View Full Version
Kamis, 12 Jan 2017

Politisi Golkar: Pidato Megawati Tebar Kebencian terhadap Islam

 

JAKARTA (voa-islam.com)--Koordinator Kesatuan Aksi Keluarga Besar HMI (KA KBHMI) yang juga politukus Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menegaskan bahwa pidato yang disampaikan oleh Megawati pada HUT ke-44 PDIP kemarin (Selasa, 10 Januari 2017) adalah pidato terburuk yang disampaikan oleh seorang yang pernah menjadi Presiden Republik Indonesia.

"Pidato itu sangat jauh dari sikap kenegarawanan, sarkastis dan penuh sinisme, bahkan mengarahkan terjadinya perpecahan bangsa," kata Ahmad Doli dalam keterangan persnya, Jakarta, Rabu (11/1/2017).

Menurut Ahmad Doli, ada beberapa catatan yang perlu disikapi. Pertama, pidato itu menunjukkan bahwa Megawati ikut larut kepada kepentingan kelompok tertentu yang ingin membuat jarak dan menebar kebencian terhadap Islam. 

"Kedua, mempertentangkan antara Islam dan Pancasila dengan mengkontestasikan ideologi tertutup dengan ideologi terbuka, justeru mempertontonkan bahwa sesungguhnya Megawati tidak faham pengertian agama, ideologi, Islam dan Pancasila itu sendiri," ucapnya.

Bahkan, lanjut Ahmad, pernyataannya tentang keyakinan terhadap akhirat yang dalam Islam memang diimankan, bisa mengarah kepada kategori pelecehan bahkan penistaan Islam, karena itu mengganggu prinsip Ke-Tuhanan yang bertentangan dengan sila pertama Pancasila. 

"Ketiga, mengabaikan Islam atau bahkan mempertentangkan Islam dengan Pancasila justeru sikap itu adalah sikap yang tidak faham akan sejarah Indonesia. Megawati seperti merasa pemilik tunggal Pancasila serta mengganggap yang lain tidak Pancasilais dan tidak faham Bhinneka Tunggal Ika,"jelasnya.

Keempat, sambung Doli, dalam membicarakan Pancasila pun sesungguhnya Megawati out of context dengan realitas hari ini. Pancasila sebagai prinsip dasar dan sebagai penuntun sekaligus rambu dalam menyusun norma sosial dan politik bukan lagi isu hari ini. Dari dulu kita semua sudah tahu itu. 

Namun, tambahnya,  yang dibutuhkan hari ini adalah kepemimpinan yang mampu membumikan Pancasila sebagai pedoman, jiwa, dan sikap yang hadir serta hidup di tengah-tengah masyarakat dan negara. 

Kepemimpinan yang mampu merumuskan gagasan kebijakan dan program serta ketauladanan tentang hidup berbangsa dan bernegara yang bermakna Pancasila. 

"Sehingga tidak ada lagi korupsi, tidak ada lagi jualan aset negara, tidak ada lagi antek-antek asing, tidak ada lagi komunis yang anti Pancasila, tidak ada lagi praktik asusila, tidak ada lagi anak-anak yang terancam mati dan gelap masa depannya karena narkoba, LGBT, dan kesesatan lainnya,"ungkapnya.

"Jadi, memaknai Pancasila bukan dengan mengembangkan stigma dan memojokkan keyakinan mayoritas bangsa ini yang justeru mengaburkan makna Bhinneka Tunggal Ika," sambung Ahmad Doli menutup pernyataannya. * [Bilal/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version