View Full Version
Senin, 05 Dec 2011

Sebutan Wahabi Radikal DiKampanyekan Eks Kepala BIN AM Hendropriyono

Jakarta (voa-islam) – Gara-gara mantan Kepala BIN Jenderal Purn Hendropriyono menyampaikan statemen kontroversialnya yang kemudian dilansir oleh sejumlah media massa, terkait Jaringan Wahabi Radikal, benturan antar kelompok Islam acapkali terjadi.

Pemantiknya adalah ketika Hendro mengaitkan terorisme dengan apa yang ia sebut dengan wahabi radikal. Menurutnya, wahabi radikal merupakan lingkungan (habitat) yang cocok bagi terorisme. Tidak hanya itu, Hendropriyono juga sempat mengaitkan wahabi radikal dengan Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin. Hendro tidak menyadari, statemennya itu bisa menimbulkan badai fitnah yang lebih besar: umat Islam terprovokasi untuk membenci saudaranya sendiri.

Terkait radikalisme, mantan BIN itu mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera menerapkan Undang-undang Anti Kekerasan. Penerapan UU itu dibutuhkan untuk mengatasi aksi terorisme. Keberadaan UU anti kekerasan, kata Hendro, adalah dalam rangka menangkal Aliran Keras Transnasional Wahabi Kontemporer, sebuah aliran yang merupakan lingkungan yang kondusif bagi berkembangnya terorisme di Indonesia.

Lebih lanjut Hendro mengatakan, aliran keras transnasional Wahabisme Kontemporer merupakan aliran yang sudah mulai menginfiltrasi sebagian pikiran umat Islam Indonesia. “Tahun 2009 merupakan tahapan keempat dari infiltrasi ini,”tegasnya.

Ketika ditanya pers, soal kenapa aparat kepolisian sulit menangkap Noordin M Top? “Karena Noordin M Top mendapat perlindungan dari pengikut organisasi yang masih menganut paham Wahabi. Noordin bersembunyi di habitat yang senang kekerasan, mengaku di negeri ini sebagai Wahabi dan Salafi,” kata Sang Hendro.

Untuk mengatasi terorisme global, Hendropriyono mendesak negara-negara Islam untuk bekerja sama membersihkan pengaruh fundamentalisme. Menurutnya, ini merupakan syarat pokok guna menetralisir lingkungan yang dapat dijadikan habitat bagi terorisme untuk melakukan regenerasi.

Konyolnya lagi, Hendro merekomendasi aparat polisi untuk melakukan pengawasan kegiatan dakwah di blan Ramadhan. Menurutnya, cara ini cukup efektif untuk memonitor masuknya paham terorisme.

Kini, istilah Wahabi dan salafi digabung menjadi satu, yakni Salafi Wahabi. Yang mempopulerkan nama Salafi Wahabi adalah Ketua Umum PBNU KH. Said Agil Siraj. "Awalnya dikenal dengan Wahabi. Karena tidak laku dijual mereka menggunakan Salafi. Maka, kita sebut saja Salafi Wahabi. Ya memang, Salafi ya Wahabi," kata Said Agil kepada voa-islam.

Tapi apa lacur? Definisi Salafi Wahabi menjadi kabur alias tidak jelas. Dampaknya jauh lebih besar lagi. Fitnah pun kian menggurita di kalangan umat Islam sendiri. Akibat seringnya mengucapkan Salafi Wahabi, maka semua kelompok pun disama-ratakan alias hantam kromo, dicap (stigma) sebagai golongan Salafi Wahabi. Nampaknya AM Hendropriyono, Said Agil dan Ansyad Mbai bagaikan Three Musketers yang doyan menyudutkan sesama kaum muslimin.

Sungguh ironi, nasib umat Islam seperti “hidangan” di atas meja yang menjadi santapan empuk mereka yang tidak senang ukhuwah Islamiyah betul-betul bisa terwujud. Tentu, kita tak rela jika kaum muslimin menjadi kanibal yang memakan daging saudaranya sendiri. Desastian


latestnews

View Full Version