View Full Version
Senin, 01 Aug 2011

Gerakan Radikalisme Terjadi Pada Semua Komunitas Umat Beragama

Jakarta (voa-islam) –Radikalisme yang muncul sekarang ini tidak bisa diidentikkan dengan Islam dan umat Islam dimanapun berada. Fakta yang terjadi di berbagai belahan dunia, seperti di Norwegia baru-baru ini (yang dilakukan oleh Anders Behring Breivik), membuktikan bahwa paham dan gerakan radikal dapat terjadi pada semua komunitas umat beragama, karena berbagai latar belakang dan sebab yang memicunya.

Demikian dikatakan Ketua Umum Baznas Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc dalam Diskusi Panel “Membangun Ukhuwah di Tengah Pluralitas Pemikiran dan Geraka Islam di Indonesia”, Sabtu (30/7) di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jl. Proklamasi No. 51 , Menteng, Jakarta-Pusat.

Dikatakan KH. Didin, persoalan radikalisme belakangan ini menjadi isu yang hangat diperbincangkan dan menjadi perhatian berbagai kalangan untuk mencari solusi dan akar penyebabkan. Banyak kalangan yang berpendapat, bahwa penyebab radikalisme salah satunya adalah pemahaman agama yang salah dan tidak komprehensif, disamping kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan dan sebagainya, sehingga terjadi ketimpangan social.

“Radikalisme bernuansa agama dapat diatasi secara komprehensif tanpa mengorbankan demokrasi maupun kepentingan umat beragama,” kata KH. Didin yang juga Wakil Ketua Pengurus Pleno Dewan Syariah Nasional (DSN) – MUI.

Dalam makalahnya yang berjudul “Mencari Solusi Atas Problematika Sosial sebagi Penyebab Radikalisme”, KH. Didin Hafidhuddin sepakat dengan pendapat mantan Ketua Umum PBNU  KH. Hasyim Muzadi dalam menyikapi radikalisme agama. Pendapat  para tokoh agama menyimpulkan bahwa ketidakadilan, kemiskinan, dan kebodohan membuat masyarakat mudah dipengaruhi oleh gerakan radikal. Mereja menawarkan alternative-alternatif yang spekulatif seperti teror.

Atasi Radikalisme Bukan dengan Peluru

Menurut KH. Didin Hafidhuddin, radikalisme agama adalah masalah yang kompleks dan harus diselesaikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan sepotong-sepotong atau hanya stu elemen saja, tapi butuh koordinasi menyeluruh.  “Gerakan radikalisme bernuansa agama yang berujung tindak terorisme tidak bisa dihentikan dengan peluru, akan tetapi harus diatasi factor pemicunya,” ungkapnya.

Salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk melindungi umat Islam dari bahaya radikalisme adalah melakukan penguatan pendidikan dan ekonomi umat melalui pendistribusian zakat, infaq, shadaqah serta wakaf.

Dalam sejarah abad keemasan Islam, kemiskinan dapat diatasi, antara lain, melalui pendayagunaan zakat, infaq, shadaqah dan wakaf, sehingga keadilan social dapat terwujud dalam kehidupan bernegara. Bisa dibuktikan, tidak ditemukan kasus-kasus kerusuhan dan radikalisme massa pada saat itu.

Menurut data Baznas, ada sekitar 2,8 juta orang mustahik yang menerima dana ZIS setiap tahunnya di seluruh Indonesia. Hasil survei menunjukkan, dalam rasio perbandingan dengan jumlah penduduk miskin di Tanah Air, diperoleh angka 9% orang miskin yang telah terbantu dan terselamatkan dengan keberadaan organisasi pengelola zakat.

Jika hal it terus dilakukan, ditingkatkan, dan diperbaiki segala kekurangannya, maka pengaruh pendayagunaan ZIS terhadap pengurangn kemiskinan akan semakin meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Melalui upaya tersebut, sebagian dari akar persoalan radikalisme akan dapat kita atasi bersama.

Masalah kemiskinan dan ketimpangan soal mengharuskan institusi negara dan pemerintah bersama MUI dan ormas-ormas Islam, lembaga pendidikan, organisasi pengelola zakat, dan semua pihak, harus bergandengan tangan untuk membangun kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.  “Karena itu, kebersamaan kita semua, berbagai komponen umat dan bangsa agar mencarikan solusi dan akar radikalisme,” harapnya. Desastian


latestnews

View Full Version