. [Ibnu Dzar/rpb]


latestnews

View Full Version