View Full Version
Selasa, 27 Jan 2015

Partai Politik Saat ini Lupa Pembangunan Karakter

JAKARTA (voa-islam.com) - Problem karakter kebangsaan yang terjadi pada bangsa Indonesia saat ini nyaris akan menenggelamkan peradaban, apabila bangsa Indonsia tidak cepat melakukan perubahan.

Maka dari itu partai-partai politik nasional harus mampu berbenah dan mau belajar kepada pengalaman negara lain dimana karakter kebangsaan menjadi perioritas dalam memajukan suatu bangsa. Demikian pernyataan Ketua Gerakan Beli Indonesia, Hepy Trenggono saat berbicara di kantor pusat Gerakan Beli Indonesia di Mampang Jakarta Selatan.

Lebih jauh dia memaparkan, peradaban itukan bicara sebuah yang terbesar. Dalam peradaban itu ada sesuatu yang membentuk yang kita lihat itu namanya kultur. Dibawah kultur itu ada yang terjangkau oleh manusia untuk dilihat manusia secara tangible namanya karakter.

Karakter itulah yang membentuk namanya kultur. Berbicara kebangsaan—maka Soekarno waktu dulu mengatakan, tugasnya adalah satu, yakni membangun karakter bangsa. Agar supaya apa? Bangsa Indonesia itu mampu menghadapi semua tantangan.

“Realitas inilah yang saat ini ditanggalkan oleh para pemimpin nasional termasuk partai – partai politik sehingga peradaban kebangsaan keluar dari visinya ”ungkapnya Senin (26/01/2015) kemarin.

Sambil mengupas peradaban kejayaan Islam, Hepy Trenggono, menuturkan, bahwa peradaban Islam yang dibangun oleh Rasulullah Muhammad SAW adalah karakter, karena karakter adalah kunci dari segala-galanya. Maka dari itu kalau kita lihat, Rasulullah itu berbeda dengan pemimpin-pemimpin dunia yang lain.

Jika pemimpin-pemimpin besar didunia hampir termasuk Firaun, yang mereka bangun hampir semua yang bisa dilihat secara fisik seperti bendungan, istana, candi, monumen dan lain-lain. Tetapi mengapa Rasulullah tidak? Apa pesannya? Kata Rasulullah yang harus kita bangun yaitu karakter umat. Jika karakternya terbangun apapun akan terbangun jangankan hanya fisik dan kultur, peradaban itu akan terbangun.

Kondisi inilah, menurut Hepy Trenggono, berbanding terbalik dengan Indonesia. Di Indonesia logika pembangunan karakter itu sudah sejak lama ditinggalkan dan lebih ditonjolkan adalah pembangunan penciteraan. Anehnya pembangunan karakter tak dipedulikan lagi dan anehnya rakyat Indonesia dalam memilih sosok pemimpin selama ini hanya disuguhkan dengan penciteraan sebuah gambar, video seseorang tapi bukan karakter seseorang. Hal ini yang mengakibatkan banyak sekali para pemimpin-pemimpin di republik ini menyalahi amanah yang diberikan oleh rakyat dengan terjebak praktek korupsi.

Identifikasi dalam pembangunan karakter itu ada tiga, pertama adanya kesadaran jati diri artinya apakah manusia itu paham tidak terhadap peran dan fungsinya. Kedua, orang yang berkarakter itu orang memiliki keyakinan sangat jelas dengan apa yang dia yakini. Contohnya orang dermawan, dermawan adalah sebuah karakter. Kenapa? Dia menyakini mengeluarkan duit itu tidak hilang.

Ini menyelamatkan dan bahkan ini yang membuat dia lebih kaya. Ketiga adalah pembangunan karakter itu disesuaikan dengan pembelaan, apa yang sungguh sungguh dibela. Ketiga identifikasi dalam pembangunan karakter tersebut saat ini tersebut, kata Hepy Trenggono, perlu dibangkitkan diberbagai penjuru lini bangsa. Maka dari itu semua partai-partai politik nasional termasuk partai Islam saat ini jika ingin membangun dan menyelamatkan bangsa harus menempatkan pembangunan karakter sebagai visinya.

Tak perlu pesimis partai Islam dalam mengembangkan visi tersebut, menurut Hepy Trenggono, karena dalam konsep pembangunan karakter Islam sudah ada contohnya yaitu adalah sesuai ajaran Rasulullah yang menempatkan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Konsep karakter Islam telah terbukti membangun kejayaan Islam hal ini harus diyakini oleh partai Islam di Indonesia sebagai platform partainya.

“Jangan sampai partai Islam mengikuti revolusi mental yang saat ini dengung-dengungkan tapi tak jelas konten dan isinya. Justru akan membingungkan karakter bangsa yang ingin sejajar dengan bangsa lain,” terangnya. [syahid/GoesYuli/sharia/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version