View Full Version
Sabtu, 02 Apr 2016

Selain OTT, KPK Tangkap Kader Gerindra Hanya karena Ingin Bangun Syariat Islam di Jakarta?

JAKARTA (voa-islam.com)- Kabar bahwa kader Gerindra ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui Operasi Tangkap Tangan (OTT) beberapa hari lalu menyisakan pertanyaan: benarkah dia melakukan demikian (korupsi)? Atau ada hal lain? Hanya dirinya, KPK, dan tuhan yang tahu.

Dia baru saja menjadi pembicara. Lalu wartawan berkumpul di salah satu masjid kawasan Tebet, Jakarta Selatan tersebut. Dia adalah Anggota DPRD DKI yang kini disebut-sebut sebagai orang dengan dugaan penerima suap oleh KPK.

Saat itu ia mengahadiri acara konvensi untuk calon Gubernur DKI Jakarta periode mendatang yang diadakan oleh gabungan ormas-ormas yang ada.

Singkat cerita, ada hal yang dapat dijadikan perhatian besar, yakni di mana media mainstream ada menyebut dia sebagai koruptor dan jual agama untuk memenangi kursi di DKI Jakarta. Akan tetapi tersebut tidak mencantumkan kutipan utuh dari orang yang dikenal dengan nama Mohamad Sanusi tersebut.

Namun demikian, ini senada dengan apa yang pernah disampaikan oleh Sanusi (sebelum OTT oleh KPK), dan ia sadar akan hal itu. Ia bahkan menyebut bahwa saat ini politik sedang mengalami modernisasi. Maksudnya ialah bahwa saat ini politik dapat dikendalikan oleh para awak media yang siapa saja bisa menjadi target ‘ketidaksukaan’.

“Permainan ini belum dimulai. Namun ini permainan politik yang di dalamnya ada pula medianya. Dan bagi saya, suara saya dengan Ahok masih bernilai sama, kok. Nama Ahok juga tidak besar. Kita pun teman,” ucapnya beberapa waktu lalu.

Ia juga menyatakan bahwa apa yang ditakuti, atau yang ingin membuat takut bahwa bila DKI Jakarta dipimpin seorang muslim akan menerapkan syariah tidak perlu dijadikan kampanye SARA. “Justru ini bagian dari demokrasi dan keberagaman. Tidak apa-apa dan tidak masalah. jangan khawatirkan. Kita tidak ada membicarakan hal-hal SARA dan primordial seperti anggapan orang-orang.

Dan bila menginginkan syariat, ya syariat apa yang harus diinginkan? Tentu kan tidak sama dengan di Aceh. Di Jakarta ini masyarakatnya heterogen. Harus disesuaikan. Dan syariat juga diterapkan kan untuk menciptakan suasana yang kondusif,” jelasnya. (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version