View Full Version
Selasa, 30 Jun 2015

Lapas Wanita Malang Gelar Pondok Ramadhan

MALANG (voa-islam.com) - ‘’Pengaruhnya sangat positif terhadap suasana dan kejiwaan penghuni,’’ demikian kata Ny Ngatirah tentang dampak Program Pondok Ramadhan yang digelar Lapas Wanita Kelas II A Malang yang dipimpinnya.

Pondok Ramadhan merupakan program Seksi Pembinaan dan Pendidikan (Binadik) Lapas (lembaga pemasyarakatan). Ketua Seksi Binadik Ny Lilik Sulistyowati menuturkan, dalam Pondok Ramadhan para wanita binaan yang berjumlah sekitar 300 orang diajak untuk membiasakan diri berbusana muslimah. Minimal berkerudung dan mengenakan celana dan baju panjang, dengan warna sesuai ketentuan.

Mereka juga diajak mengikuti siraman rohani dan tilawah Qur’an. Juga menghafalkannya bagi yang sudah cukup lancar membaca.

‘’Untuk kelas tahfidz Qur’an, Kami bekerjasama dengan PPPA Daarul Qur’an Malang,’’ kata Ny Lilik saat ditemui di lapas, Rabu (24/6).

...dalam Pondok Ramadhan para wanita binaan yang berjumlah sekitar 300 orang diajak untuk membiasakan diri berbusana muslimah. Minimal berkerudung dan mengenakan celana dan baju panjang, dengan warna sesuai ketentuan

Daarul Qur’an menugaskan Mbak Nisa ke lapas Malang untuk mengajar kelas tahfidz. Mahasiswi UIN Malang yang sudah hafal 30 juz ini membimbing para santri untuk membaca Qur’an secara tartil dan menghafalkannya.

Hasilnya, dalam pekan kedua sudah dua santri yang mampu menghafal Juz ‘Amma, yakni Riri (24) dan Rila (29).

Insya Allah, tahun ini keduanya bakal bebas. Ditanya rencana setelah keluar dari lapas, mereka kompak menjawab ‘’pingin jadi orang yang lebih baik dan terus menghafal Qur’an’’.

Selain pembinaan spiritual, Lapas Wanita Kelas II A Malang juga memberikan kursus ketrampilan. Misalnya merajut dan membatik serta memasak. Hasil kerajinan penghuni lapas bahkan sudah menembus pasar ekspor. Pengrajin pun mendapat bagian hasil penjualannya.

Secara pribadi, Ny Lilik mengaku mendukung usaha mantan penghuni lapas. Misalnya seorang ibu yang sekeluar dari lapas berjualan masakan.

‘’Saya kadang memborong dagangannya untuk disedekahkan buat para santri Rumah Tahfidz binaan Daarul Qur’an. Biar dia bersemangat meneruskan usahanya,’’ ungkap Ny Lilik yang mengaku sudah kebal dengan ancaman bom terhadap lapasnya.

Manajemen Lapas telah menerapkan ISO 2012. Implementasinya, terang Ny Ngatirah, pengurus lapas dilarang menggunakan kata ‘’penjara’’ atau ‘’bui’’. Penghuni pun bukan disebut ‘’tahanan’’ atau ‘’narapidana’’ melainkan ‘’binaan’’.

‘’Lapas adalah tempat pembinaan, semacam pondok pesantren gitu,’’ kata Ny Ngatirah sambil menambahkan bahwa 80% penghuni lapas yang dipimpinnya adalah pemeluk Islam.

Untuk menyiasati keterbatasan lapas,  pihaknya menjalin kerjasama dengan pihak lain seperti PPPA Daarul Qur’an.

‘’Tidak mungkinlah pembinaan penghuni kita tangani sendiri. Kami punya keterbatasan kemampuan maupun anggaran,’’ kata mantan Kalapas di Makassar itu. [syahid/nurbowo/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version