View Full Version
Rabu, 21 Jan 2015

Alhamdulillah, 72% Masyarakat Indonesia Setuju Penerapan Syariat Islam

JAKARTA (voa-islam.com) – Peneliti SEM Institute, Ismail Yusanto menyatakan bahwa yang setuju diterapkannya syariah Islam di tanah air adalah 72%.

“Yang tidak setuju 13% dan yang menyatakan terserah 14%. Yang tidak setuju alasannya Indonesia negara majemuk, indonesia bukan negara Islam dan lain-lain,” terang Ismail dalam Seminar Serumpun Melayu di Jakarta hari ini (20/1), seperti dikutip dari sharia.co.id,Selasa, (20/01/2015) kemarin.

Sedangkan yang setuju, menurutnya karena menganggap bahwa Islam adalah satu-satunya sousi dari segala permasalahan, Islam menjadikan yang benar itu benar, membawa kebaikan dan keselamatan dunia akhirat dan Indonesia mayoritas Muslim.

Penelitian ini dilakukan di 38 kota Indonesia. Respondennya sebanyak 1498 orang dan meliputi berbagai profesi dalam masyarakat. Ada anggota yudikatif, legislatif, eksekutif, aparat keamanan, media massa, partai politik, pesantren dan lain-lain. Responden terdiri dari 38% peremuan dan laki-laki sebanyak 62%. Usia terbanyak responden berusia 20-45.

Sedangkan untuk masalah khilafah, kata juru bicara Hizbut Tahrir ini, pengetahuan responden sebanyak 64%. “Tapi tingkat penerimaan mereka 81%,” terangnya.

Ismail mengharapkan bahwa penelitian seperti ini adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan dakwah. “Sehingga kita dapat bersyukur tapi tidak berpuas diri. Misalnya banyaknya jilbab saat ini. Dulu tahun 70-80an ibu-ibu yang datang ke resepsi pengantin memakai konde (sanggul). Sekarang kebanyakan yang datang pakai kerudung,” terangnya.

Ismail juga menegaskan bahwa dalam Kongres Umat Islam Indonesia ke IV di Jakarta ditegaskan bahwa syariat Islam adalah satu-satunya bagi berbagai problematika bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. “Saat itu yang menyampaikan KH Sahal Mahfudz almarhum. Tapi keputusan kongres ini kurang disosialisasikan,” tegasnya.

Sementara itu, Datuk Aidit Ghazali menyatakan bahwa proyek indeks pelaksanaan syariat di Malaysia telah disetujui PM Malaysia Najib Razak. “Sudah dibincang satu setengah tahun lalu,” kata peneliti Institut Pengembangan Minda Malaysia ini.

Datuk Aidit juga menjelaskan bahwa ‘untuk mencapai kejayaan Islam itu perlu waktu yang sama. “Tapi nntuk mengritik atau meruntuhkan butuh waktu yang sekejap. Mereka yang ingin meruntuhkan Islam itu terus berbuat dan mereka lebih licik dan jahat karena mereka tidak punya batasan. Sedangkan kita ada adab,” terangnya.

Menurutnya pencanangan Indkes Syariah di Malaysia ini kini dibina oleh Universitas Antar Bangsa Malaysia dan dibawah Jawatan Kemajuan Islam Malaysia, di bawah Menteri Agama. [NuimHidayat/sharia.co.id/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version