View Full Version
Jum'at, 07 Mar 2014

68 Tahun Dipimpin Partai Sekuler, Indonesia Belum Juga Sejahtera

JAKARTA (voa-islam.com) - Bangsa dan rakyat Indonesia menghadapi pemilu yang kesekiankalinya dan hingga kini kesejahteraan masih jauh dari harapan, biaya hidup semakin tinggi dan kepastian hukum makin tak tergapai. Hutang RI pun semakin membnengkak.

JAKARTA (voa-islam.com) - Bangsa dan rakyat Indonesia menghadapi pemilu yang kesekian dan hingga kini kesejahteraan masih jauh dari harapan, biaya hidup semakin tinggi dan kepastian hukum makin tak tergapai.
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/liberalism/2014/02/26/29260/the-godfather-23-innalillahi-dugaan-kuat-presiden-sby-agen-amerika/#sthash.Dk7Ez38o.dpuf

Ketua Umum Partai Bulan Bintang MS Kaban mencermati kekuatan politik Islam menjelang digelarnya Pemilu Legislatif pada April mendatang. Ia menilai kekuatan partai politik Islam masih belum dominan.

"Tahun ini 69 tahun Indonesia merdeka, tapi selama 69 tahun Indonesia merdeka dan 10 kali dilakukan pemilihan umum, kekuatan politik Islam tidak pernah dominan tidak pernah menang, tidak pernah menentukan bagaimana Indonesia. Jadi kita harus ingat ini," kata Kaban dalam Rakernas Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (1/3/2014).

"Perjuangan nilai aspirasi Islam tidak boleh berhenti, masyarakat bisa saja tidak bisa terima ya karena pada waktu kita merdeka dunia ini didominasi oleh pemikiran-pemikiran sekuler,"tegasnya.

Menurut Kaban selama 68 tahun Indonesia merdeka dan dipimpin oleh partai-partai yang berbasis sekuler, Indonesia menjadi negara penghutang. "Bayangkan hari ini hutang itu lebih besar daripada penerimaan negara," ujarnya.

Untuk itu, Ka'ban mengajak kalangan Islam untuk merubah kondisi yang terjadi saat ini.
"Kalau saya mengajak kita apakah dimasa yang akan datang itu suasana itu bisa kita ubah. Kalau saya tetap yakin yang bisa mengubah itu Islam itu," terangnya.

"Masalah tokoh figur barangkali belum pas, tapi sebagai kekuatan politik harus terus," tambahnya.

Sementara itu, salah satu Ketua Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia Ferry Latief mempersilakan anggota dan alumni PII untuk memilih partai berbasis Islam dalam Pemilu Legislatif mendatang. Hal ini karena banyak anggotanya berada disejumlah parpol berbasis Islam.

"KB PII tidak partisan dalam arti melihat itu dalam unsur partai tapi yang pasti. Yang kita akan mendukung partai Islam, dan partai berbasis Islam. Kita tidak mengarahkan untuk memilih salah satu parpol,"tambahnya.

69 tahun Indonesia Merdeka sudah cukup, apakah masih percaya muslihat demokrasi?

Polemik golput atau tidak itu berpulang kepada masing-masing rakyat Indonesia, namun kami mengajak bicara fakta yang tak mungkin dilupakan sejarah.

Meskipun partai nasional sekuler pelaku korupsi dan tercatat tahun 2013 urutan partai dengan anggota partai korupsi adalah Partai Golkar, Partai Demokrat dan PDI-Perjuangan. Namun tak separah operasu konspirasi besar-besaran pada partai berbasis Islam. Tak percaya?

Umat Islam dan sejarah telah mencatat bahwa penggulingan partai Islam yang meskipun menang secara telak dan mayoritas tetap dikriminalisasikan. "Sebut saja yang terbaru adalah kasus kudeta Presiden Mursi dari Ikhwanul Muslimin Mesir yang memenangi Pemilu Mesir secara demokratis pun digulingkan sekutu dan begundal kawanan zionis Israel dan campur tangan 'bayang-bayang' Amerika Serikat." ungkap Abu Ammar salah satu pendiri Voa Islam di Jakarta (25/02)

"Sejarah juga mencatat kasus penggulingan Partai FIS di Aljazair dan kemenangan rakyat Palestina dengan mendukung HAMAS secara mutlak pun akhirnya mendepak PM Ismail Haniyeh keluar Palestina." tambah Abu Ammar

Saat ini, lebih dari 60 tahun Indonesia merdeka, tak ada satu partai pun yang tegas menyatakan syariat Islam sebagai agenda utamanya, "Saat ini Indonesia pun tak memiliki partai pengusung syariat Islam setelah dibubarkannya Partai Masyumi dari bumi Indonesia.

Bahkan setelah ditutup pemerintah, markas Partai Masyumi di Kota Bekasi kini dipakai untuk markas KODIM." kisah Haji Mhd. Dachlan 'Si Pitung Dari Bekasi' yang menjabat Dewan Syuro DDII Bekasi, juga seorang tokoh pejuang Islam melawan Belanda dan Jepang dan mantan anggota Partai Masyumi.

1. Tahun 2013: Presiden Mesir Mursi Dikudeta Militer

Setelah demonstrasi besar menentang Presiden Mesir Mohamed Morsi, Menteri Pertahanan Jenderal Abdul Fatah al-Sisi pada 3 Juli 2013 mengumumkan pelengseran presiden, dan penangguhan konstitusi. Al-Sisi mengangkat Adly Mansour sebagai pemegang jabatan sementara Presiden Mesir.

Morsi berada dalam status tahanan rumah dan para pimpinan Ikhwanul Muslimin ditangkap.Pengumuman tersebut diikuti dengan demonstrasi dan bentrok di penjuru Mesir antara pendukung dan penentang junta. Pengumuman tersebut juga diikuti dengan pernyataan oleh Imam Besar Al-Azhar Ahmed el-Thayeb, Paus Theodoros II dari Aleksandria, dan pemimpin partai oposisi Mohamed ElBaradei.

Pada 30 Juni 2013, pada peringatan tahun pertama terpilihnya Morsi, ribuan protestan dari penjuru Mesir berdemonstrasi di jalan menuntut pengunduran diri presiden. Alasan dari tuntutan tersebut termasuk tuduhan bahwa sang presiden semakin otoriter dan menjalankan agama Islam tanpa mempertimpangkan kepentingan pihak oposisi sekuler.

Demonstrasi yang sebelumnya damai menjadi penuh kekerasan saat lima penentang Morsi terbunuh dalam bentrokan terpisah dan penembakan. Di saat yang sama, pendukung Morsi melangsungkan demonstrasi di kota Nasr, salah satu distrik di Kairo.

Pada pagi hari 1 Juli, penentang Morsi meringsek ke markas Ikhwanul Muslimin di Kairo. Protestan melempari jendela dan menjarah gedung, melarikan perlengkapan kantor dan dokumen. Menteri Kesehatan dan Penduduk Mesir mengkonfirmasi kematian delapan orang pada bentrokan tersebut di Mokattam.Pada 3 Juli, Menteri Kesehatan dan populasi mengumumkan bahwa 16 demonstran pendukung Morsi terbunuh dalam unjuk rasa di tempat lain. Pada waktu bersamaan, protes anti pemerintah juga berlangsung walau dengan peserta lebih sedikit.

Situasi tersebut menyebabkan krisis konstitusi dan politik berat, dengan Morsi menolak tuntutan pihak Militer, dan Angkatan Bersenjata Mesir mengancam akan mengambil alih bila politisi tidak mampu mengatasi situasi.

Pada 3 Juli malam, militer Mesir pada akhirnya menyatakan berakhirnya kepemimpinan Mohammed Morsi sebagai presiden dan mengumumkan bahwa konstitusi ditangguhkan, pemilihan presiden akan dilangsungkan segera, dan pimpinan mahkamah konstitusi Adly Mansour diangkat menjadi kepala pemerintahanan, dan pemerintah transisi akan dibenteuk hingga dilangsungkannya pemilihan umum.

Pihak Internasional mengecam tindakan ini, kecuali Saudi Arabia dan U.A.E., dan respons dari Amerika Serikat dan Iran. Negara lain yang mengecam adalah Suriah, walaupun Morsi sempat mengumumkan jihad melawan negara tersebut seminggu sebelum kudeta.

2. Tahun 2011: Moammar Khadafi Dibunuh, Negara Libya di gulingkan

Pemimpin Libya, Muammar Khadafi tewas di tangan tentara revolusioner pada Kamis (20/10), yang lalu di kampung halamannya di Sirte. Khadafi diyakini tewas setelah terjadi baku tembak antara rombongannya dengan tentara NATO. Lalu, ia bersembunyi di sebuah gorong-gorong.

Pasukan NTC yang memburunya lantas menangkap Khadafi. Setelah itu, Khadafi dieksekusi menggunakan senjata api. Beberapa versi menyatakan Khadafi sempat meminta ampun agar tidak dibunuh. Namun, akhirnya penguasa 42 tahun di Libya itu tewas di tangan oposisi.

Meski ia membantu dan mendonasikan uangnya untuk Nicolas Sarkozi memenagi pemilu Perancis.

3. Tahun 2006: Pemilu Paling Demokratis di Palestina malah digulingkan dan PM Ismail Hanniyeh terusir

Hamas sebagai organisasi perjuangan utama di Gaza, tidak hanya melakukan perjuangan bersenjata, namun juga membangun basis politik di tengah masyarakat. Mereka bergabung dengan rakyat, membangun infrastruktur dan perekonomian penduduk.

Akhirnya, dalam pemilu 2006, yang disebut Carter Foundation sebagai ‘pemilu paling demokratis yang pernah diamatinya', Hamas berhasil menang dan Ismail Haniyah menjadi Perdana Menteri. Berbagai usaha dilakukan Israel (melalui tangan Fatah) untuk menggulingkan pemerintahan Haniyah, namun gagal.

Sejak Juni 2007, Gaza diblokade ketat oleh Israel dan Gaza pun menjadi penjara terbesar di dunia.  Blokade yang sebenarnya hanya melanjutkan (dengan lebih brutal) blokade dan brutalitas yang sudah dilakukan Israel jauh sebelumnya.

Bahkan, pada 27 Desember 2008, Israel dengan dukungan persenjataan tercanggih yang disuplai AS, melancarkan invasi ke Gaza dalam operasi militer "Menuang Timah" (Cast Lead Operation). Tujuan utama Israel adalah menumbangkan Hamas.  Namun, meski 1200 warga Gaza syahid dan ribuan lainnya terluka Hamas tetap tegak dan meneruskan perjuangannya.

Lalu, apa yang sudah dilakukan dunia internasional? Hingga hari ini, masih berupa retorika dan, meskipun terbatas, upaya-upaya bantuan kemanusiaan.

5. Tahun 1997 : Rakyat kehendaki Mahkamah Syariat Islam di Somalia pun ambruk

Dan pada tahun 1997, Ali Mahdi Muhammad, komandan perang Somalia menentang berdirinya mahkamah dan membubarkannya. Seluruh sayap peradilan Islam dibubarkan dengan dukungan Pemerintah Ethiopia. Dari sanalah muncul ide untuk mendirikan mahkamah Islam dalam skup yang lebih kecil, yakni di setiap kabilah.

Semua kabilah yang menghendaki mahkamah syariat Islam mendirikannya sendiri-sendiri. Tentang hal ini berkata Syaikh Hasan Thahir Uweis, anggota pendiri Mahkamah salah satu kabilah, “Keinginan para tokoh ulama awalnya untuk menyelesaikan perselisihan di antara anggota masyarakat untuk kemudian bisa mendirikan mahkamah Islam di Mogadeshu.”

Pada tahun 2001, keinginan mendirikan mahkamah syariat Islam di Mogadeshu semakin menguat. Berbagai milisi dari berbagai kabilah telah sukses mendirikan mahkamah masing-masing. Bahkan mahkamah Islam juga telah berdiri di wilayah Marka yang jauhnya sekitar 120 km dari Mogadeshu.

Lalu di tahun 2005, dibentuk Majlis Tinggi Asosiasi Mahkamah Islam di Mogadeshu. Pemimpinnya adalah Syaikh Syarif Ahmad. Konflik internal yang muncul dan mewabah di Mogadeshu semakin memperkuat keinginan membentuk Mahkamah Islam terpusat.

6. Tahun 1991 : Partai FIS di Aljazair digulingkan meski menang Pemilu

Pada pemilu 1991, artinya hanya dua tahun sejak berdirinya FIS, partai ini meraih 54% suara dan mendapat 188 kursi di parlemen atau menguasai 81% kursi. Suatu pencapaian yang fantastis! Pada pemilu putaran kedua, FIS dinyatakan menang telak.

Hasilnya pada pemilu putaran pertama 20 Juni 1991, FIS memenangkan 54% suara dan mendapat 188 (81%) kursi di parlemen. Umat Islam Aljazair menyambut gembira Kemenangan FIS ini disambut gembira oleh rakyat Aljazair.

Namun tidak dengan Benjedid. Presiden yang kemudian mengundurkan diri ini setelah kekalahan partainya segera berkonsolidasi dengan pihak-pihak yang tak ingin Islam tampil dan FIS berkuasa. Maka Benjedid pun menggalang kekuatan militer. Militer, dengan kekuasaannya dan semena-mena, membubarkan parlemen Aljazair serta membatalkan hasil pemilu.

Mohammed Boudiaf, mewakili militer, segera mendirikan Dewan Tinggi Negara, dan kemudian bertindak sebagai pemerintahan interim. Ia, entah dengan dasar apa, mengumumkan bahwa Aljazair berada dalam keadaan darurat.

Boudiaf menjadi penguasa baru di Aljazair. Ia merekayasa semua cara untuk memberangus FIS dan menyatakannya sebagai partai politik terlarang. Ribuan anggota dan pendukung FIS ditangkap dan dijebloskan ke penjara, dan tak jarang dibunuh.

Pemimpin FIS Abassi Madani dan Ali Belhadj dipenjarakan. Boudiaf sendiri tewas di tangan Letnan Mohammed Bumaaraf yang berusia 26 tahun. Sejarah terulang, Aljazair tidak pernah lepas dari pemberontakan dan pembunuhan. Ini berbeda jika saja FIS memerintah, karena walaupun mengusung ideologi Islam, FIS tak sekalipun merugikan kepentingan golongan lain.

7. Tahun 1960 : Di Indonesia, Meski M Natsir pahlawan & tetap saja Partai Masyumi yang dibubarkan

Mohammad Natsir (lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 – meninggal di Jakarta, 6 Februari 1993 pada umur 84 tahun) adalah perdana menteri Indonesia, pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan tokoh Islam terkemuka Indonesia. Di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.

Atas segala jasa dan kegiatannya pada tahun 1957 Natsir memperoleh bintang kehormatan dari Republik Tunisia untuk perjuangannya membantu kemerdekaaan Negara-negara Islam di Afrika Utara.

Tahun 1967 dia mendapat gelar Doktor HC dari Universitas Islam Libanon dalam bidang politik Islam, menerima Faisal Award dari kerajaan Saudi Arabia pada tahun 1980 untuk pengabdiannya pada Islam dan Dr HC dari Universitas Sains dan Teknologi Malaysia pada tahun 1991 dalam bidang pemikiran Islam.

Bersama sejumlah tokoh Masyumi, seperti M Natsir, Prawoto turut membidani lahirnya Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII) pada pertengahan 1967.

Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi adalah sebuah partai politik yang berdiri pada tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta. Partai ini didirikan melalui sebuah Kongres Umat Islam pada 7-8 November 1945, dengan tujuan sebagai partai politik yang dimiliki oleh umat Islam dan sebagai partai penyatu umat Islam dalam bidang politik.

Masyumi pada akhirnya dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960 dikarenakan tokoh-tokohnya dicurigai terlibat dalam gerakan pemberontakan dari dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
 
M. Natsir adalah Pendiri dan pemimpin partai MASYUMI (Majlis Syuro Muslimin Indonesia). Dalam pemilu 1955, yang dianggap pemilu paling demokratis sepanjang sejarah bangsa, Masyumi meraih suara 21% (Masyumi memperoleh 58 kursi, sama besarnya dengan PNI.

Sementara NU memperoleh 47 kursi dan PKI 39 kursi). Capaian suara Masyumi itu belum disamai, apalagi terlampaui, oleh partai Islam setelahnya, paling tidak hingga saat ini. Dalam dunia internasional, Natsir adalah Anggota Dewan Pendiri Rabithah Alam Islami (World Moslem League), juga pernah menjadi sekjennya.

Natsir adalah pemimpin dunia Islam yang amat dihormati Sekretaris Jenderal Rabitah Alam Islami meminta hadirin berdiri saat pak Natsir memasuki ruang sidang organisasi dunia Islam itu.

Natsir adalah anak bangsa Indonesia yang pernah menjadi tokoh Dunia Islam yang begitu dihormati sepanjang sejarah Indonesia bahkan sampai sekarang. Kiprahnya memang tak pernah selesai menjadi buah pembicaraan.

Partai Masyumi, walau hanya berumur 15 tahun umurnya, telah menorehkan sejarah yang luar biasa dalam perjalanan bangsa Indonesia. Kader Masyumi adalah kader terbaik yang pernah memimpin bangsa ini di fase-fase awal. Ketua Umum (terakhir) Partai Masyumi, Prawoto Mangkusasmito, adalah salah satu contohnya.

Pada 16 Januari 1962 oleh rezim Sukarno, Prawoto dijebloskan ke dalam tahanan bersama-sama dengan tokoh-tokoh politik lainnya seperti Mr. Mohamad Roem, M. Yunan Nasution, K.H.M. Isa Anshary, E.Z. Muttaqin Sutan Sjahrir, Subadio Sastrosatomo, Anak Agung Gede Agung, Sultan Hamid, dan Mochtar Lubis.

Mereka ditempatkan di Rumah Tahanan Militer (RTM) Madiun (Jawa Timur), Jakarta, dan terakhir di Wisma Keagungan bersama-sama dengan Mohammad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, dan Boerhanoeddin Harahap, sampai dibebaskan oleh pemerintah Orde Baru pada 17 Mei 1966.

Ada juga yang ditahan sendiri-sendiri seperti Hamka, Ghazali Sjahlan, Jusuf Wibisono, dan Kasman Singodimedjo. Dari kalangan NU yang ditahan ialah Imron Rosjadi

Pemerintah Indonesia saat itu, baik yang dipimpin oleh Soekarno maupun Soeharto, sama-sama menuding Mohammad Natsir sebagai pemerontak dan pembangkang, bahkan tudingan tersebut membuatnya dipenjarakan. Sedangkan oleh negara-negara lain, Natsir sangat dihormati dan dihargai, hingga banyak penghargaan yang dianugerahkan kepadanya.

Dunia Islam mengakui Mohammad Natsir sebagai pahlawan yang melintasi batas bangsa dan negara. Bruce Lawrence menyebutkan bahwa Natsir merupakan politisi yang paling menonjol mendukung pembaruan Islam. Pada tahun 1957, ia menerima bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey atas jasanya membantu perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara.

Penghargaan internasional lainnya yaitu Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah pada tahun 1980, dan penghargaan dari beberapa ulama dan pemikir terkenal seperti Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi dan Abul A'la Maududi.

8. Tahun 1924 : Kekhalifahan Turky Dibubarkan

Pada November 1914, Kesultanan Utsmaniyah ikut serta dalam Perang Dunia I di blok Kekuatan Tengah. Kesultanan ini ambil bagian dalam teater Timur Tengah. Utsmaniyah sempat beberapa kali menang pada tahun-tahun pertama perang, misalnya di Pertempuran Gallipoli dan Pengepungan Kut, namun ada juga kekalahan seperti pada Kampanye Kaukasus melawan Rusia. Amerika Serikat tidak pernah mengeluarkan pernyataan perang terhadap Kesultanan Utsmaniyah.

Tahun 1915, saat Angkatan Darat Kaukasus Rusia terus merangsek ke Anatolia timur,dibantu sejumlah milisi Armenia Utsmaniyah, pemerintah Utsmaniyah mulai mendeportasi dan membantai penduduk etnis Armenia. Aksi ini kemudian dikenal dengan nama Genosida Armenia.Aksi genosida juga dilakukan terhadap etnis minoritas Yunani dan Assyria.

Pemberontakan Arab yang dimulai tahun 1916 berbalik melawan Utsmaniyah di front Timur Tengah. Utsmaniyah sempat unggul di Timur Tengah selama dua tahun pertama perang. Gencatan Senjata Mudros yang ditandatangani pada 30 Oktober 1918 mengakhiri peperangan di teater Timur Tengah, diikuti pendudukan Konstantinopel dan pemecahan Kesultanan Utsmaniyah.

Dengan Perjanjian Sèvres, pemecahan Kesultanan Utsmaniyah menjadi resmi. Pada kuartal terakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sekitar 7–9 juta pengungsi Muslim Turki dari wilayah Kaukasus, Krimea, Balkan, dan pulau-pulau Mediterania pindah ke Anatolia dan Thracia Timur.

Pendudukan Konstantinopel dan İzmir melahirkan gerakan nasional Turki yang memenangkan Perang Kemerdekaan Turki (1919–22) di bawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha (atau Mustafa Kemal Atatürk). Kesultanan dibubarkan tanggal 1 November 1922, dan sultan terakhirnya, Mehmed VI (berkuasa 1918–22), meninggalkan negara ini pada 17 November 1922. Majelis Agung Nasional Turki mendeklarasikan Republik Turki pada tanggal 29 Oktober 1923. Kekhalifahan dibubarkan tanggal 3 Maret 1924.

Mungkinkah konspirasi besar intenasional ikut bermain? Meski kita lupa Islam telah dihinakan, namun sejarah telah mencatat konspirasi besar telah terjadi, bahkan sejak Nabi Muhamamd SAW serangan Yahudi tak pernah surut. Bagaimana pendapat Anda? [oke/oki/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version