View Full Version
Selasa, 27 Apr 2010

Mainan Baru Amerika

 

Asy-Syarq Qatar

Fahmi Huwaidi

Saya tidak bisa menganggap Amerika berniat bersih dalam undangan mereka menggelar konferensi “Entrepreneurship in the Islamic world” di Washington pada 26 – 27 April ini. Saya memiliki sejumlah keragaun kuat soal tujuan utama yakni dalam rangka membuat jaringan kepentingan antara enterpreuneurship Arab dan Israel untuk melompati gap luas yang belakangan semakin luas antara kedua pihak.

Harian Asy-Syarq edisi (19/4) kemarin menurunkan laporan soal konferensi tersebut. Kami memahaminya bahwa forum para entrepreneur Mesir Amerika sudah melakukan perundingan soal tema jaringan di atas dengan para pejabat program yang memaintenes kalangan ini yang sebenarnya tugas dari Kementerian Luar Negeri Amerika. Tujuannya adalah memotifasi dan mendorong proyek-proyek entrepreneur dan membudayakan bisnis bebas. Sampai di sini tidak ada niat jahat dalam konferensi ini. Namun ada sejumlah hal yang membut ragu dalam maksud dan tujuannya. Salah satu keraguan itu, konferensi itu tampaknya sebagai gaung dari pidato yang disampaikan presiden Obama di Kairo kepada dunia Islam tahun lalu. Sampai laporan di atas menyebut konferensi itu sebagai “konferensi Obama untuk maintenes entrepreneur dunia Islam”. Meski dengan tema ini, kita kaget karena Israel diudang dalam konferensi ini dari 17 negara non muslim lainnya (jumlah peserta sebanyak 95 negara dari negara muslim dan non muslim yang diwakili oleh 250 orang). Meski teorinya seorang mukmin pantang tersengat ular yang sama dalam lubang yang sama dua kali, namun kita tidak pungkiri itu akan berulang lagi dalam waktu dekat. Ketika Obama datang ke Kairo tahun lalu untuk berpidato kepada dunia Islam, Obama bertemu dengan tujuh wartawan yang dianggap mewakili dunia Islam itu. Yang mengagetkan ada wartawan Israel di antara mereka. Seperti diketahui, saya (penulis) menarik diri dari pertemuan itu sebagai protes. Namun ini terulang lagi ketika Amerika menggelar konferensi entrepreneur dunia Islam dimana AS menyusupkan Israel ke dalamnya. Barangkali keterlibatan 16 negara non muslim lainnya menjadi alasan Amerika dalam gelaran konferensi ini untuk melibatkan Israel.

Di antara keraguan niat busuk Israel dalam hal ini adalah proses persiapan konferensi ini dimulai dengan kontak koordinasi antara Mesir dengan Indonesia. Negara pertama negara Arab terbesar dan kedua negara Islam terbesar. Sebab jaminan kehadiran dua negara itu akan memperkuat image positif konferensi itu. Apalagi konferensi itu menundang Brazil, Norwegia, Finlandia dan Paraguai namun membuang Iran dan Sudan. Artinya, politik konferensi itu jelas terasa dan pesertanya pilih-pilih. Sehingga indikasi konferensi itu tidak murni untuk enterprenuer atau membudayakan kerja bebas.

Keraguan lainnya, presiden Obama belum berhasil mewujudkan janjinya dalam hal hubungan Palestina dan Israel. Arogansi dan kesombongan Israel menjadi penyebab gagalnya perundingan ini. Maka Amerika menempuh pembangunan jaringan ekonomi antara mereka sebagai akal-akalan baru menjembatani Israel dan Arab.

Langkah menjembatani kerjasama ekonomi untuk melompati inti masalah adalah bukan hal baru yang dilakukan Amerika. Ini sudah pernah dilakukan dalam proyek Perez untuk mendirikan Timur Tengah Baru, juga proyek Bush soal Timteng  Raya, juga politik Netanyahu soal Perdamaian Ekonomi dengan Palestina sementara melupakan sisi politik. Ini yang terapkan di Ramallah yang mendorong Israel aktif di bidang ekonomi sementara Israel terus melakukan aksi penangkapan, pengekangan, yahudisasi, blockade Jalur Gaza, untuk meyakinkan Palestina bahwa menyerang kepada Israel adalah jalan menuju kemajuan.

Dalam laporan di harian Asy-Syarq ditegaskan 16 pebinis Mesir akan ikut dalam konferensi enterprenur di Amerika itu. Menurut prediksi kuat saya, kementerian Amerika memilih meeka karena mereka memiliki potensi siap menerima gagasan Amerika dan Israel tanpa melawannya dalam bidang ekonomi. Saya tidak tahu apakah pebisnis yang ikut itu menyadari bahwa penjajahan terhadap Palestina masih terus berlangsung dan semakin ganas dan brutal. Namun yang penulis ketahui dengan baik, mereka itu masa bodoh soal realitas penjajahan Israel itu. Jika memang begitu, mereka tidak akan diampuni oleh sejarah. (bn-bsyr)

www.infopalestina.com


latestnews

View Full Version