View Full Version
Jum'at, 15 Jan 2016

Harga Minyak Akan Tetap Menjadi Salah Satu Senjata Perang Ekonomi

JAKARTA (voa-islam.com)- Belum juga kita dalam kecepatan penuh menjalani kehidupan awal 2016, Indonesia sudah terancam dihempas resesi ekonomi dunia. Itu ditandai dengan devaluasi Yuan, menukiknya harga minyak yang mungkin akan mencapai di bawah 20 dolar AS per barel, dan koreksi Bank Dunia atas pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,3 persen menjadi 2,9 persen. Yuan lagi-lagi devaluasi karena masalah harga minyak dunia yang jatuh dan melorotnya harga saham.

“Harga minyak menukik karena Amerika sukses mengekplorasi miyak dan oil shale, suatu teknologi yang perangkatnya cukup diangkut dengan mobil pick-up,” demikian rilis Ichsanuddin Noorsy yang diinfokan ke voa-islam.com beberapa waktu lalu.

Ini mengakibatkan biaya produksi minyak mentah menukik luar biasa. Negara manapun yang mengeluarkan biaya produksi minyak mentah (crude oil) di atas 20 dolar AS per barel, akan terpukul karena biaya  teknologi untuk eksplorasi minyak dan oil shale di bawah 4 dolar AS per barel.

“Saat yang sama, dengan menyebar luaskan penggunaan pembangkit listrik bertenaga matahari, solar panel, dan angin, AS telah berhasil mengonversi penggunaan enerji fosil ke tenaga matahari untuk listrik sebesar 6 juta barel perhari. Ini semua di luar dugaan masyarakat dunia.”

Ia menyebut, awalnya kalangan ahli teknologi perminyakan menduga penggunaan teknologi untuk shale baru akan mencuat pada 2016. Kenyataannya justru lebih cepat. Demikian juga dengan penggunaan enerji baru terbarukan (renewable energy). Hillary Clinton dari Partai Demokrat dalam kampanye Pilpres 2016, sejak medio 2015 selalu membawa isu pentingnya enerji surya dan angin.

“Presiden AS Obama pun menerapkannya melalui kampanye perobahan iklim global dengan membuat perjanjian penggunaan enerji global yang bersih bersama RRC. Jerman, Jepang, RRC, India mengikuti jejak penggunaan enerji terbarukan ini.”

Akibatnya, seperti yang kita saksikan sekarang, harga minyak dunia menukik. Direktur Eksekutif  IMF Christine Lagard memperkirakan, harga minyak dunia berfluktuasi antara 5-15 dolar per barel. Menyusul kemudian Bank Dunia yang mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi di seluruh belahan dunia.

“Ini berarti, perang harga minyak akan berlanjut. Memperhatikan fluktuasi harga minyak sejak OPEC berdiri tahun 1960, tidak ada perubahan harga itu tidak berhubungan dengan peristiwa politik. Atas dasar itulah sejak 14 Juli 2008 saat harga minyak dunia mencapai 147 dolar AS per barel, saya menyampaikan bahwa harga minyak akan tetap menjadi salah satu senjata perang ekonomi.” (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version