View Full Version
Senin, 25 Jun 2012

Jusuf Kalla Buat Program Service Pengeras Suara untuk 1.000 Masjid

JAKARTA (VoA-Islam) – Sejak Jusuf Kalla (JK) terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), ada program menarik yang ia gulirkan, yakni program memperbaiki atau menservice pengeras suara untuk 1.000 masjid yang ada di Jakarta. Program ini tentu saja seperti melawan arus dengan statemen Wakil Presiden RI Boediono sebelumnya, agar DMI mengatur azan melalui pengeras suara.

Seperti diberitakan Voa-Islam, saat membuka Muktamar DMI ke VI di Asrama Haji Pondok Gede (27/4), Wapres Presiden Boediono meminta agar DMI ikut mengatur penggunaan suara adzan di masjid-masjid, karena azan dianggap bising dan menganggu.  Akan lebih baik, azan hanya terdengar sayup-sayup dari jauh dibanding terlalu keras, menyentak, dan terlalu dekat ke telinga kita.

“Dewan Masjid Indonesia kiranya juga dapat mulai membahas, umpamanya,  tentang pengaturan penggunaan pengeras suara di masjid-masjid. Kita semua sangat memahami bahwa azan adalah panggilan suci bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban sholatnya. Namun demikian, apa yang saya rasakan barangkali juga dirasakan oleh orang lain, yaitu bahwa suara azan yang terdengar sayup-sayup dari jauh terasa lebih merasuk ke sanubari kita dibanding suara yang terlalu keras, menyentak, dan terlalu dekat ke telinga kita,” demikian Boediono dalam sebuah pernyataannya.

Dalam sebuah keputusan Muktamar ke VI Dewan Masjid Indesia (DMI) yang berlangsung Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta (28/4), secara aklamasi memilih mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) ditunjuk sebagai Ketua Umum Pimpian Pusat DMI yang baru untuk masa bakti 2012-2017, menggantikan Ketua Umum DMI sebelumnya KH. Tarmizi Taher.

Ketua DMI Povinsi DKI Jakarta Drs. H. Syamsuddin M, kepada Voa-Islam usai memperingati Milad ke-40 DMI di Masjid Islamic Center Jakarta, Jl. Kramat Raya, Koja, Jakarta Utara, membenarkan adanya program DMI DKI untuk memperbaiki (service) pengeras suara bagi 1.000 masjid yang ada di Jakarta.

“Saat bersilaturahim dan berkomunikasi dengan sejumlah pengurus masjid di Jakarta, kami bertanya, apa sesungguhnya yang dibutuhkan masjid untuk melayani umat saat ini. Beberapa pengurus masjid lalu menjawab, bahwa masjid membutuhkan sistem pengeras suara yang baik, sehingga saat azan atau ketika menyampaikan pesan dalam sebuah kegiatan keagamaan bisa diterima jamaah dengan baik. Sekarang ini, banyak pengeras suara (speaker dan sound system) masjid yang rusak, sehingga perlu diperbaiki,” kata Syamsuddin mengutip ucapan pengurus masjid.

Merespon hal tersebut, DMI Provinsi DKI Jakarta lalu menyampaikan kepada JK untuk membuat program memperbaiki sistem pengeras suara masjid. Bak gayung bersambut, JK pun menyambut baik program tersebut. Lalu dibuatlah Program Menservice Pengeras Suara untuk 1.000 Masjid, khususnya untuk wilayah DKI Jakarta.  

“Program ini dalam rangka dakwah untuk menyambut bulan bulan suci Ramadhan. Tak sedikit, pengeras suara masjid yang harus diperbaiki. Sangat disayangkan, jika khatib dan imamnya bagus, tapi pengeras suaranya tidak bagus. Sound System yang tidak bagus tentu sangat menganggu. Karenanya harus diperbaiki.  Jika memang rusak parah, bisa saja diganti dengan membeli yang baru,” kata Syamsuddin.

Ketika ditanya, bukankah program tersebut seperti melawan arus, ketika Boediono justru meminta DMI agar mengatur azan yang selama ini menggunakan pengeras suara. “Sebenarnya, apa yang diucapkanPak Boediono itu hanya salahpersepsi saja. Azan itu memang harus keras, kecuali bila digunakan di luar azan. Tidak bisa dikatakan, jika azan itu menganggu orang yang berada di sekitarnya. Menurut JK, azan yang memangil orang untuk shalat, memang harus keras.

Terbetik kabar, ada sebagian pengurus masjid yang melarang penceramah, pendakwah, atau khatib untuk bicara seputar penerapan syariat Islam, khilafah, ataupun wacana Negara Islam.  “ Pengurus masjid memang sebaiknya membuat tema-tema seputar khutbah Jum’at, sehingga tema yang disampaikan khotib  di  masjid yang berbeda tidak sama. Yang jelas, seorang khatib harus menyampaikan dakwah bil hikmah,  jamaah haus dengan sentuhan-sentuhan rohani yang menyadarkan, memotivasi, mencerdaskan dan mencerahkan,” ungkap Syamsuddin. Desastian


latestnews

View Full Version