View Full Version
Selasa, 08 Mar 2016

Inilah yang Akan Terjadi Setelah Bandara Halim Perdanakusuma Dicomot Asing

JAKARTA (voa-islam.com)- Perusahaan Lion yang menang dan ambil kuasa terhadap bandara Halim Perdanakusuma adalah salah satu perusahaan yang awalnya membuat beban ekonomi negara Indonesia. Setelah mendapatkan jaminan pemerintah melalui jenis kredit, Lion pun mampu berdiri.

Namun apa yang telah terjadi ini, Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng melihat perusahaan asal Asing (Singapore) ini seperti penyedot ekonomi Indonesia.

”Bagaimana tidak perusahaan ini mewariskan beban yang luar biasa besar bagi Ekonomi Indonesia. Perusahaan Lion Air bagaikan vacuum cleaner, akan menyedot ekonomi rakyat Indonesia untuk dikirimkan ke Singapura, Amerika dan Eropa. Perusahaan yang  dibangun dengan utang segunung telah digaransi oleh pemerintah melalui skema export credit agencies (ECA),” kata Daeng melalui siaran persnya kepada wartawan.

Berapa Utang perusahaan yang dijamin oleh pemerintah ini?  Daeng menjawab yakni seluruh Utang yang digunakan untuk pembelian pesawat Boing dan Airbus.

Sebagaimana diketahui bahwa PT. Lion Mentari Airlines telah mendapatkan utang dalam bentuk 230 pesawat dari Boing Co Amerika Serikat senilai USD 22.4 miliar dan  234 Airbus jet dari Eropa senilai USD 24 miliar dolar. Sebuah pinjaman tanpa studi kelayakan sama sekali Apakah ini layak untuk Indonesia atau tidak.

Dengan demikian ia menyatakan bahwa utang perusahaan Lion yang dijamin oleh pemerintah Indonesia atas segala resiko operasi dan politik mencapai Rp. 603 triliun lebih pada tingkat kurs sekarang. Utang yang tidak akan sanggup dibayarkan oleh seluruh penumpang pesawat terbang di negeri ini. Utang dengan skema ECA adalah Utang yang sangat beresiko sehingga negara menjaminnya.

“Suatu hari jika terjadi provokasi yang berlanjut pada sengketa antara Lion Air dengan pemerintah Indonesia, yang kemudian membawa resiko bagi operasi Lion Air, maka itu akan menjadi kesempatan emas bagi Lion untuk mengubah Utang mereka menjadi utang pemerintah Indonesia sebagaimana perjanjian export credit agencies (ECA) dengan alasan pemerintah tidak menjalankan prinsip investment protection.”

Itulah mengapa Lion Air akan jadi pemenang dalam dispute/sengketa  dengan pemerintah Indonesia sebagaimana terjadi baru baru ini. Sengketa dan arbitrase selalu menjadi alat korporasi untuk memeras pemerintah negara lemah. Dan sekali lagi Jokowi menjadi korban perjanjian internasional yang tidak dikenalinya. (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version