View Full Version
Rabu, 12 Oct 2022

Di Tengah Ancaman Resesi, Kenaikan Dana Parpol Kian Tinggi

 

Oleh: Wida Nusaibah

Dunia diperkirakan akan mengalami resesi ekonomi terparah tahun depan. Hasil survei terbaru dari Reuters menyebutkan, bahwa 'penderitaan' yang lebih besar bisa saja terjadi. Sebab, bank sentral Amerika Serikat (AS) semakin agresif menaikkan suku bunga.

Sebanyak 59 dari 83 ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November. Kemudian, di Desember, The Fed diperkirakan akan menaikkan lagi sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%.

Jika sesuai prediksi, maka suku bunga The Fed akan berada di level tertinggi sejak awal 2008, atau sebelum krisis finansial global. Kemudian di awal tahun depan, suku bunga diperkirakan naik lagi menjadi 4,5% - 4,75% atau lebih tinggi lagi.

Ketika inflasi tinggi berlangsung dalam waktu yang lama, maka risiko stagflasi akan meningkat, dan dampaknya bisa membuat kerusakan ekonomi yang lebih parah.

Menanggapi hal itu, Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan menyatakan bahwa Indonesia saat ini menghadapi tantangan akibat efek domino dari tensi geopolitik yang masih terus memanas dan tidak bisa diprediksi kapan berakhir.

Oleh karena itu, Luhut mengimbau langkah strategis terus dilakukan untuk memitigasi risiko yang dapat terjadi. (CNBC Indonesia, 30/09/22)

Kenaikan Dana Bantuan Parpol di Tengah Ancaman Resesi

Kontradiktif, di tengah ancaman resesi ekonomi, pemerintah justru berniat meningkatkan dana bantuan parpol sebesar tiga kali lipat. Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengusulkan kenaikan bantuan dana partai politik (parpol) tiga kali lipat. Jumlahnya naik dari Rp 1.000 per suara menjadi Rp 3.000 per suara. (Republika.co.id, 22/9/22)

Ancaman resesi terjadi hampir di seluruh penjuru dunia. Anehnya, Indonesia justru meningkatkan dana bantuan untuk parpol. Hal ini jelas menunjukkan abainya negara atas nasib rakyat yang terancam hidup sulit akibat ketidakpastian kondisi ekonomi. Namun, negara justru peduli pada parpol yang akan menjadi kendaraan politik untuk meraih kursi kekuasaan.

Paradoks ini menunjukkan secara nyata bobroknya sistem Kapitalis Demokrasi, karena  lebih berpihak kepada kepentingan parpol. Jika selama ini negara mengeluhkan anggaran yang membengkak akibat subsidi, lalu kenapa untuk parpol seakan dana tersebut mendesak untuk dikeluarkan? Kegentingan dan kepentingan apa yang mendasarinya?

Kenaikan dana parpol tersebut sangatlah tidak tepat. Apalagi, kenaikan hingga tiga kali lipat. Seharusnya pemerintah lebih mengutamakan kebutuhan yang dapat dirasakan langsung oleh seluruh rakyat, bukan cuma oleh segelintir pengurus parpol.

Selain itu, penambahan dana bagi parpol parlemen menjelang pemilu juga tidak etis. Sebab, akan mengakibatkan ketidakadilan antara parpol-parpol lain peserta pemilu.

Sebaiknya pemerintah terlebih dahulu membenahi sistem pengawasan dan pelaporan yang lebih transparan dan akuntabel. Sebab, banyak kasus dan bantuan parpol di daerah menjadi sumber tindak pidana korupsi.

Dana bantuan parpol yang akan diberikan pemerintah itu juga bukan hanya untuk di pusat saja. Namun, juga akan diberikan kepada anggota DPRD kota dan kabupaten. Sehingga kalau ada kenaikan bantuan dana parpol tiga kali lipat, dapat dipastikan bahwa jumlahnya sangat besar. Ini juga harus diperhatikan agar keuangan negara tidak jebol hanya untuk dana parpol.

Penguasa Peduli Rakyat Terwujud dalam Islam

Kanaikan dana parpol menunjukkan negara abai terhadap kebutuhan rakyat. Itulah watak dari negara yang menerapkan Kapitalisme, yakni negara bukan sebagai pelayan bagi rakyat.

Hal tersebut sungguh berbeda dengan Islam. Dalam Islam, seorang pemimpin adalah pelayan bagi rakyat. Dia akan mengambil kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan rakyat. Sebab, dia menjalankan tugas atas dasar keimanan terhadap Allah SWT, karena yakin bahwa kelak di Yaumil hisab dia akan bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya.

Rasul Saw. bersabda yang artinya: "Pemimpin adalah pihak yang berkewajiban memelihara urusan rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus." (HR Muslim).

Islam terbukti mampu mewujudkan suasana keimanan yang kuat, sehingga akan terwujud pula seorang pemimpin yang peduli dan memprioritaskan pada kebutuhan rakyat. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

ILustrasi: Google


latestnews

View Full Version