View Full Version
Sabtu, 14 Jun 2014

Wartawan Voa-Islam Diperlakuan Kasar Pengawal Gubernur Jabar Aher

Bandung (VOA-Islam)- Gara-gara ingin mewawancarai Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ahmad Heryawan (Aher) mengenai kasus penjualan Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan dengan harga Rp 60 triliun kepada perusahaan geothermal AS, Chevron, Wartawan VOA-Islam, Abdul Halim (AH) dan Pemred Majalah Geo Energi Aendra Medita (AM) mendapat perlakuan kasar para pengawal dan ajudan Aher di Kantor Gubernur Jabar Gedung Sate, Bandung, Kamis (12/6). Perlakuan kasar yang terjadi di pintu masuk Gedung Sate tersebut selain direkam kamera CCTV juga disaksikan Kabag Humas Pemprof Jabar, Budi Hermawan.

Bermula dari keinginan untuk mewawancarai Aher mengenai kasus Gunung Ciremai yang menghebohkan itu dengan sebelumnya telah mengirin surat permohonan wawancara kepada Gubernur Jabar , AH dan AM sampai dibiarkan menunggu di Gedung Sate selama tiga jam sejak pukul 13.00- 16.00 tanpa kepastian, apakah bisa mewawancarai orang nomor satu di Jabar tersebut.

Salah seorang protokol menjelaskan bahwa Gubernur sedang menerima tamu. Namun ternyata setelah lama ditunggu-tunggu, tidak ada satupun tamu yang keluar dari ruang kerja Gubernur Aher, justru yang keluar masuk Budi Hermawan, sementara para protokol, pengawal dan ajudan selalu siap di depan pintu masuk ruang Gubernur Jabar.

Nampaknya Aher sudah mengetahui kalau VOA-Islam dan Majalah Geo Energi ingin mewawancarai kasus Gunung Ciremai, karena sebelumnya telah diminta menyerahkan bukti majalahnya

Nampaknya Aher sudah mengetahui kalau VOA-Islam dan Majalah Geo Energi ingin mewawancarai kasus Gunung Ciremai, karena sebelumnya telah diminta menyerahkan bukti majalahnya, sehingga Aher sudah membacanya. Maka tidaklah mengherankan tokoh PKS itu berusaha menghindarinya dengan mengatakan “disuruh menunggu” tetapi tidak berani mengusirnya. AH dan AM sudah bertekad harus bisa bertemu Aher apapun yang terjadi meski nyawa harus menjadi taruhannya, sampai keduanya tidak sempat makan siang dan Sholat Dhuhur serta Ashar dijamak karena khawatir kehilangan buruannya dengan terus nongkrongi pintu masuk ruang kerja Aher.

“Saya hanya minta waktu 5 menit saja untuk bertemu pak Gubernur, mengapa dibiarkan begini lama tanpa kepastian. Kalau memang pak Aher tidak mau diwawancarai VOA-Islam dan Geo Energi, ya bilang saja tidak bersedia diwawacarai. Kami sudah datang jauh jauh dari Jakarta dan sudah mengirim surat terlebih dahulu, kok kami diperlakukan seperti ini,” tegas Pemred Majalah Geo Energi, Aendra Medita kepada protokol Aher.

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba, tepat pukul 16.00 Aher keluar dari ruangannya dengan mengenakan baju putih. AH dan AM langsung menyambutnya dengan bersalaman. Setelah sedikit basa basi, wartawan VOA-Islam langsung bertanya mengenai kasus penjualan Gunung Ciremai senilai Rp 60 triliun kepada Chevron. Dengan mendapat pertanyaan seperti itu, raut muka Aher langsung merah padam dengan menjawab: “Apakah Anda ini ingin mewawancarai atau investigasi, kok Anda ini seperti demonstran saja,” kata Aher yang pernah mengaku dirinya juga mantan demonstran itu.

Setelah itu wawancara dilanjutkan sambil berjalan menuju mobil dinas Gubernur yang sudah stand-by di pintu masuk yang berjarak kurang lebih 50 meter dari ruang kerja Aher. Ketika Aher ditanya VOA-Islam mengenai proses tender proyek Gunung Ciremai yang hanya diikuti dua perusahaan dan akhirnya dimenangkan Chevron, yang dengan sendirinya bertentangan dengan perundang-undangan yang mengharuskan proses tender minimal diikuti tiga perusahaan, kemarahan Aher semakin memuncak dengan mengatakan: “ini sudah tidak kondusif lagi”.

Dengan ucapan seperti itu menunjukkan Aher sudah tidak bersedia diwawancarai lagi dan menjadi isyarat bagi para pengawal dan ajudan untuk bertindak kasar. Akhirnya dengan kasar AH yang berdiri disamping kanan Aher didorong keluar sampai hampir jatuh sementara AM yang berada disamping kiri Aher karena terus mengikutinya oleh para pengawal lehernya dipegang dan ditarik ke belakang, sementara Aher dengan lengang kangkung ngeloyor pergi menuju mobil dinasnya sambil terus mengomel dan marah-marah.

Itulah perilaku kasar para pengawal dan ajudan Gubernur Jawa Barat yang juga tokoh PKS, dimana tidak lama lagi akan dipanggil Polda Jabar berkaitan dengan kasus Bantuan Sosial tersebut. Selain tidak menghormati tamu karena membiarkannya selama tiga jam tanpa kepastian dan mengelabui wartawan dengan mengatakan sedang menerima tamu padahal tidak ada satupun tamu yang diterimanya.

Wahai Ustadz Aher, mengapa kepribadian Antum sekarang telah berubah setelah mendapat amanah jabatan Gubernur Jawa Barat, apakah harta dan tahta telah melalaikanmu, padahal itu hanya perhiasan dunia yang sifatnya sementara, naudzubillah min dzalik. [Abdul Halim/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version