View Full Version
Kamis, 24 Aug 2017

Menjadi Pribadi Muslim yang Istiqomah itu Butuh Proses dan Dibarengi Doa

DENPASAR (voa-islam.com) – Organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) mengadakan  kembali kajian rutin untuk mahasiswa dan pemuda muslim dengan tema “ Istiqomah Karena Cinta” yang diadakan pada hari Sabtu (19/8) 2017.

Kegiatan kajian diadakan di Lantai 1 Masjid Sadar Sesetan Jalan Tegal Wangi Gang Kenanga, Denpasar, Bali.  Selain dikuti oleh Kader KAMMI Se-Bali, kajian ini juga diikuti oleh remaja Masjid yang ada di Kota Denpasar dan sekitaranya diantaranya Remaja Masjid Generasi Muda Masjid Sadar (GEMMAR), Remaja Masjid Arbain Baitul Mukminin, Remaja Masjid Armada Nurul Huda Tabanan.

Kegiatan kajian dimulai dari pukul 16.00 s.d 18.00 wita usai shalat Ashar berjamaah. Kegiatan ini juga didukung oleh Komunitas Pecinta Film Islami (KOPFI) Bali dan Yuk Ngaji

Ustadz Nur Asyur didaulat sebagai pemateri dalam kajian ini. Ustadz Nur Asyur memaparkan bahwa Istiqomah harus  harus didahului dengan doa. Bagi seorang Muslim yang ingin Istiqomah di Jalan Allah harus didahului dengan doa yang tulus dan semata-mata dilandasi dengan cinta kepada Allah swt. Seorang pemuda muslim yang ingin Istiqomah juga perlu  sebuah “suplemen”  yaitu ilmu.

Selain itu, berusaha untuk menjadi seorang pribadi yang sholeh tetapi muslih. Maksudnya adalah harus bisa menjadi baik individu untuk dirinya sendiri baru baik untuk orang banyak. Istiqomah pun harus perlu proses tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan.

“Menjadi Pribadi muslim yang Istiqomah perlu sebuah proses yang didahului dengan doa, berusahalah  untuk tidak hanya menjadi individu yang sholeh saja tetapi juga muslih” jelas Ustadz Nur Asyur.

Dalam konteks keimanan dan ketaatan sebuah keistiqomahan dapat dijabarkan dengan perbuatan-perbuatan seperti  senantiasa memohon pertolongan kepada Allah SWT, berusaha konsisten dalam beramal, selalu bertaubat dan mengucapkan istighfar,  menargetkan ibadah , selalu introspeksi diri, dan selalu mengingat kematian.

Ustadz Nur Asyur juga mendefiniskan cinta dalam Islam. Pertama adalah  Marhalah Ula yakni cinta kepada Allah swt,  Cinta kepada Rasulullah, dan Cinta kepada Perjuangan Islam. Sedangkan yang kedua adalah Marhalah Wusta yakni Cinta kepada  keluarga, Cinta Kepada harta dan Cinta kepada Tahta.

“Jangan sampai marhalah wusta lebih tinggi dari marhalah ula, sebab bilamana marhalah wusta lebih tinggi maka seorang pemuda muslim akan fokus mengejar hal duniawi ketimbang dengan akhurat yang kekal abadi” terangnya.

Ustadz Nur Asyur menambahkan bahwa perlu diingat bagi seorang pemuda muslim bahwa cinta kepada Allah ditandai dengan  mengagumi, ridho dan pengorbanan.

Dalam kajian ini juga dibagikan hadiah dua buku kepada dua orang peserta yang berani merangkum materi yang dipaparkan oleh Ustadz Nur Asyur.

Ditemui disela-sela kajian, Ketua KAMMI Komisariat Dewata yakni Muhammad Khairul Fathin mengatakan bahwa kajian yang diadakan kali ini bertujuan untuk mengajak pemuda muslim untuk aktif mengikuti kegiatan kajian di Masjid ketimbang menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang mubazir. Semoga kajian ini bermanfaat dan ilmunya dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Tujuan kegiatan ini untuk mengajak seluruh pemuda muslim untuk datang dan aktif mengikuti kajian di Masjid maupun Musholla. Semoga kajian ini dapat bermanfaat dan ilmu yang diperoleh dari pemateri bisa diamalkan dalam kehiduoan sehari-hari” pungkasnya. [dhani/syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version