View Full Version
Jum'at, 25 Aug 2017

Menanamkan Al-Quran Tak Sebatas Dilisan

Oleh: Firdaus Bayu (Guru al-Qur’an)

Mengajarkan Al-Qur’an itu menyenangkan, terlebih bagi mereka yang tahu betul kemuliaan yang terkandung di dalamnya. Tawa riang dalam semangat anak-anak lugu yang antusias dapat membuat seorang guru betah menghabiskan waktu berjam-jam bersama mereka. Kenakalan anak adalah latihan bersabar. Dan lucunya ekspresi mereka saat berpayah membaca dan setor hafalan adalah hiburan yang menyenangkan. Sungguh gembira, seperti berada di taman indah. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. al-Bukhari).

 

Menanamkan Al-Qur’an Di Akhir Zaman

Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi kaum muslimin. Keberadaannya merupakan peta perjalanan yang akan dapat membawa umat manusia menuju kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Sebagaimana peta, maka siapa saja yang dalam hidupnya berpegang teguh pada Al-Qur’an tak akan pernah tersesat. Sebaliknya, siapapun yang berani membangkang atas petunjuk di dalamnya pasti akan celaka. Allah SWT berfirman, “...Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta" (TQS. Thaha : 123 – 124).

Sayangnya, di masa kemajuan teknologi seperti hari ini, perhatian umat Islam terhadap Al-Qur’an semakin terkalahkan oleh kehadiran media sosial. Generasi muslim hari ini lebih tahan berlama-lama menghabiskan waktu bersama tablet atau smartphone daripada membaca Al-Qur’an. Aktifitas sehari-hari lebih didominasi oleh bacaan-bacaan dalam media sosial daripada bacaan Al-Qur’an. Satu pesan baru dalam handphone cepat-cepat kita buka, namun ribuan pesan dalam Al-Qur’an yang hingga hari ini belum kita pahami betul apa maknanya, dengan tenang kita abaikan begitu saja. Akibatnya, Al-Qur’an menjadi semakin terlantar.

Karena itu, mengajarkan Al-Qur’an hari ini tidaklah mudah. Anak-anak lebih tertarik pada barang canggih daripada mushaf suci. Inilah yang disebut sebagai ancaman global sistematis generasi. Maka, menanamkan Al-Qur’an pada jiwa-jiwa generasi saat ini adalah aktifitas penting dan urgen. Tak sekedar mengajarkan, tetapi juga membuat mereka sadar hingga ringan mempelajarinya atas dorongan aqidah. Itu yang lebih penting.

 

Tak Sebatas Di Lisan

Lebih penting lagi, pengajaran Al-Qur’an terhadap anak-anak kita tak sebatas pada lisan, tak sekedar mengerti tajwid dan shifat huruf atau jenis-jenis langgamnya, melainkan juga pemahaman tentang pentingnya menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Di zaman kapitalisme yang secara prinsip memang memisahkan agama dari kehidupan ini, telah banyak kaum muslimin yang tak lagi setuju terhadap penerapan syariah Islam secara utuh dalam kehidupan.

Mereka menganggap bahwa penerapan syariah Islam itu cukuplah pada kehidupan pribadi (seperti shalat, puasa, dan lain-lain), bukan sebagai aturan negara. Padahal, penerapan syariah Islam secara utuh dalam kehidupan tersebut adalah konsekuensi dari pengimanan seorang muslim terhadap Al-Qur’an itu sendiri. Akibatnya, banyak generasi muda yang pandai membaca Al-Qur’an tapi berpemikiran sekular, banyak ulama’ pengajar Al-Qur’an namun menjadi penebar paham liberal.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita kembali menyadari bahwa Al-Qur’an itu diturunkan oleh Allah SWT bukan sekedar untuk dilafalkan, tetapi lebih dari itu adalah untuk diamalkan secara utuh dalam kehidupan. Dengan begitu, insyaAllah generasi mendatang yang kita bina sekarang akan menjadi insan pejuang Al-Qur’an yang siap menegakkan hukum-hukumnya, yang siap membelanya saat dinista, dan siap menjadi garda terdepan perjuangannya secara utuh dalam kehidupan. Wallahu a’lam bishshawab.


latestnews

View Full Version