View Full Version
Senin, 04 Jan 2016

Fahri Hamzah Soroti Bahaya jika KMP Bubar (1)

JAKARTA (voa-islam.com)- Sekretaris Harian Koalisi Merah Putih (KMP) dan juga merupakan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengeluarkan “keluh kesahnya” kepada gabungan beberapa partai politik yang telah didirikan sebelum Pilpres itu.

Beginilah siaran pers yang didapat voa-islam.com beberapa waktu lalu dari Fahri Hamzah.

Sejak awal, cukup banyak yang ragu apakah KMP atau Koalisi Merah Putih bisa bertahan lama. Sejak dideklarasikan sebelum pilpres 2014, sinisme berkata, "Kalau Prabowo menang KMP bertahan, tapi kalau Prabowo kalah KMP habis."

“Alhamdulillah setahun setelah KMP menguasai DPR dan MPR, koalisi masih  bertahan, tetapi akhir 2015 lalu KMP menunjukkan gejala melemah.”

Maka, tahun 2016 ini adalah tahun ujian besar bagi KMP. PAN sudah jelas mengumumkan bergabung dengan pemerintah meski menyatakan tetap di KMP. Sementara itu partai Demokrat dan PKS dalam kasus persidangan ketua DPR di MKD secara bulat mendukung koalisi pemerintah. Yang  bertahan di garis KMP hanya Golkar, Gerindra dan PPP sementara pemerintah masih menggantung nasib Golkar dan PPP di kementerian hukum dan HAM.

“Maka apakah KMP masih relevan? Publik harus terus diyakinkan bahwa membangun kekuatan penyeimbang di luar pemerintahan adalah jalan demokrasi yang niscaya. Sebab jika semua kekuatan politik masuk dalam pemerintahan maka akan tercipta oligarki kekuasaan yang berbahaya.”

Oleh sebab itu, ikhtiar membangun legislatif yang kuat adalah ikhtiar yang mulia yang akan memberikan efek keseimbangan dan sistem keseimbangan (check and balance) dalam tubuh organisasi negara. Ikhtiar KMP untuk membangun kekuatan penyeimbang harusnya didukung oleh segenap masyarakat khususnya masyarakat sipil yang percaya dengan logika demokrasi.

“Tidak akan ada Demokrasi yang sehat jika tradisi legislatif tidak berkembang.  Keinginan kelompok KMP untuk membangun parlemen yang modern harusnya didukung karena parlemen modern adalah jaminan bagi daulat rakyat agar pengawasan publik pada pemerintahan bisa berjalan efektif.  Jika parlemen dibiarkan lemah maka  hegemoni kekuasaan eksekutif akan melahirkan korupsi dan penyimpangan besar-besaran.” (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version