View Full Version
Jum'at, 25 Sep 2015

Mengapa Masih Dibiarkan Oleh Pemerintah Anak UIN Menghina Islam?

MEDAN (voa-islam.com) - Sudah berulangkali anak-anak UIN alias Universitas Islam Negeri itu, melakukan hal-hal yang tidak pantas terhadap Islam. Berulangkali mereka berbuat seperti itu, di Jakarta, Bandung, Yogya, Semarang, dan Surabya. Seperti sudah biasa.

UIN yang dahulunya IAIN yang diplesetkan menjadi : "Ingkar Allah,  Ingkar Nabi",  sejak mula menjadi gudangnya kaum sekuler dan pembenci Islam. Jadi kalau sekarang masih ada anak-anak  UIN yang bersikap aneh terhadap Islam, itu warisan masa lalu.

Seperti membuat status menghina Islam dan seluruh ajarannya yang terkandung dalam Alquran dan melemparkan al Quran di depan mahasiswa baru saat OSPEK,

Tua Aulia Fuadi dipecat dari kampusnya Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara pada Senin, 21 September 2015 kemarin

Kasus pelecehan al-Quran seperti Tua Aulia ini di kampus sebenarnya banyak. dan bahkan pernah di Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat (UMSB) dosen fakultas Agama MK menginjak al-Quran dalam kelas saat proses belajar berlangsung. atau yang paling menghebohkan Muhammad Yasser Arafat, dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta yang membaca al-Quran dengan langgem jawa

atau kita masih ingat 10 tahun lalu, sekumpulan mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Semarang yang menerbitkan Jurnal JUSTISIA. Pada Edisi 25, Th XI, 2004, diturunkan laporan utama berjudul ”Indahnya Kawin Sesama Jenis”.

kemudian Selanjutnya, artikel-artikel di Jurnal itu diterbitkan dalam sebuah buku berjudul “Indahnya Kawin Sesama Jenis: Demokratisasi dan Perlindungan Hak-hak Kaum Homoseksual”, (Semarang:Lembaga Studi Sosial dan Agama/eLSA, 2005).

Penyokong gerakan legalisasi homoseksual ini berani membuat tafsir baru atas ayat-ayat al-Quran, dengan membuat tuduhan-tuduhan keji terhadap Nabi Luth. dikatakan dalam buku, "Karena keinginan untuk menikahkan putrinya tidak kesampaian, tentu Luth amat kecewa.

Luth kemudian menganggap kedua laki-laki tadi tidak normal. Istri Luth bisa memahami keadaan laki-laki tersebut dan berusaha menyadarkan Luth. Tapi, oleh Luth, malah dianggap istri yang melawan suami dan dianggap mendukung kedua laki-laki yang dinilai Luth tidak normal.

Kenapa Luth menilai buruk terhadap kedua laki-laki yang kebetulan homo tersebut? Sejauh yang saya tahu, al-Quran tidak memberi jawaban yang jelas. Tetapi kebencian Luth terhadap kaum homo disamping karena faktor kecewa karena tidak berhasil menikahkan kedua putrinya juga karena anggapan Luth yang salah terhadap kaum homo.” (hal. 39).

Nauzubillah...

Sebenarnya banyak catatan - catatan penulis soal penyimpangan dari mahasiswa UIN dan sejenisnya di Negeri sekuler ini. mulai dari pelecehan al quran, pelecehan terhadap nabi, dan tindakan tindakan asusila lainnya. Penulis bukan mencoba untuk menyudutkan label Islam pada institusi tersebut.

Karena jika di di telusuri lebih luas lagi, maka prilaku penyimpangan berislam mahasiswa - mahasiswa itu sebernaya bukan hanya pada universitas berbau Islam tapi universitas sekuler pun demikian. Tapi tentu akan menyentak hati kita, kala ini terjadi pada institusi Islam itu sendiri. Sedih tak terbendung lagi melihat fenomena ini.

Sumber persoalannya kenapa hal ini terjadi adalah politik pendidikan di negeri ini memang tidak menghantarkan peserta didiknya kepada Islam yang benar. mulai dari SD, SMP, SMA semua sistem pendidikan mengacu pada paradigma sekulerisme (memisahkan agama dari kehidupan) sehingga mereka dengan mudah melecehkan Islam itu sendiri.

Meragukan kebenaran islam dan dengan pongahnya malah menghina Islam dengen melecehakan al Quran salah satunya. Tentu saja ini seperti bagaimana seorang anak yang membunuh Ibunya,dengan bangga mereka mengatakan bahwa aku telah membunuh ibuku..

Hukum Mati pada penghina Al Qur'an

Sehrusnya pemetintah bersikap tegas pada mereka yang melecehkan al Qur'an tersebut. Karena Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada manusia.

Generasi salaf di kalangan sahabat Nabi, bahkan melihat Alquran ini sebagai surat cinta dari Sang Kekasih, Allah SWT yang diterima, dibaca, disimak dan dilaksanakan dengan penuh cinta dan kerinduan. Sayyidina al-Hasan bin ‘Ali ra. berkata,

“Sesungguhnya generasi sebelum kalian memandang Alquran sebagai surat dari Tuhan mereka. Mereka menelaahnya di malam hari, dan menyimpannya di siang hari.” (an-Nawawi, at-Tibyan fi Adab Hamalati Alquran, hal 28).

Sampai para Malaikat pun iri dan ingin mendengar bacaan yang dibaca oleh manusia, karena kemuliaan ini tidak diberikan kepada mereka. Ibn Shalah menyatakan, “Membaca Alquran merupakan kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Telah diriwayatkan, bahwa malaikat tidak mendapatkannya, sehingga mereka berkeinginan kuat untuk mendengarkannya dari manusia.” (as-Suyuthi, al-Itqan, Juz I/291)

Di Baghdad, Irak, seorang ulama ahli bacaan Alquran yang bernama Ibn Syanbudz, difatwakan oleh para fuqaha di sana agar bertaubat kepada Allah, karena telah membaca Alquran, dengan bacaan syadz (yang tidak dikenal).

Mereka sampai menulis sertifikat berisi pernyataan syahadat, yang dinyatakan di hadapan Wazir Abu Ali ibn Muqillah, tahun 323 H, di masa Khalifah al-Muqtadir Billah, di era Khilafah Abbasiyyah. Bahkan, Muhammad bin Abu Bakar mengeluarkan fatwa untuk orang yang melaknat (mencela) mushaf dengan hukuman mati. (an-Nawawi, at-Tibyan fi Adab Hamalati Alquran, hal 132).

Tentu saja semua semua itu hanya ada dalam sistem politik Islam yakni Khilafah Islamiyyah.. Semoga segera terwujud agar para peleceh al Quran itu bisa di tindak tegas dan tidak menjadi virus bagi masyaakat lainnya. (baralubis/kmpsn/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version