View Full Version
Selasa, 08 Feb 2011

Kekhawatiran Keamanan Israel yang Terungkap Akibat Revolusi Mesir


Israel secara resmi memantau perkembangan Mesir dari sisi politik, militer, keamanan dan strategi. Berikut sejumlah analisisnya:

-          PM Israel Benjemen Netenyahu memimpin sidang membahas prediksi intelijen terhadap sikap Mesir. Sidang diikuti oleh anggota kabinet kecil (semacam komisi) urusan politik dan keamanan di parlemen, kepala  badan intelijen militer Israel dan semua pihak yang terkait dalam urusan prediksi sikap Mesir. Kesimpulan dalam sidang itu bahwa Israel berkepentingan dalam mempertahankan perdamaian dengan Mesir.

-          Menteri Transportasi Israel, Jacob Kats mengisyaratkan bahwa Israel hari-hari ini mulai merasa pentingnya kesepakatan damai yang pernah ditandatangani dengan Mesir sebab Negara piramida yang merupakan Negara Arab terbesar akan keluar dari lingkup konflik dan akan mengubah aturan permainan baru. Israel menegaskan bahwa perubahan system pemerintah Mesir akan menjadi ancaman riil bagi Israel.

-          Presiden Israel Shimon Peres menilai demokrasi yang diidamkan di Mesir bukan hanya akan menghasilkan pemilu yang bebas dan jurdil, namun juga akan mempertahankan kebebasan itu setelah pemilu. Situasi ini mengkhawatirkan sebab Israel menyaksikan di Gaza kemenangan "kelompok 'ekstrim'" yakni Hamas dalam pemilunya.

-          Kepala Badan Pertahanan militer Israel, Ghabi Eskanazi memperingatkan bahwa situasi keamanan di Israel sangat "rentan" dan situasi ketenangan di wilayah perbatasan dengan Gaza (Mesir) bisa berubah sewaktu-waktu seperti yang terjadi di Mesir.

-          Pimpinan oposisi di Israel, Tzepi Livni mengungkapkan ketakutannya bila dukungan Amerika terhadap proses pemilu di "masyarakat Islam" akan memunculkan pihak yang tidak menghormati demokrasi. Ia menegaskan keharusan Israel melakukan langkah dramastis yang bisa menyelesaikan konflik dengan Palestina sehingga memperkuat "Negara moderat" di Timteng untuk menghadapi bahaya Iran.

-          Mantan menteri dari Partai Buruh Israel  Benjemen ben Eliezer mengkritik pedas sikap Amerika dalam krisis di Mesir. "Washington mengambil untung dalam krisis di Timteng ketika meminta kepada Mubarak agar meninggalkan jabatannya dan meninggalkan Mesir." Tegasnya. Ia yakin akan terwujud perdamaian dengan Palestina secepat mungkin sebelum Amerika memaksakan kehendaknya.

-          Pihak pelaku ekonomi dan keamanan Israel mengungkapkan keresahannya atas kemungkinan untuk pertama kalinya - sejak penandatanganan kesepakatan damai dengan Mesir  - terusan Suez akan ditutup bagi barang-barang ekspor impor Israel. Ini akan mengharuskan pemikiran baru dan harus disiapkan segera langkah antisipasi. Apalagi sepertiga impor eksport Israel menuju timur melalui lalu lintas laut  dari terusan Suez. Pihak-pihak keamanan Israel juga menegaskan bahwa kelemahan Amerika mempertegas kelemahan krisis Israel dan menguatkan kebutuhan Israel dari sisi ekonomi ke Cina, Jepang dan India. Ini artinya, pelabuhan laut, termasuk terusan Suez akan menjadi pipa oksigen bagi ekonomi Israel.

-          Orang tua Gilad Shalit mengungkapkan kekhawatirannya peristiwa Mesir akan mengancam upaya perundingan pembebasan anak mereka karena peran Mesir yang begitu penting. Mereka senang dengan penunjukan Sulaiman sebagai wakil Mubarak karena perannya yang kuat dalam membebaskan anak mereka.

-          Mantan Dubes Israel di Mesir Eli Shakid menilai rezim Mubarak jika bertahan hingga beberapa bulan makan akan bisa digunakan untuk memecah waktu yang hilang dengan pemerintah transisi hingga digelar pemilu baru. Ia memprediksi Ikhwanul Muslimin akan menang dalam pemilu sesuai dengan kehendak Amerika. Ia menambahkan, IM sedang menunggu kesempatan menerima pemerintahan dan mereka sudah mengembangkan diri dan menjadi kekuatan kedua di Mesir setelah militer. Ia menegaskan, perdamaian dengan Mesir dalam bahaya. Ia berharap pemerintah Mesir ke depan termasuk dari kelompok yang konsisten dengan perdamaian. Jika tidak maka akan banyak menimbulkan masalah bagi Israel. Jika oposisi Muhammad Baradai berhasil menjadi presiden maka Mesir tidak akan sendirian dan perdamaian tidak bisa diandalkan sendirian.

-          Pakar urusan Amerika di Universitas Bar Eilan di kota Tel Aviv Eitan Galbu' menegaskan bahwa Negara Israel harus menghitung-hitung hubungannya dengan Amerika. Sebab Obama sudah menusuk Mubarak dari belakang dan memalingkan diri kepada Israel. Israel harus mengembangkan hubungannya dengan Negara maju seperti India dan Cina disamping memperbaiki hubungan dengan Eropa.

-          Mantan Dubes Israel di Kairo Tzipi Mazel menegaskan, sikap Amerika terhadap kejadian Mesir salah. Namun militer masih mendukung Mubarak dan ini akan membantu Mubarak menguasai situasi.  

-          Televisi Israel menegaskan bawha Israel harus segera mempersiakan diri menyikapi masa depan dengan pemerintahan baru atau system penguasan baru di Kairo. Menurutnya, meski banyak Negara Arab tertarik untuk membangun hubungan dengan Israel, namun setelah revolusi ini mereka akan menolak dilanjutkannya hubungan dengan Israel karena simpati kepada krisis Palestina dan Intifadhah yang mereka lakukan.

-          Menteri Pembangunan Israel memperkirakan bahwa Mesir bisa jadi akan menganulir kesepakatan ekspor gas ke Israel jika terjadi kudeta rezim. Ini akan mengancam sebab 40% listrik Israel dipasok bahan bakarnya melalui gas alami Mesir. (bsyr/Pusat Informasi Media, 5/2/2011)


latestnews

View Full Version