View Full Version
Ahad, 12 Apr 2015

MPI Muhammadiyah: Tidak Tersesat Jika Masyarakat Gemar Membaca Media Islam

JAKARTA (voa-islam.com)- Terkait tindakan-tindakan yang dianggap “radikal” serta “teroris” di Indonesia, Kader Muhammadiyah Mustafa B Nahrawardaya mengatakan bahwa itu semua terjadi akibat dari info-info yang diterima oleh masyarakat tidak seimbang, alias hanya dari media mainstream. Jadi menurutnya wajar saja jika masyarakat banyak diduga yang tersesat.

“Seandainya hanya menerima dari mainstream kita akan tersesat untuk sebuah informasi terkait radikalisme atau terorisme,” tegas Majlis Pustaka Indonesia (MPI) ini pada saat menjadi salah satu pembicara di gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jum’at (10/04/2015).

Dan agar masyarakat tidak tersesat dalam seputar informasi “radikal” atau “terorisme”, Mustafa menyarankan agar masyarakat mulai saat ini banyak-banyak melihat, membaca dan mendengar informasi atau berita dari media-media media dakwah, pun media Islam. “Media Islam itu membuat kita dan masyarakat berimbang dalam mendapatkan informasi,” tambahnya.

Juga, masih menurutnya, dengan hadirnya media-media Islam masyarakat akan terbantu terkait info-info di atas. Sebagai contoh, katanya, di saat aparat merasa benar dalam menindak atau mencegah “terorisme”, yang kebanyakan ia sebut kronologisnya menjengkelkan, dengan hadirnya media Islam maka kini masyarakat dapat “melawan” pembenaran yang dilakukan aparat.

“Pencegahan ‘terorisme’ itu seharusnya menyejukkan. Ini justru menjengkelkan umat Islam. Dan dengan hadirnya media-media Islam, kita merasa terbantu serta dapat melawan media-media mainstream,” ujarnya.

Adapun alasannya mengapa media Islam yang ia promosikan dan rekomendasikan, tak lebih karena para pekerja media Islam dan media mainstream menurutnya secara “tanggung jawab” berbeda. Jika para jurnalis media Islam itu paham tanggung jawab hingga ke akhirat, sedangkan media mainstream tidak.

“Media Islam itu tanggung jawabnya dunia-akhirat. Sedangkan media selainnya hanya bertanggung jawab terhadap usaha dan bisnis,” katanya. Sehingga wajar saja jika ada media atau situs-situs media Islam banyak yang gulung tikar atau tutup. Karena menurut keyakinannya memang prospek utamanya media atau situs Islam bukanlah usaha atau bisnis semata. Sebut saja salah satunya yaitu voa-islam.com yang ditimpa cobaan tidak memiliki cukup dana untuk mengudara.

“Misalkan saja voa-islam.com yang butuh dana Rp. 36 juta karena pada saat itu tidak mempunyai server,” kenangnya.

Oleh sebab itu, pada saat media-media atau situs media Islam diblokir, ia terasa menantang menyuarakan perlawanannya agar media Islam dibuka kembali. Sebab menurutnya, jika saja tidak ada media atau situs-situs Islam, tentunya segala sesuatu yang menyangkut informasi “radikal” atau “terorisme” hingga saat ini tidak terbuka dan tidak mencerahkan masyarakat.

“Katanya hidup dengan Pancasila, tapi memblokir dulu tanpa menggunakan musyawarah. Dengan begini sama saja kita tidak diberi kepuasaan, melainkan hanya sikap sepihak,” tegasnya.

Musutafa B Nahrawardaya hadir di PP Muhammadiyah sebagai salah satu dari tiga pembicara yang hadir. Namun hanya tiga yang hadir. Irfan Idris sendiri sebagai Direktur Deradikalisasi BNPT tidak hadir. Dan entah apa yang menghalanginya ia hadir. Adapun tema yang dibawakan berjudul ‘Ideologi dan Gerakan ISIS: Bagaimana Menyikapinya?’. Hadir pula Dirjen Multilateral Kemenlu RI Mr. Hasan Kleib dan Luthfi Zuhdi dari Pusat Kajian Tim-Teng UI. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version