View Full Version
Sabtu, 02 Mar 2019

Fahri Hamzah: Padanan Kafir Ada di Banyak Agama Kenapa Hanya Islam yang Jadi Korban?

JAKARTA (voa-islam.com) - Polemik penyebutan non Muslim bukan kafir yang dibahas di Munas NU beberapa waktu lalu, terus bergulir. Beberapa tokoh ikut berkomentar terkait masalah tersebut termasuk Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah.

Dalam kicauannya di Twitter, Fahri Hamzah dengan tegas menyatakan bahwa kata “Kafir” itu istilah dalam kitab suci dan tidak bisa diamandemen karena itu wahyu Ilahi. Tapi jika ada kata kafir dalam konstitusi dan UU, Fahri mengajak masyarakat untuk mengamandemennya.

"Katanya kita disuruh jangan campur agama dan politik. Beginian aja gak bisa dicerna," ujar Fahri yang juga mantan politisi PKS ini.

Fahri juga mempertanyakan orang-orang yang meributkan persoalan tersebut. Menurutnya kata "kafir" dan padanannya ada di banyak agama. "Kenapa yang jadi korban hanya agama Islam? Kenapa Alquran yang dipersoalkan? Susah banget mau jadi orang Islam. Kalau konsep iman agama lain saya disebut kafir ya terima saja. Memang kenapa kalau kafir?" tanya Fahri.

Bagi Fahri dalam soal ini yang perlu dituntut adalah kaedewasaan berwarganegara dan toleransi. Dan itu semua ditentukan oleh kemampuan warga untuk mencerna perbedaan konsep dalam iman. Aneh jika toleransi mau merasuk pada perubahan konsep iman. "Lah apa hak kita mengubah konsep iman? Nabi aja gak boleh. Heran saya. Ini kan sederhana," ungkap Fahri.

Fahri juga menghimbau agar para tokoh Islam jangan minder dengan konsep iman mereka sendiri agar kedepannya akan lahir generasi yang percaya diri dari pesantren dan sekolah-sekolah agama. Sehingga tegaklah agama dan tegaklah negara. Sebab kalau ulama minder maka negara kacau. Ini potret hari ini.

Yang diperlukan saat ini adalah setiap warga negara didewasakan untuk menerima konsep iman yang beragam. Toleransi pada perbedaan adalah syarat kewarganegaraan. Agama tidak perlu diamandemen sebab ia telah didisain untuk mengelola perbedaan. Kalau Tuhan mau, kita gak bakal beragam, tegas Fahri.

Tuhan Maha Kuasa untuk menyeragamkan kita sejak DNA sampai pada pilihan Iman. tapi Dia yang maha kuasa tidak mau. Supaya kita berlomba mengejar kebaikan. Sekarang, ayo berbuat baik. Ayo berbuat baik untuk bangsa. Ayo berdialog sebagai warga negara. Itu saja.

"Jangan sekali-kali ada majelis duduk untuk saling merevisi iman. Itu sakit jiwa namanya. Santai aja, mari kita berlomba menemukan cara untuk saling menikmati perbedaan. Masa menerima “Kafir” aja gak sanggup? Ya ampun. Dewasalah bangsaku," pungkas Fahri.[fq/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version