View Full Version
Jum'at, 27 Mar 2015

Akademisi UI Ingatkan Jokowi Agar Tidak Bernafsu Terhadap Kekuasaan

JAKARTA (voa-islam.com) - Akademisi dari Universitas Indonesia, Muhammad Budyatna, melihat presiden Jokowi banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran, sehingga merusak tatanan hukum dan demokrasi yang sudah dibangun selama ini. Jokowi pun diingatkan agar tak mengejar kekuasaan semata dan mengabaikan aturan-aturan yang ada.

“Jangan merusak tatanan hukum dan demokrasi yang sudah coba kita bangun. Hidup ini enggak semata-mata untuk mengejar kekuasaan, tapi juga melaksanakan amanah dan kewajiban,” kata Budyatna, Kamis (26/03/2015) kemarin.

Semua tatanan kehidupan berkembang saat ini, tambahnya, menjadi heboh dan kisruh sejak Jokowi menjadi presiden karena pelanggaran demi pelanggaran yang ia lakukan, termasuk  melanggar janji-janjinya bekerja untuk rakyat dan tidak untuk kekuasaan.

“Dari sejak awal mulai dari wali kota, gubernur, presiden tidak ada hentinya nafsu kekuasaannya. Setelah jadi presiden, kehebohan dan kekisruhan masih berlanjut di lembaga-lembaga negara, di DPR, DPD, MPR, Kejaksaan Agung, pembentukan kabinet, Polri, Kemenkumham. Semua mau dikuasai,” tuturnya.

Budyatna yakin, Jokowi sebenarnya tahu tentang hal itu dan memahami apa yang terjadi. Dia pun mencontohkan kasus pemilihan Kapolri yang justru menjadi kisruh yang berujung konflik KPK-Polri. Begitu juga dengan kisruh partai yang disebabkan oleh Menkumham Yasona Laoly yang notabene anak buahnya. Tidak mungkin Yasona melakukan hal itu sendiri tanpa sepengetahuan atasannya atau presiden.

“Saya tidak percaya Yasonna melakukan hal itu sendiri dan Jokowi pun tak mungkin membiarkannya dan dia pasti tahu perbuatan anak buahnya mencederai demokrasi dan hukum, tapi toh tidak ada tindakan terhadap Yasonna,” ungkap Budyatna.

Jokowi juga diingatkan untuk bisa menerima kritik dan tidak hanya menerima masukan-masukan para penjilatnya. Bagaimanapun, kritik itu ibarat obat yang menyehatkan, sementara apa yang dilakukan para penjilat adalah racun yang harus dijauhi.

“Orang-orang partai yang belakangan bergabung ke Jokowi adalah orang-orang pragmatis yang tidak punya loyalitas. Mereka cuma sedang mencari makan, meski harus menjilat. Tapi, Jokowi harus hati-hati karena jilatan itu beracun yang bisa membunuhnya,” tuturnya. [ron/pur/pribuminews/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version