KUALA LUMPUR (voa-islam.com)--Cuaca pagi di Kuala Lumpur cukup sejuk. Meski matahari bersinar terang, tak terasa terik. Rombongan overseas SMP-SMA Ar-Rohmah Putri pun bergegas menuju International Islamic University of Malaysia (IIUM), Senin (2/9).
Memasuki kampus yang dikelilingi perbukitan kapur di Gombak, Selangor itu, seakan takjub seketika. Tak hanya karena eloknya arsitektur bangunan. Atau pun luas kampusnya yang lebih 900 hektar membentang. Melainkan kultur keilmuan yang terasa begitu kuat dan kental di segala penjuru kampusnya.
Menjelajahi tiap sudut universitas yang berdiri sejak 1983 itu, seakan rihlah ilmiah. Memutar kembali sejarah, ke zaman kejayaan Islam di masa lampau. Betapa ilmu itu dijunjung tinggi, dimuliakan dan umat Islam berada di puncak peradaban. Tak dibedakan pula antara ilmu umum maupun agama. Sebab muara semua ilmu itu hanyalah bersumber dari Sang Kuasa.
Tanpa disadari, gairah menuntut ilmu pun tiba-tiba tumbuh dan membara dalam diri seluruh santri dan guru pendamping. Tertulari kuatnya aura positif dari kampus yang bermoto 'The Garden of Knowledge and Virtue' itu.
Lebih lagi, rombongan overseas SMP-SMA Ar-Rohmah Putri mendapat sambutan hangat dan penuh kekeluargaan oleh Amirul Firdausi, Ph.D. selaku Office off International Affairs. Dalam sambutannya, Doktor Amirul sapaan akrabnya, mengucapkan selamat datang di kampus IIUM. Ia pun menjelaskan dengan gamblang semua hal tentang kampus yang puluhan ribu mahasiswanya berasal dari berbagai penjuru dunia itu.
Kunjungan kian menarik saat dua orang mahasiswa asal Indonesia berbagi kisahnya selama kuliah di Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia itu.
Rif'at Abdillah, mahasiswa S1 jurusan ilmu politik asal Yogyakarta. Menurutnya, pengalaman tinggal di pesantren sejak SMP dulu, menjadi bekal berharga saat ia menjalani perkuliahan di IIUM. Tidak kaget dan cepat adaptasi dengan padatnya aktivitas kampus. Sebab dinami sehari-harinyanya mirip dengan yang dijalani selama nyantri dulu. Bulan depan ia pun akan diwisuda, pertanda kuliahnya telah selsai dan gelar S1 akan diraihnya.
Senada dengan Muhammad Rajiv Syarif, mahasiswa doktoral asal Aceh yang kini mengambil jurusan ilmu politik juga. Ia meraih gelar S1 di Banda Aceh, barulah S2 hingga sekarang di Malaysia.
Menurutnya, kuliah di IIUM itu tidaklah ringan. Namun dibilang sangat berat juga tidak. Asal mempunyai niat yang lurus dan tekad yang kuat, semua halangan dan rintangan dalam perkuliahan bisa dilalui. Sebab, seluruh elemen di kampus IIUM sangat kondusif dalam menunjang proses pembelajaran.
Seluruh peserta overseas pun antusias menyimak paparan mereka berdua hingga akhir. Beragam pertanyaan diajukan untuk lebih menggali informasi dan pengetahuan. Mulai soal beasiswa hingga menu makan sehari-harinya.
Di akhir acara, kedua belah pihak saling bertukar cinderamata. Hudzaifah selaku perwakilan dari IIUM memberikan jubah kebesaran kepada Rully Cahyo Nuvanto, Kepala Sekolah SMA Ar-Rohmah Putri sekaligus ketua rombongan. Jubah itu sebagai simbol eratnya jalinan silaturahim yang kini telah terjalin antar kedua pihak.*
Kiriman:
Hery Purnama
SMP-SMA Ar-Rohmah Putri Malang