View Full Version
Rabu, 20 Nov 2013

Negara Disadap Alat Densus 88 Pemberian Amerika & Australia

JAKARTA (voa-islam.com)Ditengah gonjang ganjing dan saling sikut antara godfather dan mafia asing, ada saja isu yang bertebaran untuk menjegal lawan dalam percaturan politik tanah air. Jika sebelumnya SBY dinilai lambat dalam penanganan aksi sadap AS dan Australia dibandingkan para cyberarmy di Indonesia yang menyerang secara membabibuta situs di Australia sebagai bentuk protes. 

Hubungan Indonesia-Australia tegang pasca skandal yang diungkap Edward Snowden ditambah lagi sikap jumawa Australia yang menolak minta maaf. Padahal jelas sudah menjadi isu internasional bahwa intelijen Australia dan Amerika Serikat menyadap para pejabat Indonesia.

Bentuk protes dari Indonesia Police Watch (IPW) pun menyasar kepada institusi Polri  yang diminta agar segera mengevaluasi berbagai alat-alat sadap bantuan dari Australia yang salah satu ada pada Detasemen Khusus (Densus) 88.

Neta S. Pane Ketua Presidium IPW menilai, Pemerintah Indonesia dan kalangan intelijen perlu mencek alat sadap bantuan asing, terutama Australia. Apakah selama ini Australia menyadap lewat alat bantuan tersebut.

Lalu kenapa Indonesia penting bagi Australia?

Seorang mantan perwira di Badan Intelijen Australia (Defence Signals Directorate) menyatakan Kedutaan Besar Australia di Jakarta menjadi pemain kunci dalam mengumpulkan informasi. Australia menyasar data politik, ekonomi, dan intelijen melalui kedutaannya di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan serta Konsulat Jenderal Australia di Denpasar, Bali, juga disebut digunakan untuk mengumpulkan data-data intelijen.

 “Buka rahasia mereka, lindungi rahasia kita (reveal their secrets, protect our own)”. Itulah semboyan Badan Intelijen Australia (Defence Signals Directorate) yang tahun 2013 ini berganti nama menjadi Australian Signals Directorate
 

Jakarta menjadi pusat aksi spionase Australia di Asia karena dua faktor.

1) pertumbuhan jaringan telepon seluler yang pesat di Indonesia dan Jakarta khususnya.

2) elite politik di Jakarta disebut amat cerewet. “Jaringan seluler merupakan anugerah besar, dan elite Jakarta adalah kelompok yang amat suka bicara. Mereka bahkan tetap mengoceh meski merasa agen intelijen Indonesia sendiri mendengarkan (menyadap, red) mereka,” kata mantan perwira DSD itu seperti dikutip International Business Times Australia
 
Sejumlah data intelijen yang dicari Australia di Indonesia antara lain terkait terorisme dan penyelundupan manusia. Aksi terorisme kerap terjadi di Indonesia, sedangkan penyelundupan manusia menyangkut ribuan imigran gelap yang selalu menempuh jalur laut melalui Indonesia untuk mencari suaka di Australia. Parahnya, cara masuk ilegal via Indonesia ini amat berbahaya sehingga ratusan imigran seringkali tewas tenggelam saat menyeberang dengan perahu ke perairan Australia. 

Berikut adalah daftar nama-nama pejabat RI yang disadap oleh AUSTRALIA
1. Susilo Bambang Yudhoyono, jenis ponsel Nokia E90-1
2. Kristiani Herawati (Ani Yudhoyono), jenis ponsel Nokia E90-1
3. Boediono (Wakil Presiden), jenis ponsel Blacberry Bold (9000)
4. Jusuf Kalla (mantan Wakil Presiden), jenis ponsel Samsung SGH-Z370
5. Dino Pati Djalal (juru bicara presiden urusan luar negeri), jenis ponselBlackberry Bold (9000)
6. Andi Mallarangeng (juru bicara presiden urusan dalam negeri), jenis ponsel Nokia E71-1
7. Hatta Rajasa (Menteri Sekretaris Negara), jenis ponsel Nokia E90-1
8. Sri Mulyani Indrawati (Menko Ekonomi), jenis ponsel Nokia E90-1
9. Widodo Adi Sucipto (Menko Polkam), jenis ponsel Nokia E66-1
10. Sofyan Djalil (Menteri Komunikasi dan Informatika), jenis ponsel Nokia E90-1 

Mantan Wakil Ketua BIN : Amerikalah Yang Harus Bertanggungjawab

Soeripto mantan wakil ketua BAKIN (BIN di era orde baru) menilai aksi penyadapan sejatinya merupakan peringatan bagi pemerintah RI untuk meningkatkan teknologi keamanan cyber dan peningkatan sumber daya manusia. Sebab, teknologi yang dimiliki Indonesia saat ini masih jauh tertinggal dengan Australia dan Amerika.
 
"Sepengetahuan saya yang memberikan order kepada Australia itu Amerika. Jadi menurut saya salah alamat kalau kita protes, atau minta pertanggungjawab atau minta maaf Australia," kata Soeripto di Gedung KPK.

 "Jadi mestinya ke sana (Amerika) alamatnya bukan ke Kedutaan Australia atau pemerintah Australia," ujarnya
 
Ingat pepatah bule, There's no such thing as a free lunch," tak ada makan siang yang diperoleh secara gratis, selalu ada udang dibalik batu [ahmad/voa-islam.com]

latestnews

View Full Version