Hamid Igbariyah
Hampir saja polwan Ahrunovetz melakukan pembantaian di sekolah Ain Mahil, saat ia masuk dan membuat kegaduhan bagi para siswa di sekolah tersebut. Ia tiba di sekolah itu dengan kekuatan penuh kepolisian Zionis, seakan mau melakukan pertempuran dakhsyat.
Tindakannya tersebut dilakukan untuk memaksakan kehendaknya agar ia menjadi kepala sekolah persiapan yang ditolak warga maupun dewan distrik. Bukan karena pribadinya, akan tetapi karena keyakinanya bahwa menejemen sekolah melindungi kepala sekolah yang telah dipilih menteri secara illegal.
Mungkin kita boleh bertanya, kenapa ia berusaha untuk mengubah seorang guru yang seharusnya amanah jauh dari peperangan kepada situasi seolah akan terjadi pertempuran yang menggunakan bom, gas air mata ataupun peluru.
Jawabnya, semata-mata karena alasan politik. Karena yayasan Israel ingin menyampaikan pesan kepada penduduk distrik, bahwa apa yang diinginkan mareka harus terjadi, walau harus menggunakan kekuatan senjata atau bentuk terorisme polisi.
Sudah tentu menjadi kewajiban bagi seluruh otoritas lokal, melalui komisi pemantau Arab agar mengumumkan mogok massal sebagai bentuk solidaritas terhadap Ain Mahel atau minimal dengan melakukan gerakan untuk membuktikan bahwa sekolah tersebut tidak sendirian. Sekolah-sekolah lain juga merasakan dan berpihak kepada mereka dalam menghadapi siasat menteri penerangan Zionis.
Masalah ini, bukanlah semata-mata masalah bagi sekolah kecil seperti Ain Mahel. Dan bukan juga masalah menejemen sekolah. Akan tetapi bagian dari pertempuran kehendak yang tidak beda dengan semua pertempuran yang berlangsung antara masyarakat kita sebagai bangsa Arab dalam mempertahankan hak hidup layak di tanahnya sendiri yang mempunyai kehendak sendiri, tidak terkukung tirani zalim yang memaksakan kehendanya pada kita sewenang-wenang. (asy)
Suara kebenaran 8/10/2010