Beirut – Infopalestina: “Tsabit”, sebuah organisasi kemanusiaan yang konsen pada masalah hak kembali pengungsi Palestina, menolak keras pernyatan Presiden Barack Obama yang memberikan ucapan "selamat" kepada pemerintah Israel dalam memperingati 62 tahun penderitaan rakyat Palestina, di mana dia mengatakan dalam pesannya bahwa Palestina adalah "tanah air historis orang Yahudi".
“Tsabit” menilai pernyataan Presiden Amerika sebagai paralogisme (pemutarbalikan) sejarah yang telah dimulai dengan pernyatan Wakil Presiden Joseph Biden ketika ia mengunjungi kawasan pada 11 Maret 2010, dia mengatakan bahwa sejarah (Israel), "kisah prestasi yang mengesankan di sebuah daerah padang pasir yang sepi."
“Tsabit” menegaskan bahwa pernyataan presiden Amerika tersebut "merupakan dukungan mutlak terhadap semua kejahatan Israel atas rakyat Palestina dan melupakan penderitaan lebih dari enam juta pengungsi Palestina yang tersebar di tempat-tempat pengungsi dan di berbagai belahan dunia akibat pembantaian yang dilakukan oleh kelompok Zionis selama Nakba tahun 1948. Pernyataan itu juga merupakan penegasan “kemurnian" negara Yahudi dan awal bagi pelaksanaan kebijakan pengusiran warga Palestina yang tersisa di wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 1948."
“Tsabit” mengingatkan presiden Amerika bahwa "Palestina belum pernah seharipun menjadi milik orang-orang Yahudi. Palestina tetap menjadi negara susu dan madu, yang menjadi incaran para agersor, sehingga mereka datang dengan pasukannya, seperti Romawi, kaum salib dan kaum Zionis. Palestina adalah bagian dari peradaban Arab yang mengakar. Dari sana Barat belajar niaga, matematika, arsitektur, listrik, seni dan Sastra dan kerajinan yang dikembangkan oleh orang-orang Palestina selama berabad-abad lamanya yang ditransfer dari mereka oleh kaum Salib saat mereka kembali ke Eropa, yang kala itu diselubungi oleh kebodohan dan intoleransi." (asw)