View Full Version
Selasa, 08 Feb 2011

Mantan Mendagri Mesir Diperiksa Terkait Peledakan Gereja Iskandaria



Kairo – Infopalestina: Jaksa Agung Mesir, Abdul Majid memerintahkan bawahanya untuk mencopot Habib Adli sebagai menteri dalam negeri Mesir atas keterlibatanya dalam peledakan gereja el-Qadisin Iskandaria, pada malam tahun baru.

Sebelumnya, mendagri menuding sekelompok orang di Gaza bertanggung jawab atas peristiwa peledakan ini. Jaksa, Mamduh Ramzi telah menyampaikan tuntutannya kepada Adil atas keterlibatannya dalam peledakan gereja Iskandariah yang menewaskan 23 orang dan melukai 97 orang.

Pada 17 Januari lalu, Adil menuding gerakan Tentara Islam, suatu organisasi yang sebagian anggotanya berada di Gaza. Namun Tentara Islam menolak tudingan ini. Sementara itu, pemerintah Palestina mengungkapkan kesediaanya untuk bekerja sama dengan pemerintah Mesir, guna mengungkap kasus ini.

Penegasan dari Inggris

Beredar kabar, tuntutan Inggris sebagai sekutu Mesir, adalah agar Mubarak mengundurkan diri dari jabatanya terkait masalah ini. Apalagi terungkap bahwa dalang peledakan tersebut, mendagri Habib Adli. Itelijen Inggris meyakini, berdasarkan data-data resmi Mesir berupa audio dan dokumen menunjukan bahwa Adli telah merencanakan peledakan ini sejak enam tahun silam. Ia telah mempersiapkan 22 prajuritnya yang dibagi ke dalam beberapa kelompok menurut territorial geografis. Pasukan ini sudah trampil dan berkempuan untuk melakukan infiltrasi ke dalam seluruh jaringan.

Intelijen Inggris mengungkapkan, Raed Fathi Abdul Wahid, orang dekat Habib Adli. Sejak 11 Desmber 2010 telah menghadirikan tersangka Ahmad Muhammad Kholid yang telah mendekam 11 tahun dalam penjara mendagri, agar ia menghubungi sejumlah kelompok radikal di Mesir untuk melakukan peledakan terhadap gereja Al-Qadisin di Iskandaria. Dan betul Ahmad Kholid menghubungi sejumlah kelompok radikal di Mesir, seperti gerakan Jundullah. Ia menyampaikan, dirinya mempunyai amunisi yang ia perolah dari Gaza yang bisa digunakan untuk meledakan gereja untuk memberikan pelajarana bagi “kaum Qibti”. Komandan Jundullah saat itu, Muhammad Abdul Hadi kagum dengan idenya Muhammad Kholid. Kemudian ia menyiapkan seorang anggotanya, Abdurrahman Ali yang ditugaskan untuk menyiapkan bom mobil. Iapun akan meledakan diri setelah itu. Namun sebenarnya, letjen Fathi Abdul Wahid lah yang akan meledakan bom itu dari kejauhan, sebelum, Abdurahman Ahmad Ali turun dari mobilnya. Inilah  aksi yang memilukan yang terjadi pada malam tahun Baru di Mesir.

Letjen Fathu Abdul Wahid memberikan pengarahan pada Ahmad Kholid. Ia minta agar ketua jama’ah Jundullah, Muhammad Abdul Hadi diundang ke salah satu apartemen di Iskandaria untuk mendiskusikan hasilnya. Pertemuan itu dilakukan pada hari Senin di salah satu losmen di jalan Syahid Abdul Mun’im Riyad Iskandaria. Namun ternyata, Fathi malah menangkap keduanya dan segera dilarikan ke Kairo dengan menggunakan mobil ambulans terbaru. Keduanya sampai ke Kairo dalam waktu dua jam setengah dan dimasukan ke dalam satu gedung khusus di areal Eljizah, milik depdagri.

Kemudian terjadi pergolakan, gelombang aksi massa yang menuntut pengunduran diri Mubarak, saat itu, gedung tersebut hanya dijaga dua orang. Maka keduanya berhasil meloloskan diri dan berangkat menuju kedubes Inggris di Kairo untuk minta suaka politik.

Berlanjutnya Blokade Gaza

Seorang diplomat Inggris menyatakan, keputusan meledakan gereja El-Qadisin datang dari rezim Mesir dengan beberapa sebab.

1.      Tekanan terhadap organisasi baik yang berada di wilayah Mesir, Arab maupun dunia Islam untuk melanjutkan blokadenya terhadap Gaza. Karena pelakunya adalah salah satu organisasi “Tentara Islam” yang ada di Gaza, disamping untuk membenarkan adanya penyelundupan senjata dari Mesir ke Gaza. Selain itu, untuk mengecoh dunia, bahwa Mesir melindungi warga Kristen.

2.      Memberikan hadiah khusus kepada Zionis untuk terus melanjutkan blokadenya dan mempersiapkan operasi besar lainya. hadiah ini diberikan agar Israel mendukung pencalonan kembali Husni Mubarak sebagai presiden Mesir.

3.      Menyebarkan kebohongan dalam rangka melindungi kecurangan yang terjadi saat pemilu dengan menuding kelompok Islam radikal berbuat aniaya terhadap warga Kristen, agar mereka mendapatkan legalitas dari pihak Barat terhadap hasil pemilu yang curang. Disamping dapat menangkapi sejumlah orang yang dikhawatirkan membahayakan rezim. Terbukti, rezim telah menangkapi kaum muslimin, lebih dari 4000 orang.

Diplomat Inggris ini kemudian mengatakan, rezim Mubarak telah kehilangan semua legalitasnya. (asy)


latestnews

View Full Version