Ramallah-Infopalestina: Pemerintah Ramallah pimpinan Mahmud Abbas terus melakukan perundingan dengan penjajah, tidak ada kegiatanya selain itu. Sementara Israel terus menancapkan kukunya di Tepi Barat.
Dengan demikian, Tepi Barat berubah menjadi kantong-kantong permukiman yang satu sama lain terpisah dengan tembok rasial maupun kawat perlintasan. Tujuanya hanya satu membunuh kemungkinan berdirinya negara Palestina bagi semua bangsa Palestina.
Kesungguhan dari menteri perang Zionis, Ehud Barak tercermin dari keputusanya, memindahkan fakultas pendidikan di wilayah permukiman Israel di Ariel ke universitas milik Abbas, sebagai respon atas permintaan pemerintahan Ramallah untuk menghentikan perluasan permukiman, sebagai prasyarat dimulainya kembali perundingan.
Maka, menjelang awal tahun 2010 dan dengan masuknya, Avigdor Liberman ke jajaran pemerintahan radikal Israel, akan meningkatkan ketegangan masalah permukiman ini di Tepi Barat. Pemerintahan Abbas mengaitkan perundingan dengan sikap Israel atas permukiman. Namun nyatanya, perluasan permukiman tidak pernah berhenti, walau mereka sudah mengumumkan akan menghentikan perluasan ini selama 10 bulan. Itupun Al-Quds tidak termasuk dalam perjanjian ini. Israel pun masih terus membangun permukimannya di sejumlah wilayah Palestina termasuk, Ariel.
Demikian juga saat kemenangan Barack Obama dalam pemilu Amerika, ia berjanji akan mencari solusi atas konflik Israel-Palestina. Ia berjanji akan mendesak Israel agar menghentikan permukimanya, sebagai pra syarat dimulainya kembali perundingan. Namun lagi-lagi Abbas dan konconya harus gigit jari, Washington ternyata menganulir janjinya. Dan meminta pihak Abbas untuk kembali ke perundingan tanpa syarat apapun.
Setelah Obama melanggar janjinya sendiri, pemerintahan Abbas dihadapkan pada sebuah dilemma. Meminjam istilah Shimon Peretz. Amerika telah memberikan tangga kepada Mahmud Abbas untuk naik ke atas pohon, namun ia mengambil tangga tersebut, dan membiarkan Abbas berteriak di atasnya. Sulit bagi Abbas mengaitkan perundingan dengan penghentian permukiman.
Sementara itu, menurut radia Ibrani menyebutkan, Barak telah memberikan lampu hijau kepada komandan tengah Israel untuk menanda tangani keputusan pemindahan fakultas permukiman Ariel yang berada di sebelah selatan Nablus dan utara Salvet ke universitas terkenal di Tepi Barat. sesuai dengan keputusan dewan cabinet Israel lima tahun yang lalu. keputusan ini disambut partai Baituna, pimpinan Avigdor Liberman. Sementara anggota parlemen Knensset, Michael Ben-Ari dari partai Persatuan Nasional menganggap ujian sebenarnya bagi Barak adalah kemampuan dia dalam membatalkan keputusan permukiman Israel di Tepi Barat.
Di pihak lain, partai Arab di Knesset mengecam keputusan Barak tersebut dan menyebutnya sebagai keputusan politik yang mendukung berlanjutnya perluasan permukiman. Anggota Knesset dari partai Arab, Ahmad Taybi menuding Barak telah melegitimasi perampokan. Ia memperingatkan resolusi itu akan mengarah ke eskalasi boikot akademik "Israel" di semua bagian dunia.
Sementara itu, para pengamat menilai pemindahan fakultas Areil ke Universitas Tepi Barat bersamaan dengan keputusan pemerintah Israel untuk melanjutkan permukiman. Sementara pengumuman penghentian permukiman hanya bersifat semu.
Pemindahan fakultas Areil ke universitas Tepi Barat merupakan pra syarat yang diajukan partai radikal Baituna untuk berkoalisi dengan partai pemerintah. Pembangunan perguruan tinggi di salah satu wilayah permukiman di Tepi Barat merupakan yang terbaru untuk mengarahkan pemerintah dalam berinteraksi dengan permukiman dan masa depan perundingan. (asy)