Gaza – Infopalestina: Wakil ketua I parlemen Palestina Dr. Ahmad Bahr memperingatkan presiden demisioner otoritas Palestina Mahmud Abbas akan bahaya menerima tawaran PM Israel Benjamen Netanyahu soal negara Palestina. Ia menegaskan, masalah Palestina bukan bahan untuk permainan politik atau tawar-menawar dalam perundingan murahan.
Dalam salinan pernyataan yang diterima oleh Infopalestina kemarin Jumat (23/4) Dr. Bahr mengatakan, parlemen Palestina mengamati tawaran PM Israel Benjamen Netanyahu soal penerimaannya terhadap gagasan negara Palestina dengan perbatasan sementara sebagai tekanan demi tekanan bagi Palestina . Apalagi Israel menghindari pembicaraan soal Jerusalem (Al-Quds) dan masalah-masalah penting mendasar untuk memberikan kesan dalam kunjungan delegasi Amerika untuk Timteng Michael terakhir.
“Parlemen Palestina melihat tawaran Israel yang baru ini sangat berbahaya bertepatan dengan kedatangan Micthael ke Timteng,”
Bahr menegaskan, masalah Palestina bukan bahan untuk permainan politik atau tawar-menawar perundingan murahan. Siapapun meski tinggi kedudukannya, ia tidak layak mempermainkan hak-hak Palestina yang pasti atau mengalah dari prinsip dasar nasional Palestina. Sebab masalah Palestina sudah menimbulkan puluhan ribu korban gugur dan luka-luka.
Bahr mengajar Abbas untuk tidak tunduk kepada fasilitas dan kemudahan dari Israel dan Amerika yang menipu. Termasuk dari Netanyahu yang belakangan membebaskan sejumlah tahanan dan membuka sejumlah perlintasan militer di Tepi Barat untuk merayu otoritas Palestina kembali melakukan perundingan tidak langsung.
Bahr berujar, perundingan apapun baik langsung atau tidak pasti akan memberikan jaringan pengaman penuh bagi politik yahudisasi, pengusiran, pembangunan pemukiman, perampasan tanah, hak, dan tempat suci yang dilakukan Israel. Perundingan justru akan memudahkan jalan menuju penyelamatan penuh terhadap rencana Israel di atas. Selain itu, jarak antara otoritas Palestina dengan rakyatnya akan semakin jauh sehingga harapan akan menyatukan barisan internal Palestina akan semakin jauh pula.
Bahr menilai bahwa lawatan kunjungan Mitchael yang baru ke Timteng hanya merupakan tekanan terhadpa Palestina dan alarm akan hancurnya bangsa Palestina. Sebab Amerika hanya tunduk kepada keputusan dan sikap Israel dalam masalah berlanjutnya pembangunan pemukiman yahudi di Al-Quds.
Untuk keluar dari dilematis saat ini, Otoritas Palestina bisa mengambil sejumlah keputusan berani yang menantang veto Amerika dalam mewujudkan rekonsiliasi Palestina dan menerima prinsip partner politik dalam mememerintah Palestina serta menerima proyek nasional Palestina yang hakiki hingga penjajahan Israel berakhir dan jauh dari dikte asing. (bn-bsyr)