View Full Version
Senin, 27 Aug 2012

Catut Ibnu Taimiyah, Said Aqil Siroj Dukung Jokowi-Ahok

JAKARTA (VoA-Islam) Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj mengatakan, Pilgub DKI Jakarta sama sekali tidak ada masalah latar belakang keagamaan seorang pemimpin. “Keadilan bersama non-muslim itu lebih baik daripada ketidakadilan bersama muslim,” ujarnya dalam SMS yang tersebar.

Said pun mencatut Ibnu Taimiyah dalam Kitab Siyasah Syar’iyah yang menegaskan, kalau orang yang adil meski non muslim jadi pemimpin, orang Islam pasti akan pula mendapat keadilan. Sebaliknya, jika ada pemimpin beragama Islam yang zalim, orang Islam sekalipun akan dizalimi.

Berdasarkan kaidah tersebut, menurut Said, bagi NU, pasangan Jokowi-Ahok tidak bermasalah. “”Silahkan saja menang, bagi NU tidak ada masalah,” tandasnya.

Menanggapi statemen Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj yang nyeleneh itu, Sekjen MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia) Ustadz Fahmi Salim mengatakan, mengutip ungkapan Syakih Ibnu Taimiyah tentu harus didudukkan secara adil dan proporsional, tidak boleh dan tidak bisa statemen ini menganulir prinsip ajaran al Quran, yang jelas-jelas termaktub di dalam ayat-ayat Madania, seperti QS. al-Imran, QS. an-Nisa , dan QS. al-Maidah.

“Dalam ayat tersebut, jelas melarang dan tidak merekomendasikan non Muslim sebagai pemimpin umat Islam. Kecuali, jika umat Islam dalam kondisi takut dan minoritas,” ujar Ustadz Fahmi Salim.

Ini merupakan ungkapa satire, yakni Allah akan menolong dan memperkuat kekusaan yang adil meski kafir, dan tidak menolong pemerinah yang zalim meski ia mukmin. “Ini memang benar. Kita ketahui, adil adalah prisnip dasar dari sebuah pemerintahan, dan ini sifatnya universal.”

Islam itu objektif. Kita tidak akan KKN, menerima pemimpin zalim meski ia zalim. Penguasa Islam itu harus adil. Jadi, setelah muslim, ia harus bersikap adil sebagai bentuk pilar kekuasaan.

“Karena itu keliru jika mengangkat pemimpin non muslim tanpa alasan yang benar. Kenapa harus yang non muslim, jika masih ada pemimpin muslim yang adil.  Sepertinya ada upaya untuk menstigmatisasi dan menggiring opini, seolah pemimpin muslim itu zalim. Fauzi Bowo itu bukan pemimpin zalim. Kecuali, jika Fauzi terbukti zalim, akidah dan akhlaknya rusak, maka bolehlah kita tidak memilihnya, meski dia muslim,” kata Fahmi.

Jakarta Dibangun oleh Ulama

Pernyataan Ketua PBNU, Said Aqil Siroj, bahwa sama sekali tidak ada masalah latar belakang keagamaan seorang pemimpin, juga mendapat reaksi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua MUI, KH Kholil Ridwan, mengatakan bahwa dalam sejarahnya, Jakarta didirikan oleh Fatahilah, seorang ulama besar yang berhasil menumpas tentara Portugis hingga berdirinya Kota Jakarta, yang dahulu dinamai Jayakarta dan Sunda Kelapa.
 
"Atas dasar itulah, Jakarta ini sebenarnya warisan atau amanah dari seorang ulama besar yang berhasil mengalahkan kolonial Portugis. Dengan begitu, umat Islam di Jakarta ini wajib mempertahankan kepemimpinan,” kata Kholil kepada Voa-Islam.

Menurutnya, umat Islam di Jakarta jumlahnya mayoritas dibanding umat lainnya. Dengan begitu, kata dia, Jakarta idealnya dipimpin oleh kalangan mayoritas. “Seorang muslim ini tidak hanya memimpin di dalam masjid, akan tetapi di luar masjid pun harus jadi pemimpin. Kalau masih ada pilihan dari kaum muslim kenapa tidak?” tandasnya.

Kemudian, bicara soal seorang pemimpin zalim, lanjut Kholil, sejauh ini Fauzi Bowo dinilai bukan tipikal seorang pemimpin yang zalim. “Sehingga (Fauzi) layak untuk dipilih terutama oleh orang-orang muslim,” tegasnya.
 
Kholil tidak sependapat dengan salah satu statmen Said yang mengundang kontroversi, yakni mengutip kaidah Fiqih Ibnu Taimiyah yang dalam kitab Siyasah Syar'iyah yang menyatakan, kalau orang yang adil meski non muslim yang memimpin, maka orang Islam itu pasti mendapatkan keadilan pula. Sebaliknya, jika ada pemimpin beragama Islam yang zalim, maka orang Islam sekalipun akan dizalimi.  Desastian

 


latestnews

View Full Version