JAKARTA (voa-islam.com) - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan oleh rezim penguasa Selasa (18/11/2014) silam tidak hanya memberatkan dari sisi melambungnya harga kebutuhan pokok dan ongkos transportasi umum. Namun di beberapa daerah, nyawa pun menjadi pertaruhan bagi rakyat kecil.
Menurut penelusuran redaksi, baru dalam 3 hari sejak harga BBM dinaikkan, 27-29 November 2014, sudah ada 4 rakyat yang meninggal baik akibat kebengisan polisi rezim maupun buruknya sistem rezim dalam mendistribusikan kompensasi bagi kaum lemah.
Berikut ini daftar korban rezim yan dikuasai oleh koalisi yang dipimpin PDIP dengan Jokowi sebagai presidennya :
1. Muhammad Arif, Makassar
Korban yang pertama meninggal dunia adalah Muhammad Arif alias Ari. Dia dinyatakan meningal pada Jumat (27/11/2014). Pemuda berusia 18 tahun ini dinyatakan sudah tidak bernyawa dalam aksi penolakan BBM di depan kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Sulawesi Selatan.
Dalam foto yang tersebar di dunia maya, Arief dinyatakan meninggal karena dilindas oleh mobil Water Cannon polisi. Namun berdasarkan video yang baru saja bocor ke publik, ternyata Arief diduga gugur ditembak oleh polisi tepat di kepalanya. Hal ini diketahui dengan adanya lubang mengangga di bagian belakang kepalanya.
Meski demikian pihak kepolisian berkilah dan membantah hal tersebut, polisi menuding Arief gugur terinjak-injak oleh temannya sendiri.
"Kami kejar, setelah itu korban terjatuh. Teman-teman korban dan mahasiswa yang berlarian tak melihat korban jatuh makanya terinjak-injak oleh teman sendiri,” kilah Kapolsekta Panakkukang, Kompol Tri Hambodo.
2. Yatirah, Solo
Yatirah menjadi korban pertama pembagian dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang menjadi kompensasi buat masyarakat miskin pun juga memakan korban. Di Kantor Pos Jebres Solo, Jawa Tengah, Yatirah, nenek berusia 80 tahun warga RT 02 RW 08, Kelurahan Jebres, Solo meninggal dunia saat antre pembagian dana PSKS pada Jumat, 28 November 2014.
3. Cicih, Tasikmalaya
Seperti kasus Yatirah, Nenek Cicih yang berusia 79 tahun warga Kampung Torowek, Dirgahayu, Kadipaten Tasikmalaya, Jawa Barat juga tewas saat berdesakan mengantre untuk mendapatkan bantuan Rp 400 ribu saja. Korban masuk dalam antrean untuk mendapatkan kompensasi BBM. Namun sesaat setelah mendapatkan uang bantuan, tiba-tiba korban sesak napas dan jatuh pingsan.
Petugas medis yang sudah bersiaga langsung membawa korban ke puskesmas terdekat dengan ambulan. Namun diperjalanan korban menghembuskan napas terakhirnya. Diduga korban memaksakan diri berangkat mengambil uang sementara kondisinya tengah sakit. Karena tak kuat berdesakan korban pingsan sesaat setelah mendapatkan uang bantuan.
4. Kumun, Tasikmalaya
Kumun yang berusia 82 tahun, warga Kampung Sekung RT 23/RW 10 Tawang, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat juga meninggal dunia, Sabtu (28/11/2014). Ia meninggal sesaat setelah antri mengambil bantuan di halaman kantor Kecamatan Pancatengah.
Awalnya, korban terjatuh saat dalam kerumunan. Melihat korban terjatuh, warga menolongnya dan membawa ke kantor kecamatan. Korban diperiksa oleh dokter Puskesmas yang berjaga. Namun, hasil pemeriksaan korban dinyatakan telah meninggal dunia.
Berapa banyak lagi korban yang harus ditelan oleh arogansi rezim penguasa. Apakah Jokowi sebagai penguasa rezim ini hanya akan mengatakan "Bukan Urusan Saya"? (az/dbs)