View Full Version
Jum'at, 19 Sep 2014

Peran Wanita dan Pengelolaan Sumber Daya Air Dalam Ajaran Islam

JAKARTA (voa-islam.com) - Wanita adalah tiang negara. Hancur atau majunya suatu negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, peranan perempuan dalam membantu pembangunan suatu negara di berbagai bidang sangat diperlukan, salah satunya adalah terkait pengelolaan sumber daya air, sanitasi dan higiene. Untuk mengoptimalisasi peranan perempuan tersebut, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Nasional bekerjasama dengan Alliance of Religion and Conservation (ARC) United Kingdom pun menggelar dialog bertema Peran Perempuan dalam Pengelolaan Sumber Daya Air, Sanitasi dan Higiene untuk Kesejahteraan Masyarakat Berlandaskan Ajaran Islam.

“Kegiatan ini fokus pada dua poin, yaitu melihat kita sebagai perempuan dan muslimah. Untuk itu, dialog ini ditujukan untuk memperkuat posisi perempuan muslim untuk berkiprah di masyarakat serta untuk memaksimalkan manfaat dari keberadaan kita,” jelas Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Nasional, Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt. dalam sambutannya pada acara yang digelar di Hotel Santika, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) – Jakarta Timur, Selasa (16/9).

Lebih lanjut, terkait permasalahan air dan sanitasi yang diangkat dalam dialog tersebut, Erna menyebutkan bahwa persoalan tersebut kini telah menjadi masalah besar bagi dunia, bahkan menurut data yang didapat dari World Health Organization (WHO) join monitoring program tahun 2013 terdapat 2,5 juta miliar manusia tidak dapat mencapai sanitasi yang layak dan sekitar 768 juta penduduk dunia tidak dapat menjangkau air minum yang aman.

“Dalam Islam, hidup bersih sendiri merupakan suatu tuntunan yang diharuskan, oleh karena itu karena tergerak untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang ini. Saya rasa kita tidak bisa bergerak dan menjalankannya sendiri-sendiri. Sebagai langkah awal, kita akan membentuk satu jaringan wanita muslimah. Perlu diketahui bahwa kemiskinan dan hidup bersih tidak hanya dapat diselesaikan hanya dengan pembangunan fasilitas dan infrastruktur saja, tapi juga melalui penanaman nilai-nilai dan budaya kehidupan. Kenapa mesti wanita? Karena seorang Ibu, seorang perempuan itu lebih unggul dalam mentransfer nilai-nilai kehidupan tersebut kepada generasi bangsa,” papar Erna.

Dialog yang juga akan membahas terkait pendirian forum perempuan Islamic Woman for Water, Sanitation, and Hygiene (IWWASH).

“Indonesia selama ini dipandang sebagai salah satu negara muslim terbesar di dunia, harapan-harapan besar terkait peran wanita muslim itu jugalah yang diharapkan oleh oleh negara-negara muslim dunia lainnya,” ungkap Wakil Ketua Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional, Dr. Drs. Fachruddin Majeri Mangunjaya.

Sementara itu, Direktur Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, Dra. Cucu Cakrawati K, M.Kes, memberikan apresiasi atas langkah LPPM Universitas Nasional yang telah menginisiasi dialog tersebut.

“Pertemuan dan dialog ini merupakan upaya yang sangat baik. Saya yakin, peserta yang hadir dalam acara ini sudah lebih memahami permasalahan yang terjadi, sehingga saya disini hanya sebagai fasilitator atas ide-ide serta gagasan yang ada. Kita ketahui bahwa wanita sejatinya memang lebih responsif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sanitasi. Terlebih, perempuan adalah insan yang paling sering menjadi pengguna, penyedia dan pengelola di rumah. Selain itu, peran perempuan dalam merubah perilaku, khususnya dalam rumah tangga itu juga besar. Oleh sebab itu, melalui dialog dan pertemuan ini sebenarnya kita sudah memiliki kekuatan dan tinggal bagaimana legalitasnya saja” ujar Cucu.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI), Dr. Ir. Retno Sri Endah Lestari juga mengutarakan bahwa permasalahan yang paling mendasar saat ini adalah bagaimana mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik menuju hidup bersih, paling tidak melalui penanaman budaya malu.

“Prinsipnya adalah kita menganjurkan dan memberikan penyuluhan kepada orang-orang atau warga terdekat kita untuk membudayakan hidup bersih, seperti stop buang air besar sembarangan dan mulai membangun jamban. Dalam hal ini, peran perempuanlah yang penting untuk menanamkan nilai serta kebudayaan tersebut, dan laki-laki akan berperan lebih ke arah teknis pembangunannnya. Jadi, harus ada penyuluhan terhadap hal-hal yang tabu atau tidak boleh secara berkesinambungan,” imbuh Retno. [Wahid/adivammar/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version