View Full Version
Kamis, 27 Mar 2014

Islamisasi Demokrasi Tegakkan Khilafah, Mungkinkah?

BANDUNG (voa-islam.com) - Demokrasi merupakan istilah yang bukan berasal dari Islam ataupun dari Arab. Kata demokrasi juga tidak ditemukan dalam khazanah ilmu keislaman ataupun sejarah kepemimipinan Islam. Sehingga demokrasi adalah sebuah istilah asing bagi Islam. Hal ini disampaikan oleh Dr. Tiar Anwar Bachtiar M.Hum dalam acara seminar “Islamisasi Demokrasi Tegakkan Khalifah, Mungkinkah?” yang diselenggarakan oleh Dewan Kemakmuran Masjid Ulul Abshor Universitas Pasundan (Unpas) pada Selasa (25/03/2014) di Aula Suradierdja Kampus Unpas I, Jalan Lengkong Besar No.68, Bandung.

Tiar kemudian menjelaskan bahwa terhadap demokrasi ini, sikap umat Islam terbagi ke dalam dua kelompok. Pertama, kelompok yang menerima demokrasi misalnya Ikhwanul Muslimin (IM), yang di Indonesia ini sering direpresentasikan oleh Partai Keadilan Sejahtera. Kedua, kelompok yang menolak demokrasi karena dianggap sistem yang kufur yaitu saudara-saudara dari Hizbut Tahrir Indonesia dan Jamaah Anshoru Tauhid (JAT).

“Tapi titik temu kedua pandangan ini adalah keduanya sama-sama ingin memperjuangkan syari’at Islam sebagai yang tertinggi” jelas peneliti Insist ini kepada sekitar 200 peserta seminar.

Demokrasi yang mengharuskan adanya sistem suara terbanyak dalam setiap pengambilan keputusan, sangat bertentangan dengan prinsip Islam, karena dalam Islam ada sistem musyawarah. Dan musyawarah tidak selalu harus menggunakan sistem suara terbanyak. Musyawarah juga hanya memutuskan hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat atau tidak memusyawarahkan hal-hal yang hukumnya suda qoth’i (tetap) dalam Islam.

“Jadi melihat falsafah demokrasi seperti itu, maka sangat dimungkinkan bahwa demokrasi tidak bisa digunakan untuk menegakkan syari’at Islam” papar Ketua Umum PP Pemuda Persis.

Sementara pembicara lainnya Dr. Anton Minardi, SIP, M.Ag mengatakan bahwa konsep Demokrasi yang paling awal lahir pada masa Aristoteles di Yunani pada masa sebelum Masehi. Sedangkan konsep Islam yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dan para Khulafa Rasyidin setelahnya pada masa setelah masehi.

“Jadi demokrasi itu bukan sebuah konsep yang baru atau modern, justru demokrasi itu konsep yang sudah usang dan jadul” kata pria yang merupakan Dosen Agama Islam FISIP Unpas ini.

Ustadz Anton juga melanjutkan pada masa keemasan Islam pun kita tidak pernah mendengar para khalifah atau para pempimpin Islam menyebut-nyebut kata demokrasi. Ia kemudian memaparkan bahwa Islam dan Demokrasi punya prinsip sendiri-sendiri. Islam punya sistem ketauhidan yang mengharuskan kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan Allah SWT. Dalam Al Qur’an Allah menyebut dirinya sebagai Rabb, Ilah, dan Malik (Raja/Penguasa). Sedangkan demokrasi artinya adalah kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan rakyat.

“Jadi kalau ada seorang muslim yang masih meyakini misalnya dengan demokrasi dirinya akan menjadi hidup sejahtera, dia jatuh kepada kemusyrikan” tegasnya.

“Jadi demokrasi itu bukan sebuah konsep yang baru atau modern, justru demokrasi itu konsep yang sudah usang dan jadul” (Dr. Anton Minardi, SIP, M.Ag)

Anton menutup pemaparannya bahwa secara realitas, demokrasi juga membuat perpecahan sesama muslim, mengeluarkan biaya yang mahal, rawan terjadi korupsi, menjamurnya pemikiran liberal, serta sangat menguntungkan para kapitalis.

“Islam hanya bisa ditegakkan dengan cara sistem Islam saja, tidak mungkin bisa dengan cara yang lain, termasuk juga dengan cara demokrasi” tutupnya.

Sementara Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syi’ar Islam (LPPSI) Unpas Drs. M. Idris Nawawi M.Ag dalam sambutannya mengatakan sangat mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada para pengurus DKM Ulul Abshor yang menyelanggarakan acara seminar ini.

Idris mengatakan bahwa Islamisasi, Demokrasi, dan Khilafah itu memang merupakan sesuatu yang berbeda. Islamisasi itu proses pengislaman sebuah ilmu. Demokrasi itu sebuah konsep sistem pemerintahan dari Barat, sedangkan Khilafah adalah sistem kemimpinan Islam.

“Kalau nanti DKM mau mengadakan seminar lagi, lebih tepat judulnya langsung saja Khilafah atau Demokrasi” katanya

Ia kemudian melanjutkan bahwa di Universitas Pasundan ini pihaknya memang menginginkan nilai-nilai Islam menjadi core dari semua jurusan yang ada

“Inilah yang menjadi pembeda antara Unpas dengan perguruan tinggi lainnya” ucapnya.

Acara seminar ini berakhir 5 menit sebelum adzan dzuhur berkumandang. Setelah acara seminar, pada pukul 13.00-15.00 WIB DKM Ulul Abshor juga mengadakan acara bedah buku “Aku, Kau, dan KUA”. [PurWD/Adi Permana Sidik/voa-islam.com]    


latestnews

View Full Version