View Full Version
Kamis, 22 Apr 2021

Pencerahan Barat Menjauhkan Manusia dari Agama, Islam Mendekatkan Manusia dengan Agama

MALANG (voa-islam.com) – Muhammadiyah bukan akan, tapi sudah dan terus melakukan ikhtiar untuk gerakan pencerahan dan gerakan dakwah serta tajdid lainnya.

Demikian ungkap Haedar Nashir pada (20/04) menirukan Prof. Malik Fadjar. Hal ini disampaikan dalam Kajian Tematik Ramadan 1442 H “Muhammadiyah dan Misi Pencerahan Kemanusiaan” yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Haedar menjelaskan, kata pencerahan oleh Muhammadiyah telah dipopulerkan sejak tahun 2000. Kata ini dinisbahkan kepada gerakan Muhammadiyah generasi awal yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan, sekaligus mata rantai penyambung risalah nabi akhir zaman.

Merujuk Kamus Al Munjid, pencerahan selain berangkat dari kata nur yang berarti cahaya, naar yang berarti api, kemudian di situ juga disebut ar ra’yu yang berarti akal pikiran. Sehingga disebut dengan aqlu niar (pikiran yang mencerahkan).

“Jadi kita orang per orang memiliki jiwa pikiran, punya orientasi tindakan, dan langkah-langkah menerangi kehidupan sekecil apapun hatta menyingkirkan duri di jalan, itu sebenarnya langkah pencerahan,” tutur Haedar.

Sementara di Barat, pencerahan (enlightening) merupakan suatu proses perubahan diakhir abad 18 dari masa Eropa Gelap (the dark ages), di mana agama mencekeram kehidupan. Karena ‘kebablasannya’ pencerahan Barat keluar dari dogma agama, kemudian menjadi ekstrem, menjadi anti agama.

Gerakan Barat sering mengalami kontradiksi, di sisi lain pencerahan di Barat juga menghadirkan ilmu pengetahuan. Oleh Emanuel Kant, disebut sebagai gerakan Akal Murni yang kemudian melahirkan dasar-dasar ilmu pencerahan.

Dalam Islam, pencerahan menjadi nilai penting ajaran Islam. Kata pencerahan merupakan suatu proses perubahan manusia dari jahiliyah menuju kepada terang-benderang.

Menurut Haedar, istilah jahiliyah yang disematkan kepada bangsa Arab waktu itu karena budaya Arab merendahkan kaum perempuan, praktik niaga yang kotor, politik yang monolitik dan diktatorial, serta cara penyelesaian masalah dengan jalur kekerasan.

“Bangsa Arab kemudian menjadi madinah al munawarah, Yastrib berubah dari kota kecil menjadi kota peradaban-tamadun. Kota peradaban yang cerah mencerahkan,” imbuhnya seperti dilansir dari laman resmi muhammadiyah.or.id.

Tamadun dalam konteks ini berangkat dari agama, bukan semata-mata dari hasil pemikiran manusia. Risalah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad adalah risalah pencerahan, yang mengubah bangsa Arab dari jahilyah menjadi al madinah al munawarah. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version