View Full Version
Sabtu, 31 May 2014

HTI Gelar Konferensi Islam & Peradaban di 70 Kota seluruh Indonesia

JAKARTA (voa-islam.com) -Tennis Indoor Senayan 31 Mei 2014 di padati peserta Konferensi Islam dan Peradaban (KIP) 1435 H. Pertemuan ini dihadiri sekitar 5000 peserta dari berbagai kalangan seperti : Intelektual, Politisi, Praktisi, Mubalighah, Mahasiswa, Pelajar dan Ibu Rumahtangga.

KIP di gelar di 70 kota di Indonesia di Indonesia pada waktu yang hampir bersamaan yakni 27 Mei s. d 1 Juni 2014. Sebelumnya 27 Mei 2014 sudah dilaksanakan KIP dimulai dari kota Bogor, Balikpapan, Bengkulu, Jeneponto, Kolaka, Luwuk Banggai, Palembang, Pangkal Pinang, Pare-pare, Sumedang, Tidore, Yogjakarta, dan Pasuruan.

KIP diselenggarakan dengan tema : #Indonesia Milik Allah; Saatnya Khilafah Menggantikan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal.

KIP digelar dengan dua tujuan utama, yaitu :

Pertama, sebagai medium untuk menegaskan penolakan kita kepada sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi liberal sebab kedua sistem itu bertentangan dengan aqidah Islam. karena demokrasi dibangun diatas asas atau aqidah sekulerisme yang bertentangan dengan aqidah Islam. Aqidah demokrasi adalah sekulerisme, sebuah paham yang memisahkan agama dari negara, yang artinya memisahkan aturan Syariat Islam dari pengaturan urusan masyarakat.

Kedua, sebagai medium untuk mengokohkan visi dan misi perjuangan umat untuk tegaknya syariah dan khilafah yang akan menggantikan sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi liberal.

Melalui KIP ini Hizbut Tahrir ingin menyampaikan bahwa demokrasi telah gagal menciptakan stabilitas politik. Pada faktanya demokrasi lebih mementingkan para kapitalisme dan investor politik daripada masyarakat. Lebih ironisnya para elit politik melakukan persengkongkolan demi kekuasaan tanpa memikirkan kepentingan masyarakat.

Demokrasi telah melakukan kezhaliman, demokrasi juga telah berkali-kali membohongi kita dengan janji kesejahteraan. Semua partai dan calon presiden dalam kampanyenya selalu menjanjikan kesejahteraan jika mereka terpilih nanti. Tapi begitu mereka duduk di parlemen dan menjadi penguasa, maka kesejahteraan yang mereka janjikan tinggal janji, tidak bisa mereka realisasikan. Bahkan kebijakan mereka justru menyebabkan rakyat semakin menderita seperti ; Kenaikan harga BBM, Liberalisasi Hulu dan Hilir Migas, UU Minerba, UU Sumber Daya Air, Liberalisasi Kesehatan dengan JKNnya dan lain-lain.

Demokrasi juga telah menghasilkan undang-undang yang dilahirkan melalui keputusan parlemen adalah undang-undang yang sarat dengan kepentingan-kepentingan manusia. Apakah itu kepentingan anggota parlemen dan partai politiknya, kepentingan pengusaha dan para kapitalis ataupun kepentingan negara-negara asing penjajah bahkan meski dengan mengabaikan kepentingan rakyat sekalipun.

Muslim sejati hanya berpegang teguh kepada Islam, menjauhkan faham yang bertentangan dengan Islam dan berharap keridhoan Allah Subhanahu Wa Ta’aala semata.

HTI Serempak Gelar KIP Di Kabupaten Bandung

Setelah gelora perjuangan penegakkan Khilafah menggema di Gedung Balai Sartika, Kota Bandung pada (29/5), kini giliran Kabupaten Bandung yang menggemakannya. Bertempat di Pajajaran Convention Centre, Hotel Sutan Raja, Soreang, Kabupaten Bandung pada (31/5), kembali hadir sekitar 1700 kaum Muslimin yang siap meneguhkan dukungan dan perjuangannya dalam Konfrensi Islam dan Peradaban yang di gelar oleh DPD II HT Kabupaten Bandung.

Dalam sambutannya, ust Asep Darkiman, Ketua DPD II HTI Kabupaten Bandung menyatakan bahwa agenda Konfrensi Islam dan Peradaban yang diselenggarakannya merupakan pengingat kepada umat, bahwa Indonesia perlu bangkit, “Hari ini, Indonesia hakikatnya masih dijajah” katanya.

Kebangkitan Indonesia, menurutnya, tak mungkin bisa diwujudkan bila hanya sekedar dengan perubahan pemimpin, “Kita sudah berkali-kali berganti pemimpin. Tapi tak ada perubahan. Karena ada hal lain yang harus diganti. Yakni masalah sistem. Karena Sistem Demokrasi dan Sistem Eknomi Liberal masih diterapkan” tambahnya.

Maka dalam konteks tersebut, Hizbut Tahrir Indonesia mengajak seluruh elemen umat untuk berjuang menegakkan Sistem Alternatif, yakni sistem Khilafah,” Berjuang memang butuh kesabaran. Sabar adalah keharusan. Dalam perjuangan memang selalu ada hambatan dan rintangan. Tapi Kita tak boleh mengatakan bahwa wahai Allah masalah Kita sangat besar. Tapi katakanlah pada masalah bahwa Allah itu sangat besar!” pungkasnya.[farhan/Ummughiyas/jabir/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version