View Full Version
Ahad, 27 Sep 2015

Habis Ikut Latihan Kepemimpan HMI Tuah Menghina al-Qur'an dan Rasul

MEDAN (voa-islam.com) – Generasi anak cucu Nurcholis Majid, Harun Nasution, Ahmad Wahib, Johan Efendi, dan para penegak 'sekulerisme' terus tumbuh di Ormas Islam, seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan UIN (Universitas Islam Negeri). Ibaratnya hilang 'satu' tumbuh 'seribu'. Mereka yang menjadi corong 'sekulerisme' dalam Islam.

Mereka yang paling gemar menyuarakan 'sekulerisme' dalam Islam. Doktrin paling terkenal dari Nurcholis Majid : “Islam Yes, Partai Islam No”. Artinya, agama Islam itu, hanyalah ritual alias ibadah belaka. Tidak ada hubungannya dengan politik, ekonomi, kebudayaan dan lainnya. Cukup sebagai ritualisme belaka.

Soal pendapat al-Qur'an itu bukan wahyu, sudah menjadi pendapat Nurcholis dan kaum sekuleris, sejak bahuela. Bukan hal yang baru lagi. Soal Muhammad itu, bukan nabi dan al-Qur'an itu hanyalah 'igauan' Muhammad juga sudah lama. Intinya mereka Islam dan al-Qur'an itu, sudah tidak layak bagi kehidupan modern.

Maka, sekarang ada generasi baru, anak-cucu Nurcholis yaitu Tuah Aulia Fuadi, yang pikirannya 'copas' Nurcholis, Harun Nasution, Ahmad Wahid, dan tokoh sekuler lainnya, bukan hal yang baru. Tuah Aulia hanyalah pengikut baru yang meneruskan doktrin-doktrin sekulerisme di Indonesia.

Sementara itu, BADKO (Badan Koordinasi) HMI menyesalkan pemecatan mahasiswa pengusul revisi Al-Quran oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara yaitu Tuah Aulia Fuadi, mahasiswa semester V jurusan Fakultas Syari'ah, UIN Sumatera Utara, karena tulisan dia pada laman Facebook dianggap menghina Islam dan Al-Quran. 

Tuah saat ini tercatat sebagai aktivis HMI Komisariat Fakultas Syari'ah UIN Sumatera Utara. Menurut Anggia, Tuah sering hadir dalam kegiatan diskusi yang diadakan HMI. Tuah baru saja mendapatkan pendidikan nilai dasar perjuangan HMI dan latihan kepemimpinan satu (LK I). Enggak tahu, entah dicecoki doktrin apa oleh seniornya, keluar dari LK, kemudian mengigau tentang Islam yang miring.

"Mungkin, setelah selesai mendapat pendidikan nilai dasar perjuangan HMI dan LK I, Tuah ingin menunjukkan eksistensi dan pemahamannya mengenai Islam," ujar Ketua BADKO HMI, Anggia. 

Pendapat dan pemikiran itu lantas Tua tuangkan dalam tulisannya pada akun Facebook miliknya. Tulisan itu lantas mendapat respons dan kecaman banyak pihak karena dianggap menghina Islam.

Berikut ini sejumlah kutipan tulisan Tuah yang dianggap bermasalah: "Dahulu dizaman rasul, al QURAN itu hadir dalam wajah jelek (tampil di kulit kambeng) udah lah kepalanya botak (tak berbaris) beraroma busuk pula lg itu (yg pastinya bau bangkailah). Dahulu Alquran itu memang parah, kehadirannya primitif, beda dengan sekarang. Alquran yg sekarang sudah maju secara profresif. Ia tampil dlm wajah tampan. (di buku)."

Tua juga mempermasalahkan penafsir tunggal Rasul. Dia menulis: "Penafsiran itu hanya rasul dan itu pun satu. sekarang ia sudah mati jd penafsir tunggal itu sdh ga ada lg. Yg sebaiknya Alquaraan itu direvisi saja. Minimal kembalikan saja urusan itu ke Negara, Biar negara saja yg merelevansikannya sesuai dengan kebutuhan zaman dan peradaban umat yg lebih progresif, modernis, teknologis dan teknogratis."

Tidak hanya menuai kecaman di media sosial, Tuah juga dipecat sebagai mahasiswa UIN Sumatera Utara gara-gara tulisan itu. Tulisan Tuah benar-benar menghina al-Qur'an dan Rasul. Tidak layak dia menjadi mahasiswa yang menggunakan predikat 'Islam' dengan sikapnya yang menghina Islam dan Rasul. 

Rektor UIN Medan melakukan tindakan dengan memecat Tuah dari UIN. Tindakan Rektor UIN itu sangat layak. UIN harus dibersihkan dari orang-orang 'fiktor' (fikirannnya kotor), penuh kekejian terhadap al-Qur'an dan Rasul. Tidak layak menghuni kampus UIN.

"Tuah kami pulangkan kepada orang tuanya untuk dibina," tutur Rektor UIN Sumatera Utara Nur Ahmad Fadhil Lubis. Itulah tindakan yang patut dihargai dari Rektor UIN. (afhg/dbs/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version