View Full Version
Selasa, 24 Aug 2010

Khatamkan 40 Kitab, Santri Lirboyo Cuma Tidur 1,5 Jam

Kediri (voa-islam.com)  – Selama bulan Ramadan ini, para santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo mengisinya dengan berbagai kegiatan keagamaan. Salah satu agenda rutin adalah Ngaji Kilat atau Ngaji Pasanan.

Seluruh santri diharuskan mengikuti kegiatan ngaji cepat ini. Mereka dituntut menyelesaikan puluhan kitab selama bulan puasa.

Kegiatan ini cukup menguras waktu santri. Bayangkan, selama satu hari satu malam, mereka terbiasa hanya menggunakan 1,5 jam untuk beristirahat. Selebihnya dipakai untuk mengikuti Ngaji Kilat ini. Mulai pagi hingga malam hari. Lalu seperti apa aktifitas Ngaji Kilat di Ponpes Lirboyo tersebut?

Sekitar pukul 11.00 WIB, beritajatim.com tiba halaman ponpes Hidayatul Mubtadi’aat, berada di kawasan komplek Ponpes Lirboyo Kediri. Terlihat beberapa orang santri duduk bersila di atas sajadah.

..."Isinya kolaborasi antara ilmu Tasawuh dengan Ilmu Fiqih. KH Anwar Mansur yang ngaos (membaca), dan para santri memaknai," terang Samsul Muin...

Sebagian besar berada di dalam ruangan, dan di pelataran pondok. Namun, ada yang berada di halaman, tempat biasa digunakan sebagai lahan parkir. Bahkan, ada yang jauh dari santri lain.



Para santri itu tidak ada yang melakukan komunikasi. Mereka hanya diam, dan matanya memandang kitab yang disangka dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanan mereka memegang bolpoin. Sengatan terik mata hari, tidak menjadi halangan bagi mereka.

Di tengah keseriusan itu, terdengar seseorang tengah mengaji dengan pengeras suara. "Beliau adalah KH Anwar Mansur, salah seorang pengasuh yang sedang ngaos (ngaji) Kitab Tambihul Ghofilin," kata pengurus pondok Samsul Muil kepada beritajatim.com.

Kitab Tambihul Ghofilin adalah sebuah kitab yang berisi ilmu tasawuf dan fiqih. "Isinya kolaborasi antara ilmu Tasawuh dengan Ilmu Fiqih. KH Anwar Mansur yang ngaos (membaca), dan para santri memaknai," terang Samsul Muin memberikan penjelasan.

Rupanya, para santri sudah mengikuti kegiatan ngaji bersama KH Anwar Mansur itu sejak pukul 06.00 WIB tadi. Mereka tidak ada yang beranjak atau berpindah dari tempat duduknya.

Sesekali saja mereka hanya membenahi posisi duduk bersila. Cara itu mereka gunakan untuk menghilangkan rasa capek dan kantuk. Maklum, mereka sangat kekurangan waktu untuk beristirahat. Maka, tidak jarang dari mereka yang sampai tertidur di majelis tempat mengaji itu.

Seperti halnya salah seorang santri yang ditemui beritajatim.com. Pemuda berpakaian baju warna abu-abu kombinasi putih garis-garis lengan panjang, dan sarung biru, serta mengenakan songkok hitam itu tertidur pulas.

Dia tertidur masih dalam keadaan menyangga kitab dan memegang bolpoin. "Hal seperti itu (santri tidur) adalah wajar. Mereka yang mengantuk kadang juga tertidur seperti itu," kata Samsul Mu’in.

Santri Senior Ikut Safari Ramadhan

Samsul menjelaskan, Ngaji Kilat pada Ramadan kali ini diikuti oleh 1.100 santri. Jumlah ini lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya. Penurunan jumlah peserta itu dikarenakan instruksi para pengasuh agar santrinya mengadakan kegiatan Safari Ramadan ke pelosok-pelosok.

Kegiatan Safari Ramadan, ungkap Samsul, dilakukan oleh para santri yang sudah senior. Mereka melakukan siar agama kepada masyarakat. "Kegiatan Safari Ramadan ini sudah berlangsung sejak empat tahun terakhir," beber Samsul.

..."Kegiatan Safari Ramadan ini sudah berlangsung sejak empat tahun terakhir," beber Samsul...

Ngaji Kilat sendiri dimulai sejak awal Ramadan dan  biasanya selesai pada tanggal 17 Ramadan, atau tepat hari Nuzulul Qur’an (peringatan turunnnya Al-Qur an). Ramadan kali ini, ada 40 kitab yang mesti diselesaikan. Terdiri dari kitab besar dan kitab kecil.

Kitab besar yang sudah diselesaikan adalah Kitab Iqna’. Kitab ini terdiri dari dua jus. Jus satu sebanyak 300 lembar, dan jus dua hampir 400 lembar. "Kitab Iqna' sudah khatam seminggu lalu. Kini diteruskan dengan kitab-kitab lainnya," terus santri yang sudah mengaji di Lirboyo sejak kecil itu.

Empat puluh kitab itu dibaca oleh lima orang pengasuh. Diantaranya, KH Idris Marzuki. Mbah Idris, sebutan akrab KH Idris Marzuki membaca lima buah kitab. Antara lain, Kitab Hidayatul Hidayah, Fatkhul Basoul Iqwan, dan Dalairul Qoirot, sekaligus pemberian ijazah Dalail terhadap santri.

Kemudian KH Anwar Mansur, membacakan dua buah kitab. Yaitu, Kitab Tambikhul Ghofilin, dan Ta’limul Muta’alim sejak pagi pukul 06.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB. Selanjutnya, KH Abdullah Khafabiyi membaca dua kitab, Jawairul Buchori dan Arba’in Nawawi, setelah Sholat Tarawih.

KH Imam Yahya Mansyur yaitu, Kitab Sarah Jurumiyah dan Usfuriyah serta Tankhihul Qoul pada pukul 07.00 WIB. Dan terakhir adalah Habibullah Zaini membaca kitab Iqna’ yang sudah khatam. Seluruh kitab tersebut berisi, ilmu fiqih, tafsir, tasawuf, tauhid dan akhlaq.

Selain para santri Ponpes Lirboyo, Ngaji Kilat ini juga diikuti oleh masyarakat umum. Mereka dikenal dengan Santri Kalong (kelelawar, red) atau biasa disebut Santri Nduduk (pendatang). Mereka bisa mengikuti kegiatan Ngaji Pasanan baik dengan cara mondok, atau hanya sekedar datang untuk mengaji.

Para Santri Kalong yang mondok diberikan beban syahriyah (bulanan) sebesar 100 persen, atau sebanyak Rp 30 ribu. Sedangkan, bagi Santri Kalong yang tidak perlu mondok hanya dibebankan membayar 50 persen atau Rp 15 ribu.(Ibnudzar/beritajatim)


latestnews

View Full Version