View Full Version
Kamis, 27 Feb 2020

Ustaz Zaitun Rasmin: KUII Digelar di Tengah Pesimis Umat

PANGKAL PINANG (voa-islam.com)--Ketua Panitia Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII Ustaz Zaitun Rasmin mengatakan kemungkinan besar isu-isu politik kekinian yang sempat “membuat gaduh” umat Islam belakangan ini, akan mewarnai pembahasan di sidang-sidang komisi selama kongres, yang berlangsung di Pangkal Pinang, Provinsi Bangka-Belitung, 26-29 Februari 2020 mendatang.

Hal ini disampaikan KH. Zaitun kepada wartawan seusai acara pembukaan KUII-VII yang diresmikan Wakil Presdien sekaligus Ketua Umum MUI Pusat RI KH. Ma’ruf Amin, Rabu, 26 Februari 2020, di ball room Novotel Pangkal Pinang.

Selain hal-hal mendasar keumatan, jelas Pimpinan Umum Wadah Islamiyah yang akrab disapa UZR ini, permasalahan seputar isu aktual politik dan hukum yang mengemuka belakangan ini, pasti dibahas dan disikapi untuk melahirkan butir-butir “resolusi kongres”.

“Misalnya soal keberadaan Omnibus Law dan sejumlah kebijakan yang dikeluarkan lembaga baru di pemerintahan Indonesia tersebut,” ujar ulama yang juga Ketua Organisasi Da’i dan Ulama se-Asia Tenggara ini.

Selain itu, tambah UZR, juga berkaitan dengan pernyataan ketua Badan Pembinaan Idiologi Pancasila (BPIP) baru-baru ini, yang sempat menuduh bahwa “agama musuh besar Pancasila”.

“Dan tak tertutup kemungkinan tentang himbauan BPIP tentang “Salam Pancasila” pasti akan dibahas dan disikapi kongres kali ini,” tambah UZR.

Soal isu kontroversi “agama musuh besar Pancasila”, pun sempat disinggung salah satu Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis UIama (MUI) Pusat KH. Prof. Dr. Didin Hafiduddin di hadapan Wapres Ma’ruf Amin, saat memberikan sambutan sebelum peresmian pembukaan kongres.

“Jangan persoalkan dan pertentangkan lagi antara keberadaan agama dan Pancasila, karena sudah final,” tegas mantan Ketua Baznas yang disambut tepuk tangan peserta kongres.

Menyoritas soal situasi politik saat Pemilu 2019, UZR menyinggung tentang rentannya praktek “politik transaksional” yang semakin menggejala sebagai sebuah budaya destruktif di dunia perpolitikan Tanah Air.

“Saya berharap, jangan lagi ada Politik transaksional yang mengarah pada praktek politik kapitalis,” tegas UZR.

Sedangkan berkaitan dengan situasi di dunia hukum di Indonesia, UZR mengamati tentang praktek peradilan oleh para penegak hukum yang masih “tebang pilih”. “Menuju Indonesia yang beradab di kemudian hari, saya berharap jangan terjadi lagi praktek penegakan hukum yang tajam ke bawah, tetapi tumpul ke atas,” tegasnya.

Optimis di Tengah Pesimisme
Dalam sambutannya menjelang peresmian kongres, UZR merasa bangga dan salut kepada para ulama, cendikian muslim, dan ormas-ormas Islam di Indonesia, yang masih sangat antusias untuk mengikuti kongres kali ini.

“Karena Kongres Umat Islam ke tujuh saat ini, diselenggarakan di tengah pesimisme umat terhadap keberadaan kongres ini,” ungkap UZR. Namun melihat dari jumlah peserta yang sudah mendaftar sebagai peserta dan tamu yang hadir saat pembukaan malam ini, yang mencapai 1.250-an orang, lanjutnya, ia optimis kongres umat kali ini akan berjalan sukses.

“Alhamdulillah umat Islam masih mau bermusyawarah dalam kongres ini. Sebab, kondisi yang sangat berbahaya bagi bangsa, ketika umat Islam sebagai mayoritas penduduk Indonesia, sudah tidak mau lagi bermusyarah untuk memikirkan masa depan bangsanya sendiri,” tegasnya lagi. *[Ril/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version