View Full Version
Senin, 29 Mar 2021

Pemimpin Al-Shabaab Serukan Serang Kepentingan AS Dan Prancis Di Djibouti

MOGADISHU, SOMALIA (voa-islam.com) - Pemimpin kelompok jihadis Al-Shabaab telah menyerukan serangan terhadap "kepentingan Amerika dan Prancis" di Djibouti, kurang dari dua pekan sebelum pemilihan presiden negara itu.

Dalam sebuah video yang dirilis Sabtu (27/3/2021) malam, Abou Obaida Ahmad Omar mengecam Presiden Djibouti Ismail Omar Guelleh, yang telah berkuasa sejak 1999 dan akan memenangkan masa jabatan kelima dalam pemilihan pada 9 April.

Pemimpin jihadis itu mengatakan Guelleh mengubah negara Tanduk Afrika itu "menjadi pangkalan militer tempat setiap perang melawan Muslim di Afrika Timur direncanakan dan dilaksanakan".

"Jadikan kepentingan Amerika dan Prancis di Djibouti sebagai prioritas tertinggi dari target Anda," katanya kepada pengikut dalam video tersebut.

Lokasi strategis Djibouti sebagai pintu gerbang ke Afrika dan Semenanjung Arab telah menjadikannya tujuan yang dicari untuk pangkalan militer asing.

Bekas koloni Prancis itu menampung kontingen Prancis terbesar di Afrika - sekitar 1.500 tentara - serta satu-satunya pangkalan permanen Amerika Serikat, dengan sekitar 4.000 tentara.

Jepang dan Italia juga hadir di Djibouti, sementara Cina telah memiliki pelabuhan dan pangkalan militer di negara itu sejak 2017.

Djibouti selanjutnya menjadi tuan rumah bagi kontingen pasukan Uni Afrika yang memerangi Al-Shabaab yang terkait dengan al-Qaidah di Somalia, di mana para jihadis telah melancarkan pemberontakan yang panjang yang berusaha untuk menggulingkan pemerintah yang didukung secara internasional.

Pada tahun 2014, Al-Shabaab menyatakan bertanggung jawab atas serangan jibaku di sebuah restoran di Djibouti, menewaskan seorang pria Turki dan melukai sekitar 20 orang lainnya, termasuk tujuh warga negara Prancis, enam warga negara Belanda, empat warga Jerman dan tiga warga Spanyol.

Kelompok jihadis itu mengatakan telah menargetkan restoran itu karena populer di kalangan "tentara salib Prancis dan sekutu NATO mereka".

Warga negara Prancis menjadi sasaran karena apa yang dikatakan kelompok itu sebagai "keterlibatan pemerintah mereka dalam pembantaian dan penganiayaan saudara-saudara Muslim kita di Republik Afrika Tengah dan karena peran aktif mereka dalam melatih dan melengkapi pasukan murtad Djibouti". (TNA)


latestnews

View Full Version